INIPASTI.COM – Setiap tahun pada tanggal 24 Maret, Keluarga Besar Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia, merayakan hari ulang tahunnya. Pada tahun ini, peringatan ulang tahun ke-20, jatuh pada hari Minggu, 24 Maret 2024, bertepatan dengan penanggalan Islam, 13 Ramadan 1445H. Sebagai bagian dari keluarga besar Tagana Indonesia, mari merayakan momen bersejarah ini, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas 20 tahun, dalam topik bahasan ” Sebuah ceritera pengabdian”.
Penulis sebagai saksi dan pelaku sejarah, turut serta dalam pembentukan awal keberadaan Tagana Indonesia, ingin berbagi perjalanan yang luar biasa selama 20 tahun ini. Pada masa itu, Penulis masih aktif bekerja pada jajaran Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai seorang kepala bidang perlindungan dan jaminan sosial (Perlinjamsos), dahulu namanya Kabid Banjamsos.
Namun, seiring berjalannya waktu, pada tahun 2013, Penulis memasuki masa purnabakti, namun tetap aktif dalam pembinaan kader dan pelatihan anggota Tagana pada Universitas Islam Negeri Alauddin di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, program studi kesejahteraan sosial (Kessos).
Bersama para Perintis Tagana Indonesia se-Indonesia, dewasa ini, sudah memasuki usia lanjut (Lansia), sementara para penerus semakin maju dan berkembang di berbagai daerah di Nusantara. Pesan bijak mengatakan “Setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya” sungguh tepat untuk menggambarkan perjalanan Perintis Tagana Indonesia selama 20 tahun.
Adalah Drs. Andi Hanindito, M.Si, yang merupakan mantan Direktur Korban Bencana Alam di era Departemen Sosial, adalah sosok penting dalam sejarah Tagana Indonesia. Beliau adalah Pencetus dan Perintis Tagana Indonesia. Melalui podcast dan berbagai kesempatan, beliau telah mengisahkan awal mula kehadiran Tagana dengan cara yang menginspirasi.
Keberadaan Tagana telah memberikan kontribusi besar dalam penanganan bencana di Indonesia. Tagline mereka, “Dimana ada bencana, disitu ada Tagana“, mencerminkan semangat dan dedikasi dalam membantu masyarakat di saat-saat sulit.
Namun, perjalanan Tagana tidaklah mudah. Dalam menghadapi kompleksitas jenis bencana, baik bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial, maka dibutuhkan kesadaran akan pentingnya penanganan bencana, oleh sebab itu, Tagana harus terus berkembang dan berinovasi.
Melalui berbagai pelatihan dan program, seperti Community Based Disaster Management (CBDM) dan Tagana Masuk Sekolah (TMS), Tagana terus memperkuat jati diri, untuk melayani masyarakat dengan lebih baik.
Pada tahun 2019, Kementerian Sosial melaksanakan berbagai kegiatan, dalam rangka penanggulangan bencana, termasuk peningkatan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana, serta penyaluran bantuan kebutuhan dasar.
Penulis bersama dengan para Perintis Tagana lainnya, memiliki kebanggaan tersendiri, karena telah menjadi bagian dari sejarah perjalanan Tagana Indonesia. Dari pembentukan awalnya di Lembang, Jawa Barat pada tahun 2004, hingga menjadi organisasi yang terpercaya dan berpengaruh dalam penanganan bencana di Indonesia.
Perjalanan ini tidak lepas dari kerja keras, semangat pengabdian dan dukungan dari berbagai pihak. Kami berharap bahwa ke depannya, Tagana dapat terus berkembang dan mampu meningkatkan kesejahteraan serta jaminan kesehatan bagi anggotanya. Semoga Tagana Indonesia, terus menjadi tonggak penting dalam penanggulangan bencana dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Sebagai Perintis Tagana Indonesia, Penulis merasa terhormat dan bersyukur telah menjadi bagian dari perjalanan ini. Mari kita terus bersama-sama, membangun Tagana Indonesia yang lebih baik, untuk masa depan yang lebih baik bagi bangsa dan negara. Dirgahayu Tagana Indonesia ke-20.
Menulis sejarah, tentu saja kita tidak boleh lepas, dari peran para Perintis Tagana se-Indonesia, hari ini mungkin tak segagah dahulu, ketika pertama kali diikrarkan di Lembang Jawa Barat, namun tapak kilas kelahiran dan kiprah Tagana, tetap tertulis indah dalam kenangannya.
