INIPASTI.COM, MAKASSAR – Ribut-ribut soal harga tiket yang tidak turun-turun, tidak membuat Air Asia panic, karena memiliki standar harga yang bersaing. AirAsia saat ini memiliki tingkat utilisasi rata-rata 12,4 jam per pesawat per hari.
Bagi AirAsia yang 80% pesawatnya adalah sewa, hal ini sangat menguntungkan untuk menekan biaya produksi.
Dendy juga mengomentari terkait hilangnya tiket AirAsia di Traveloka dan 14 online travel agent (OTA) lainnya. Juga soal rencana pemerintah mengundang maskapai asing jika perusahaan penerbangan di tanah air tak mau menurunkan harga tiket.
Menteri koordinator bidang perekonomian, Darmin Nasution mengaku heran kenapa hingga kini harga tiket masih mahal. Hingga akhirnya, belakangan ini banyak dikeluhkan dan menjadi sorotan.
Meskipun demikian, ada beberapa perusahaan maskapai penerbangan menyatakan telah menurunkan harga tiket. (Harga) tiket turun, kan banyak keluhan belangan ini bahwa tiket tinggi sekali,” kata Darmin kepada awak media di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (15/2/2019).
Menurut Darmin, harga tiket pesawat memiliki siklus atau kondisi dimana naik atau turunnya harga. Yakni ketika memasuki masa lebaran dan tahun baru atau momen hari besar lainnya.
“Harga tiket itu, sebetulnya setiap kali lebaran sama tahun baru naik sampai di batas atas (ketentuan pemerintah). Mestinya (harga tiket) turun setelah itu,” ujarnya.
Ia menilai, meskipun pihak maskapai penerbangan menaikkan harga tiket hingga tarif batas atas, sejauh ini penurunnya masih kecil dan masih banyak dikeluhkan.
Harusnya, maskapai melihat ini dan menurunkan harga dengan berbagai pertimbangan. “Nah, kali ini kok udah naik di batas (atas) kok enggak turun-turun. makanya sebaiknya turun,” tambahnya.
Sebelumnya, banyak pihak menilai kenaikan harga tiket ini diakibatkan tingginya harga bahan bakar berupa avtur. Sehingga perusahaan maskapai melakukan upaya untuk mengimbangi keuangan berupa kenaikan harga tiket.
Menurut pengamat penerbangan, Arista Atmajati, tingginya harga tiket pesawat saat ini karena disebabkan beberapa faktor. Salah satunya karena sedang dalam kondisi low season.
“Iya, memang benar musim low season. Biasanya (kondisi ini terjadi) Januari sampai Maret,” kata Arista Selasa (12/2/2019).
Arista mengatakan, permintaan pada jasa moda transportasi udara ini masih sepi, setelah melewati libur natal dan tahun baru beberapa waktu lalu.
Sehingga, maskapai memanfaatkan momen ini dengan menaikkan tarif penerbangan untuk kesehatan keuangan.
Direktur Utama AirAsia, Dendy Kurniawan mengaku pihaknya tak khawatir ketika ada ribut-ribut soal mahalnya tiket pesawat dan pemerintah meminta maskapai menurunkan harga.
Termasuk ketika pemerintah meminta maskapai menurunkan harga tiket di hari-hari tertentu. Sebab AirAsia memang sudah menerapkan harga murah.
“Kami di AirAsia, bisa tuh menawarkan tiket dengan harga terjangkau. Kalau bisa untuk domestik tidak usah ada tarif batas bawah,” kata Dendy
Ada empat hal yang membuat AirAsia bisa menekan tiketnya menjadi murah.
Pertama, Group AirAsia hanya menggunakan satu jenis pesawat, yakni Airbus A320 dengan kapasitas 180 tempat duduk. Dengan hanya satu jenis pesawat, perusahaan akan lebih mudah dalam mengelola kru pesawat. Sebab tak perlu lagi memikirkan sertifikasi dan izin pilot untuk jenis pesawat yang berbeda.
Kedua, dengan hanya satu jenis tipe pesawat, AirAsia tak membutuhkan banyak suku cadang dan inventory, sehingga perusahaan bisa berhemat untuk kepentingan perawatan pesawat.
Ketiga, AirAsia Indonesia sebagai bagian AirAsia group mendapatkan keuntungan, ketika akan mengadakan pesawat dari Air Bus.
“Pada saat kita memerlukan pesawat, kalau sendiri-sendiri datang ke Airbus harganya berbeda dengan kalau datang bareng bareng (group AirAsia),” kata pria kelahiran Semarang, 9 Februari 1973 itu.
Dengan demikian harga tiket pesawat dapat ditekan dan memberi peluang kepada pengguna moda angkutan udara dengan harga yang terjangkau (bs/syahruddin).