Baca juga: Pendekar Cengeng (10)
INIPASTI.COM – Melihat adiknya sudah bertanding melawan musuh, Yu Kai juga tidak tinggal diam dan berseru. “Ayah sudah meninggal tetapi masih ada puteranya yang tidak akan mundur melawan penjahat!”
“Bagus !’ Kim-to Cia Koan Hok miringkan tubuh menghindarkan pukulan Yu Kai yang meluncur ke arah dadanya dan pada detik berikutnya ia balas menusuk ke arah iga lawan.
Yu Kai terkejut, sodokan jari itu bukan main-main, karena itu adalah jurus (Dewa Menunjuk Jalan) yaitu menggunakan dua buah jari menutuk jalan darah yan-goat- biat di bawah ketiaknya. Cepat-cepat dia menurunkan pangkal lengannya, menggunakan siku memapaki tangan lawan sambil memukulkan tangan kiri ke pelipis kanan lawan.
“Eh, kau boleh juga !” Si muka kuning berseru merendahkan tubuh lalu mengirim tendangan secara tiba- tiba.
Diserang seperti ini, Yu Kai meloncat mundur, namun lawannya mendesak terus dengan gerakan Lian-hoan-twi yaitu ilmu tendangan bertubi-tubi dengan kedua kaki bergantian. Ia segera mundur dengan langkah Tui-po-lian-hoan (Mengundurkan Kaki Berantai) sambil menangkis dan berusaha menangkap kaki lawan. Dengan demikian keadaan menjadi berbalik.
Biarpun kelihatannya menyerang namun bahaya berada di pihak si penyerang. Karena sekali saja kakinya tertangkap, celakalah ia. Si Golok Emas ternyata lihai sekali karena ia segera merobah gerakan kakinya dengan serangan pukulan sehingga Yu Kai repot untuk menangkisnya. Setiap kali lengannya menangkis, ia merasa tubuhnya tergetar dan lengannya nyeri, pertanda bahwa ia masih kalah tenaga.
Sementara Yu Liang yang melawan nyonya itu segera terdesak setelah wanita itu melakukan pertyerangan cepat. Gerakannya benar-benar cepat seperti burung walet menyambar-nyambar.
Baru belasan jurus saja Yu Liang sudah kena terpukul membuat ia terhuyung-huyung.
Namun Yu Liang tidak gentar. Ia lalu menyerang lagi penuh kemarahan. Yu Goan yang tadi terbanting roboh, kini bangun dan menerjang membantu adiknya. Namun biar dikeroyok dua, Souw Kwat Si masih tertawa-tawa mengejek dan tubuhnya berkelebatan menyerang kepada kakak beradik itu.
Keributan di ruang depan ini agaknya menimbulkan panik di dalam rumah. Semua pelayan dan anak isteri tiga saudara Yu bersembunyi di dalam kamar. Biarpun mereka ini keluarga pendekar, namun mereka ini hidup tenteram dan baru kali ini mereka melawan musuh yang datang menyerang.
Tetapi Yu Lee menyelinap keluar dan berlari ke ruangan depan. Melihat peti mati terbuka ia lari mendekati dan menjenguk ke dalam peti mati.
“Kong- kong, ah, kong-kong …….. ada orang …….. yang mengganggu tempat tidurmu, kenapa kau tidak pukul mereka? Kong-kong, kau …….. sudah ….. kau sudah mati …… ” anak itu menangis keras. Kemudian ia menengok ke arah mereka yang berkelahi.
Ia baru mempelajari dasar-dasar ilmu silat maka tidak tahu bagaimana keadaan ayah dan kedua pamannya. Hatinya ingin membantu namun ia dimarahi ayahnya. Kemudian ia berlari masuk dan tak lama kemudian kembali sambil membawa tiga batang pedang.
BERSAMBUNG…