Keberadaan Taruna Siaga Bencana (Tagana) memberikan kontribusi besar dalam pengabdiannya di setiap peristiwa bencana, sebagaimana tagline yang dimilikinya “Dimana ada bencana, disitu ada Tagana”
Sejarah keberadaam Tagana di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari tangan dingin, seorang Panglima Tagana bernama “Drs.Andi Hanindito,M.Si” dan bagi kami para Perintis Tagana, nama itu begitu membekas di sanubari.
Suatu ketika, melalui jaringan podcast episode ke-5 di Beranda Linjamsos Kementerian Sosial RI, pembahasan tentang Tagana, di tonton oleh seluruh anggota Tagana dari berbagai lapisan di Indonesia, mulai dari Tagana Muda, Tagana Madya/Khusus, Tagana Utama, hingga Perintis Tagana Indonesia. Andi Hanindito dengan penuh kefasihan dan kedalaman pengalaman, menceritakan awal mula kehadiran Tagana di Persada Nusantara.
Dalam mengenang perjalanan sejarah pendirian Tagana dan merayakan ulang tahun ke-20-nya, Minggu, 24 Maret 2024, kita semua terpanggil, untuk menghormati serta mengirimkan doa seraya membacakan surat Al-Fatihah, untuk almarhum Bapak Drs. Purnomo Sidik, M.Si (Mantan Direktur Bencana Alam Kementerian Sosial) dan Bapak Sutarso, M.Sw (Dosen dan Tenaga Ahli Bidang Kebencanaan/Pakar Bencana Alam Indonesia) yang telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan Tagana di Indonesia.
Andi Hanindito, dengan tekad untuk memahami sistem penanganan bencana berbasis masyarakat, menimba ilmu pengetahuan dari pengalaman belajar secara mandiri di Singapura, Malaysia, Vietnam, bahkan sampai ke Eropa, termasuk ke Uni Sovyet.
Dari pengembaraannya, muncullah kerangka konsep untuk mengembangkan potensi masyarakat Indonesia, dalam satu wadah terorganisir, dengan busana dan atribut kecakapan, kemudian dikenal sebagai Taruna Siaga Bencana (Tagana) Indonesia.
Penulis merupakan salah satu dari Perintis Tagana yang termasuk dalam daftar 60 orang, yang memeroleh Surat Keputusan dari Menteri Sosial pada tahun 2006, Penulis turut serta bersama Panglima Tagana, dalam membesarkan Tagana Indonesia.
Konsep pemikiran tentang penanganan bencana sebelum, pada saat terjadi hingga pascabencana, menjadi landasan utama, dalam upaya pengembangan Tagana di Indonesia.
Meskipun demikian, Andi Hanindito mengakui bahwa ada tiga hal yang belum sempat diurus selama kepemimpinannya sebagai Direktur Bencana Alam, yaitu (1) Sekolah Penanggulangan Bencana Indonesia, (2) Warkop Tagana, dan (3) Sistem Penanggulangan Bencana Indonesia.
Saat ini, Andi Hanindito telah memasuki masa purnabakti Kementerian Sosial RI, sementara jabatan Menteri Sosial dipegang oleh Ibu Tri Rismaharini, mantan Walikota Surabaya, yang sebentar lagi akan berakhir, seiring dengan telah selesai pelaksanaan pemilihan umum.
Ditegaskan bahwa penanggulangan bencana adalah tanggung jawab bersama setiap warga negara Indonesia, mengingat Indonesia merupakan kawasan “Supermarket Bencana”. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan jaminan kesehatan bagi anggota Tagana, menuju kemandirian Tagana Indonesia di masa mendatang.
Tagana dibentuk tanggal 24 Maret 2004 di Lembang, Jawa Barat, sementara bencana Tsunami Aceh terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Hal ini menunjukkan bahwa Tagana tidak dibentuk sebagai respons langsung terhadap Tsunami, tetapi sebagai upaya proaktif dalam penanganan bencana.
Kisah pembentukan Tagana, dimulai dari peristiwa banjir di ibukota yang memaksa bantuan disalurkan, menggunakan mobil rongsokan, dari kondisi ini, melahirkan adanya konsep pengadaan kendaraan operasional RTU (Rescue Tactical Unit), yang merupakan kendaraan operasional untuk digunakan Tagana dalam kondisi darurat.
