INIPASTI.COM – Sebanyak 203 jemaah calon haji asal Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, ditangkap di Jeddah saat memasuki Makkah untuk melaksanakan puncak haji. Akibatnya, mereka gagal melaksanakan wukuf di Arafah dan lempar jamrah di Mina.
Keluarga salah satu jemaah berinisial NM mengatakan bahwa para jemaah tersebut tidak berangkat melalui program haji reguler, melainkan menggunakan jasa travel berinisial R dengan visa ziarah.
“Mereka menggunakan visa ziarah yang biasanya hanya untuk umrah. Namun, mereka ingin melaksanakan keduanya. Mereka berangkat melalui travel R dan membayar sekitar Rp 200 juta kepada pemilik travel,” ungkap NM saat ditemui jaringan Berita Satu, di Kabupaten Sidrap, Jumat 14 Juni 2024.
NM menambahkan bahwa pada tahun 2023, puluhan jemaah berhasil diberangkatkan oleh travel R meski hanya menggunakan visa ziarah. Oleh karena itu, pada tahun ini travel tersebut berani membawa ratusan jemaah lagi.
“Tahun lalu ada 40 orang yang diberangkatkan oleh travel ini dan mereka lolos. Maka tahun ini, travel ini membawa lagi ratusan jemaah dari Sidrap. Namun, kali ini pihak Arab Saudi memperketat pengawasan sehingga mereka tertangkap,” jelasnya.
NM menjelaskan bahwa pemilik travel R menawarkan jemaah menggunakan visa ziarah atau paket umrah saja, sehingga mereka bisa berangkat haji tanpa harus menunggu lama seperti haji reguler yang memakan waktu bertahun-tahun.
Para jemaah diberangkatkan dari Sidrap lebih awal daripada jemaah haji reguler. Setelah tiba di Arab Saudi, jemaah melaksanakan ibadah arbain di Madinah sebelum menuju Makkah untuk melaksanakan ibadah haji.
Namun, saat jemaah haji reguler tiba di Makkah, para jemaah travel R ini dibawa dan ditampung di sebuah hotel oleh pemilik travel.
Ketika waktu wukuf tiba, mereka berencana ikut berbaur dengan jemaah haji reguler. Namun, sebelum sempat melaksanakan wukuf, mereka ditangkap oleh petugas kepolisian setempat dan dibawa ke Jeddah.
“Mereka digerebek dan ditangkap di hotel, kemudian diangkut menggunakan enam bus menuju Jeddah. Dari situ mereka tidak bisa masuk kembali ke Makkah,” kata NM
Pemilik travel, kata NM, meminta jemaah bersabar dan berjanji akan melobi pihak berwenang. Namun, NM menegaskan bahwa situasi di Makkah berbeda dengan di Indonesia. “Jika petugas di sana mengatakan ‘tidak’, maka itu benar-benar tidak,” terangnya.
NM berharap kerabatnya bisa kembali ke Indonesia dengan selamat. “Semoga keponakan saya bisa kembali dengan selamat, dan semoga uangnya bisa dikembalikan oleh pemilik travel. Jika tidak semuanya, setidaknya sebagian,” pungkas NM (sdn)