INIPASTI.COM, JAKARTA – Dipilihnya Abdee Negara Nurdin atau populer dikenal dengan Abdee Slank menjadi Komisaris PT Telkom Indonesia (Persero) tbk, menuai banyak kritikan bahkan ada tuduhan miring terhadap penunjukan Abdee tersebut.
Pengamat politik Adi Prayitno menanggapi hal ini dia mengatakan bahwa sangat tidak nyambung ketika seseorang yang setiap harinya bergelut dengan musik tiba-tiba ditunjuk sebagai komisaris di BUMN.
“Ada orang yang jago nyanyi tiba-tiba disuruh ngurusin Telkom,tentu orang bertanya apa mungkin orang yang selama ini tukang lagi mengaransemen musik tapi kemudian harus mengurus sesuatu yang dia baru sebenarnya dia geluti,”
Adi juga menambahkan Abdee yang selama ini sebagai Gitaris tiba-tiba mengurus BUMN, menurutnya hal ini menimbulkan banyak pertanyaan publik.
“Ketika Abdee seorang Gitaris yang tiba-tiba ngurusin Telkom ,ini kan menjadi pertanyaan ,akhirnya orang ngomong kenapa nggak sekalian para pedangdut-pedangdut itu yang jadi komisaris terutama yang jago ngebor terutama untuk membantui pertamina terutama untuk untuk lifting minyak ,meningkatan pertumbuhan ekonomi dalam sektor perminyakan.katanya pada acara Apa Kabar Indonesia Pagi Tvone Senin (31/5/2021).
Mengenai tuduhan miring yang dialamatkan kepada Abdee tersebut, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ade Irfan Pulungan langsung angkat bicara, menurutnya, sosok seperti Abdee sangat dibutuhkan dalam perusahaan berplat merah tersebut sehingga tidak boleh disepelepakan.
Ade juga menyinggung soal tuduhan berbagai pihak yang telah menganggap dipilihnya Abdee lantaran pernah menjadi tim relawan Jokowi-Ma’ruf pada pemilu 2019 lalu.
Dia menilai dipilihnya Abdee karena memiliki sosok yang tepat sesuai yang diinginkan, dia juga menambahkan bahwa Gitaris Slank tersebut adalah sosok yang pekerja keras dan dinilai sangat cocok dalam era disrupsi digital saat ini.
“Jangan terlalu cepat underestimate (menyepelekan) pada sosok Abdee Slank. Ia merupakan sosok visioner dan kreatif yang memang sangat dibutuhkan,” dikutip inipasti.com dari CNNIndonesia.com, Minggu (30/5/2021).
“Bahwa dalam menghadapi disrupsi teknologi dan digital, tidak hanya dibutuhkan ahli-ahli di bidang teknologi informasi (TI), namun juga diperlukan sosok yang bisa memanfaatkan kemajuan teknologi guna menghadirkan industri kreatif,” imbuhnya.
//lmd)