Meskipun awalnya banyak yang meragukan, keberadaan Tagana telah membuktikan dirinya, sebagai bagian integral dari sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Dari awal yang hanya melibatkan 60 orang perwakilan dari tiap provinsi, kini Tagana telah berkembang menjadi ribuan orang, tersebar dari Sabang hingga Tanah Papua.
Pencerahan dari podcast Linjamsos episode ke-5 itu, telah memberikan wawasan kepada anggota Tagana di seluruh Indonesia. Harapan Panglima adalah agar Tagana terus berkembang, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di masing-masing daerah.
Pada ulang tahun Tagana ke-15 di tingkat pusat, Kementerian Sosial menggelar berbagai kegiatan di Mako Tagana Training Centre di Hambalang, Sentul Bogor, pada tanggal 22-25 Maret 2019. Tagana merupakan relawan kemanusiaan/tenaga kesejahteraan sosial, yang berasal dari masyarakat dan kini tersebar di seluruh Indonesia.
Tagana, singkatan dari Taruna Siaga Bencana, adalah salah satu lembaga relawan kemanusiaan dan tenaga kesejahteraan sosial yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Didirikan pada tanggal 24 Maret 2004 di Lembang, Jawa Barat, sebelum bencana tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
Hal ini menunjukkan, bahwa Tagana bukanlah produk dari bencana, melainkan telah ada sebelumnya sebagai respons terhadap kebutuhan akan penanganan bencana.
Pembentukan Tagana Indonesia dimulai dengan cerita “Mobil Rongsokan”, dimana pada saat banjir di ibukota, bantuan harus disalurkan melalui mobil rongsokan.
Sejak pembentukannya pada tahun 2004, Tagana terus berkembang dan aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan dan penanggulangan bencana. Meskipun terjadi perubahan dalam penyelenggaraan acara akibat pandemi COVID-19, Tagana tetap eksis dan berkontribusi dalam upaya penanganan bencana di Indonesia.
Kilas balik sejarah perjalanan Tagana mengajak pembaca untuk melihat momentum perjalanan ini. Pada tanggal 24 Maret 2004, Departemen Sosial (nama saat itu), memanggil dua calon peserta dari setiap provinsi, sebagai perwakilan untuk hadir di Pusdiklat Kesos di Lembang, Bandung, Jawa Barat.
Permintaan ini mengarahkan satu orang dari unsur Kepala Seksi Karang Taruna di tingkat provinsi dan satu orang dari pengurus Karang Taruna yang aktif, untuk berpartisipasi. Dua utusan dari Sulawesi Selatan, Drs.H.Syakhruddin.DN,M,Si (saat itu menjabat sebagai Kepala Seksi Karang Taruna pada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan) dan Andi Syafri Sulo dari pengurus Karang Taruna Sulawesi Selatan, diberangkatkan menuju Lembang – Jawa Barat.
Pada saat itu, kami berdua belum tahu, tujuan dari pemanggilan, belum jelas bagi kami, namun kami diberikan kesempatan untuk memikirkan sebuah nama yang tepat, untuk organisasi sosial yang baru dibentuk di bawah Departemen Sosial kala itu.
Sebelumnya, nama-nama seperti Satgasos-PB, Karang Taruna, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), dan pilar partisipasi lainnya, telah familiar di masyarakat.
TAGANA, dengan latar belakang pembentukannya yang didasari oleh Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, merupakan respon terhadap bergesernya peran Departemen Sosial, dimana peran Kanwil dan Kandep Sosial di setiap provinsi, sudah menjadi bagian dari otonomi daerah (Otoda), praktis Departemen Sosial tidak memiliki tenaga terlatih di bidang kebencanaan kala itu.
Munculnya kesadaran akan kompleksitas fenomena bencana alam, dan kebutuhan akan tenaga terlatih dalam penanggulangan bencana, mendorong pembentukan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) pada tahun 2004.
Setelah proses pembentukan, perjalanan organisasi ini terus berlanjut dengan berbagai kegiatan termasuk pada upacara peringatan di tingkat nasional. Meskipun dua tahun terakhir ini, kegiatan dilakukan melalui zoom meeting akibat pandemi Covid-19.
