INIPASTI.COM, MALANG – Di penghujung tahun 2021 ini, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang), pendidikan vokasi di bawah Kementerian Pertanian, patut berbangga hati. Pasalnya 4 alumni dari berbagai angkatan berhasil meraih penghargaan Menteri Pertanian RI pada acara Apresiasi Sumber Daya Manusia Pertanian 2021, di Gedung Karakter PPMKP Ciawi, Rabu (22/12).
Keempat alumni Polbangtan Malang itu adalah Arifuddin Nurahmatullah, SST (2018) kategori petani milenial berprestasi asal NTB, Seftiana, MSi (2008) widyaiswara berprestasi asal Bapeltan Lampung, Lorens Pieter Loak, SST (2006) penyuluh berprestasi asal Dinas Pertanian Kabupaten Rote Ndao, serta Ugik Romadi (2006) kategori dosen berprestasi asal Polbangtan Malang.
Masing-masing penerima apresiasi memperoleh sertifikat yang ditandatangani dan diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo didampingi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.
Dalam sambutannya Dedi menyampaikan bahwa kinerja Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dicapai atas hasil kerja keras seluruh komponen pendukung mulai dari penyuluh, widyaiswara, guru dan dosen, P4S, petani milenial dengan dukungan manajemen yang dikelola secara akuntabel.
“Apresiasi saat ini diserahkan kepada 25 orang yang telah bekerja keras dan terpilih sesuai bidang yang ditekuni,” ujar Dedi.
Sedangkan Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam arahannya mengatakan bahwa capaian kinerja Kementerian Pertanian selama tahun 2021 merupakan hasil kerja semua insan pertanian dari pusat hingga pelosok.
Menurutnya, tugas insan pertanian adalah menyediakan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia, amanah itu tembus ke langit. Untuk itu, perlu dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkarakter, memiliki kapasitas dan kompetitif.
“Orang berkapasitas itu memiliki komitmen, integritas, literasi yang cukup dan memiliki jiwa entrepeneur,” ujarnya di hadapan seluruh peserta yang hadir baik secara offline maupun daring.
Ditemui disela-sela acara, Arifudin Nurrahmatullah petani milenial yang merupakan Co-Founder Maggot DASI NTB menceritakan kisah suksesnya dalam mengembangkan usaha disektor pertanian.
Berawal dari melihat permasalahan sampah di Indonesia, khususnya di Lombok, NTB yang semakin hari kian meresahkan. Hal inilah yang menjadi inspirasi bagi Arifudin untuk merintis perusahaan yang bergerak dalam pengolahan sampah tersebut.
Maggot DASI NTB merupakan salah satu perusahaan rintisan (startup) sejak tahun 2019 yang bergerak di bidang pembuatan (produksi) maggot, dengan memanfaatkan spesies Hermetia Illucens atau yang lebih dikenal dengan sebutan Black Soldier Fly (BSF).
Maggot DASI NTB berfokus pada bisnis pengolahan sampah organik menggunakan bantuan larva BSF yang pada dasarnya mampu mengkonsumsi sampah organik hingga 4x (empat kali) lipat berat badannya.
Setelah larva dewasa, Maggot DASI NTB kemudian akan melakukan proses pengeringan dan menjualnya sebagai produk pakan ternak premium berupa Dry Maggot.
Hingga pada tahun 2021 ini, tercatat 3 lembaga yang menjadi mitra maggot DASI NTB yang kemudian membentuk PT dengan nama Berkahi Gumiku Lestari, diantaranya Universitas BAKRIE, Dompet Dhuafa dan LAZ DASI selaku lembaga pertama yang kemudian mengangkat nama maggot DASI di kalangan masyarakat Lombok.
Meski demikian, kapasitas produksi dry maggot yang dapat dihasilkan perusahaan untuk tiap bulan masih terbilang minim, hal ini dikarenakan terbatasnya lahan produksi dan tenaga kerja perusahaan.
Namun dalam hal penjualan, maggot DASI NTB berhasil memikat para agen-agen maggot besar dari luar Lombok, seperti halnya PT MAI (Jogja) dan distributor maggot Malang, bahkan pasar ekspor dry Maggot oleh Maggot DASI NTB diperkirakan akan terus menjangkau pasar lokal, nasional, maupun internasional dan akan terus dalam proses negosiasi kerja sama.
Dalam membantu meningkatkan ketertarikan masyarakat, Maggot DASI NTB juga berkolaborasi dengan DD Techno untuk membuat aplikasi pengangkutan sampah dengan nama ZEWES, dimana aplikasi ini nantinya akan digunakan sebagai wadah masyarakat menukarkan sampah menjadi rupiah kepada perusahaan.
Hal ini digencarkan guna membantu mengurangi masalah sampah di NTB, khususnya di Lombok, untuk kemudian menjadi pakan BSF.