INIPASTI.COM, MAKASSAR. Salah seorang dosen FKIP Unismuh Makassar, Dr. Eliza Meiyani, M.Si, akan tampil mempresentasikan makalah penelitian kajian antropologi di Universitas Oxford Inggeris (8/7/2019).
Judul penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan skala internasional pada kampus urutan kelima terbaik di dunia itu adalah, Abbatireng na Appijangeng Orang Bugis di Sulawesi Selatan, suatu Kajian Antropologi Sosial Budaya.
Demikian ditegaskan Eliza Meiyani kepada media di Makassar, Minggu (30/6/2019).
Dijelaskan, kata abbatireng berarti seseorang memiliki kepribadian agung dan diwarisi dari leluhurnya.
Bati dalam bahasa Bugis secara harfiah berarti perilaku bernilai agung dan diwarisi seseorang dari leluhurnya.
Kata abbatireng berarti seseorang yang memiliki pribadi atau kepribadian yang agung dan diwarisi dari leluhurnya paling tidak dari ayah atau eyangnya, tegas pengurus pusat Asosiasi Antropologi Indonesia ini.
Bati merupakan kekerabatan Bugis Bone mengarah pada penurunan derajat darah berdasar keturunan (biologis). Berlaku asas bapak yang menentukan bati atau turunan geneologis yang dikenal dengan ungkapan ambek-e mappabati,
Artinya garis keturunan bapak menjadi penentu bati, penentu derajat darah keturunan, sedangkan derajat darah ibu berpengaruh sebagai pendukung, tegas doktor antropoligi PPs-Unhas ini.
Wija dalam bahasa Bugis dikenal juga bija berarti, keturunan atau warisan akan tetapi lebih berkonotasi darah atau biologis.
Wija menjadi kata ampijangeng, dapat berarti fisik atau biologis yang istimewa dan merupakan warisan dari leluhur, ungkap Direktur PPs-STIK Tamalatea Makassar di masanya ini.
Tetapi dapat pula sebagai pribadi atau kepribadian atau perilaku yang serba baik, yang dimiliki oleh seseorang yang dinilai sebagai warisan atau turunan leluhurnya.
Tingginya prestasi bati na wija tidak mutlak menjadi manusia yang mulia bila tidak dibarengi sifat dan sikap bermartabat sesuai nilai-nilai agung yang terbentuk lebih dahulu dan dibina melalui pendidikan keluarga.
Bati na wija merupakan pengikat dalam sistem kekerabatan dan kelompok keluarga yang mendekatkan kefamilian (assiajingen) berguna untuk persatuan dan kekokohan masyarakat, tandas tutur Eliza
Sesuai jadwal pertemuan internasional ini, pada 6 Juli 2019 Eliza akan menuju London, kemudian pemaparan hasil penelitian pada 8 Juli 2019, kemudian pada 10 Juli 2019 akan berkunjung ke Universitas Cambridge.
Selain itu juga akan berkunjung ke Praha dan Budapest serta beberapa kota di Eropa, katanya. (yahya)