Pada tahun 2006, Departemen Sosial kembali melaksanakan kegiatan “Pemantapan Tagana se-Indonesia” di Grand Lembang, Bandung, Jawa Barat. Para utusan provinsi, termasuk dua orang dari Sulawesi Selatan, memperoleh sarana pendukung operasional Tagana, setelah menjalani pemantapan oleh instruktur dari kalangan TNI dan instruktur yang kompeten dalam bidangnya.
Namun, perjalanan ini tidak selalu mulus. Banyak di antara mereka yang berpartisipasi pada tahun 2004 tidak mendapatkan akses dari Dinas Sosial setempat, untuk pertemuan kedua pada tahun 2006. Namun, melalui perumusan dan pertemuan para Perintis Tagana di tahun 2021, kesepakatan dicapai untuk menyatakan, bahwa mereka yang berpartisipasi pada tahun 2004 sebagai “Perintis Tagana Indonesia”.
Foto dokumentasi yang diproduksi oleh Utaris Foto dan dipublikasikan kembali oleh Jhony Rohi, seorang Tagana dari Nusa Tenggara Timur (NTT), menggambarkan momen yang penuh makna, dalam sejarah Tagana Indonesia.
Foto tersebut secara jelas memperlihatkan di mana dan siapa personil yang diutus dari masing-masing provinsi. Mari bersama kita kembali membuka dokumen lawas, untuk melihat para pesertanya.
Peserta Pertemuan Dasar Taruna Siaga Bencana (Tagana) se-Indonesia pada Balai Diklat Kesos Lembang, Bandung, Jabar pada tanggal 23 s/d 27 Maret 2004.
Peserta latih Tahun 2004 yaitu ;
1. Satria (Karang Taruna Indonesia)
2. Soetarso,M.Sw (Ahli Kebencanaan Indonesia) – Almarhum
3. Masduki
4. Safwan,SH (Dirjen)
5. Sri Muhardji (RAPI)
6. Purnomo Sidik (Direktur)- Almarhum
7. Ghazaly.H.Sitomorang (Sekjen)
8. Wawan Mulyawan
9. Andi Hanindito (Pusat) – Panglima Tagana Indonesia
10. Yolak, SE, MM (Pusat) mutasi ke BNPB
11. Hernalom (Pusat) – Purnatugas Kemensos
12. Manu (Pusat) – Purnatugas Kemensos
13. Sugeng (Pusat) – Purnatugas Kemensos
Peserta
1. Yainal Bakri (Nanggroe Aceh Darussalam)
2. Ikhman Faluthi (Nanggroe Aceh Darussalam)
3. Faisyalsyah (Sumatera Utara)
4. Sumarno (Sumatera Utara)
5. A (Sumatera Barat)
6. G, SH (Sumatera Barat)
7. J (Riau)
8. Asro (Papua)
9. AK (Riau)
10. Perly (Jambi)
11. Asnawi (Jambi)
12. Febrian (Sumatera Selatan)
13. Yoedhi (Sumatera Selatan)
14. Edi Suarni (Bengkulu)
15. M (Bengkulu)
16. I Teguh R (Lampung)
17. M (DKI)
18. W (DKI)
19. Gurmewa (Lampung)
20. Ronald (Papua)
21. Tita Tarina (Jawa Barat)
22. Gunawan (Jawa Barat)
23. Agus.R (Jawa Tengah)
24. Haniyano (Jawa Tengah)
25. Teguh (Daerah Istimewa Yogyakarta)
26. Purwanto (Jawa Timur)
27. Lasir (Jawa Timur)
28. Deny (Bangka Belitung)
29. Sabil (Bangka Belitung)
30. Rosyid (Banten)
31. Syambi (Banten)
32. Irwan (Maluku Utara)
33. K.Gatriana (Bali)
34. Edhiansyah (Kalimantan Timur)
35. Mardjudin (Kalimantan Timur)
36. Rahmat (Kalimantan Barat)
37. Dalimin (Daerah Istimewa Yogyakarta)
38. IWJ Arnana (Bali)
39. Nurhaspandi (Kalimantan Barat)
40. Sri Wahyuni (Kalimantan Tengah)
41. Banjarnahor (Kalimantan Tengah)
42. Supriadi (Kalimantan Selatan)
43. Rusmin N,S,Ag,S,Sos (Kalimantan Selatan)
44. Meriane Rumerung (Sulawesi Utara)
45. Johanis Wowor (Sulawesi Utara)
46. Jemi Leksy Maya (Maluku Utara)
47. Andi Mahmud (Sulawesi Tengah)
48. Irma (Sulawesi Tengah)
49. Rajjas (Sulawesi Tenggara)
50. Jumarto (Sulawesi Tenggara)
51. Syakhruddin.DN (Sulawesi Selatan) – Penulis
52. Andi Syafri Sulo (Sulawesi Selatan)
53. Zulkifli Lubis (Nusa Tenggara Barat)
54. Suwarso (Nusa Tenggara Barat)
55. Johny Roni (Nusa Tenggara Timur)
56. Samuel Hittaubes (Nusa Tenggara Timur)
57. Fredrik K (Maluku)
58. Ismet Layn (Maluku)
59. Raden N.Sahi (Gorontalo)
60. M (Gorontalo)
Inilah yang hadir pada pada kesempatan pertama, atau pendahulu dari seluruh Tagana yang ada di Indonesia. Akan tetapi, kehadirannya belum mendapatkan perlengkapan Tagana secara sempurna, kecuali baju training biru.
Pada kegiatan “Pemantapan Tagana” yang berlangsung di Hotel Lembang tahun 2006, para peserta sudah menerima “Perlengkapan Tagana dan Surat Keputusan dari Kementerian Sosial” dalam posisinya sebagai Perintis Tagana.
Ironisnya, banyak diantara kami yang diberangkatkan menjadi Peserta Pertemuan Dasar Taruna Siaga Bencana (Tagana) se-Indonesia pada Balai Diklat Kesos Lembang Bandung Jabar, Tanggal 23 s/d 27 Maret 2004. Akan tetapi, tidak lagi mendapat akses dari Dinas Sosial setempat, untuk pertemuan kedua pada acara Pemantapan Tagana tahun 2006.
Dari hasil perumusan dan pertemuan para Perintis Tagana di Kabupaten Pangandaran tahun 2021, sepakat para pengambil keputusan di Salemba Raya 28 Jakarta. Menjadikan kawan-kawan yang berangkat pelatihan tahun 2004, dinyatakan sebagai “Perintis Tagana Indonesia”
Selanjutnya akan diakomodir dalam satu kesatuan sistim komando, demikian halnya dengan mereka yang hadir pada Jambore Tagana di Cibubur, diwakili 10 orang setiap provinsi. Ada dari unsur Pramuka, Palang Merah, Kepolisian, BMKG, Orari dan Dinas Sosial setempat juga dikategorikan “Perintis Tagana Indonesia”
Memasuki era tahun 2006, Departemen Sosial RI kembali melaksanakan kegiatan Pemantapan Tagana, di Grand Lembang Bandung Jawa Barat, Para utusan provinsi diwakili masing-masing dua orang. Peserta kali ini, memeroleh sarana pendukung operasional Tagana, setelah mengikuti Pemantapan oleh Instruktur dari kalangan TNI dan Instruktur yang sangat mumpuni dibidangnya.
Sebagaimana foto dokumentasi, yang tercatat rapih di Tagana Center Indonesia.
Adapun mereka yang mendapatkan rekomendasi dari Dinas Sosial Provinsi se-Indonesia yaitu sebagai berikut ;
Gambar Depan
1. Willeam Gasfer, SH (Kepulauan Riau) – Almarhum
2. Sugandhi (Maluku Utara)
3. Rajjas, B.Sw (Sultra)
4. John Swalette (Maluku)
5. Pitter Matakenna, SH (Kepri) – RIP
6. Aris Tabirawa, SST (Jambi)
7. Lutfi Faizalsyah (Sumut)
8. Yetti Kadarwati, SE (Kadinsos Jabar)
9. Amrun Daulay (Dirjen Bansos)
10. Drs H. Purnomo Sidik (Dir. BSKBA) – Almarhum
11. Dharma Nasution ( KU Rapi Pusat)
12. Gurmewa (Lampung)
13. Yoedhy S. Fakar (Sumsel)
14. Zefereno N.S ( Sulut)
15. Machfud (Kaltim)
16. Andi Mahmud (Sulteng)
17. Bambang R.W (Bengkulu)
Gambar Tengah :
1. Sirman Abas, SH (Babel)
2. Tarmizi (NAD) – Pembaca Doa
3. Raden Sahi, SE (Gorontalo)
4. Jaya Arwana, SH (Bali)
5. Teguh Rahardjo (DIY)
6. Fitriyana Makmur, SP (Gorontalo)
7. Eliya, S.Sos (Sulteng)
8. Dwi Putri A (Lampung)
9. Aulia Ksatriadi (Riau)
10. Supriyadi (Kalsel)
11. Tita Tarina (Jabar)
12. Safei N, A.Ks MP (Jabar) – Sekarang jadi Dosen
13. Zulyadini (NTB)
14. Eka Darmayanto, SE (Sumut)
15. Firmansyah (Sulbar)
16. Ahmad Jablawi (Kalsel)
17. Bambang W (Jateng)
18. Rahmat HT (Sulbar)
19. Nyoman Petrus SST (Bali)
20. Faridal L (Sumsel)
21. Muhlis Moed, AMK (Sulsel)
22. Yunus Ullo (Irjabar)
23. Jhon Rohi, ST (NTT)
24. Lukman, SE (Jambi)
25. H.Syakhruddin. DN (Sulsel) – Penulis
Gambar Belakang :
1. Basrano (Sultra)
2. Ismet Layn ( Maluku)
3. Mardiansyah Bag (Kaltim)
4. Nano Sukarno (Riau)
5. Yoppi Tuan SH (NTT)
6. Ihman Faluti (NAD)
7. Ibrahim Darlay (Irjabar)
8. Felix Valentina (DKI)
9. Maya Fitria (Kalteng)
10. Sofi (DKI)
11. Baiq Iki SH (NTB)
12. S (Babel)
13. Edy Suwarno (Bengkulu)
14. Purwanto P.S.Sos (Jatim)
15. Yassin N.R (DIY)
16. Johannis S Wowor, S.Sos (Sulut)
17. Achmad Solihin (Kalteng)
18. Purwoto (Jateng)
19. Arso, S.Sos (Papua)
20. Urip Wahyudi (Papua)
21. Irwan (Maluku Utara)
Peserta pelatihan pemantapan kali ini, mendapatkan perlengkapan satu rangsel, dan inilah menjadi cikal bakal dan standar perlengkapan Tagana se–Indonesia, diperoleh setelah berjalan kaki satu malam, melalui jalan berkelok yang curam, sungguh sesuatu pengalaman yang tak mudah dilupakan.
Gunung Tangkuban Perahu, menjadi saksi bisu dari jejak langkah relawan yang mengayunkan langkah kaki dari Pukul 20.00 hingga Pukul 03.00 dinihari. Kemudian dari Puncak Cikole Bandung, Pasukan Tagana diperintahkan tidur telentang menengah ke langit, menyaksikan bintang yang bertebaran di angkasa raya.
Sementara hembusan angin semilir dari pinus yang sedang bercengkrama dengan alam seputar, seakan menyaksikan kami yang 60 orang ini, sebagai saksi sejarah lahirnya PERINTIS TAGANA INDONESIA.
Kami seakan terhipnotis dari kalimat, dengan suara bariton namun tegas dari Bapak Andi Hanindito mengatakan ;
“Kalian adalah putra-putri terbaik bangsa yang akan menjadi tonggak sejarah perjalanan Tagana ke depan, Majulah … bangkitlah dan mengabdi pada Negeri hingga tetes darah terakhirmu”.
Kebesaran Tagana dewasa ini, tidak terlepas dari mentor yang merupakan saksi hidup, sekaligus Pendiri Taruna Siaga Bencana Indonesia (TAGANA) Bapak Drs.ANDI HANINDITO, M.Si Pembuat, Pencetus dan sekaligus Perintis Tagana di Indonesia.
Hari ini, Minggu, 24 Maret 2024 bertepatan dengan bulan suci Ramadan 1445H/2024M, Taruna Siaga Bencana Indonesia (Tagana) memeringati ulang tahunnya yang ke-20, Dirgahayu Tagana Indonesia.
Tahun lalu pada Peringatan Tagana Ke-19, di hari ulang tahunnya, kawan-kawan dari Tagana Rajawali, melakukan kegiatan akbar di Provinsi Jawa Timur, serta lounching “Mobil Dapur Air Nutrisi ” dihadiri Bapak Adhi Karyono, pejabat Gubernur Jawa Timur yang bersama-sama Bapak Andi Hanindito membangun Tagana Indonesia.
Dirgahayu Tagana Indonesia ke-20, teruslah berkarya yang dilandasi semangat “Pantang Tugas Tidak Tuntas” (sdn)