INIPASTI.COM, Atmosfir kehidupan terus mengalami pergeseran. Semula, kehidupan sosial kita dipandu oleh pemimpin-pemimpin sederhana yang murah hati. Guru-guru yang menghiasi bibirnya dengan berkata jujur. Hanya berujar kalau mereka melaksanakan. Nasihat-nasihat mereka tidak dengan kata-kata, tapi dengan contoh.
Drama kehidupan terus mengalami perubahan. Sinetron mempertontonkan imajinasi yang pontang panting. Dramaturgi berlangsung dengan enteng, seakan-akan keburukan telah berubah menjadi kebaikan.
Lika-liku kehidupan, ibarat sebuah perjalanan. Jarak tempuh setiap orang berbeda-beda. Jalan yang dilewati juga berlainan. Kadang mendaki, lalu menurun, terus landai. Sering berbelok, meskipun tidak jarang jalan lurus. Tapi yang pasti, tidak ada sejarah kehidupan berjalan seperti garis lurus. Hidup selalu ditandai dengan gelombang, naik-turun, berliku-liku. Dalam perjalanan kehidupan, manusia sering tidak menyadari akan menempuh jenis jalan kehidupan tertentu. Kita sering tidak bisa menjawab kenapa kita tiba-tiba berada pada sebuah daratan kehidupan yang gelap gulita, atau pada benua kehidupan yang hitam kelam. Kita juga tidak kuasa menjelaskan kenapa dunia yang tadinya hitam pekat, perlahan-lahan ada pelita, fajar mulai menyingsing dan mentari memekar menyinari. Lalu kita mulai jalan tegap menyusuri kehidupan. Dari satu etape kehidupan ke etape kehidupan yang lainnya, seringkali dibimbing oleh nasib, meskipun ada yang percaya diri mengatakan bahwa keberadaannya pada panggung kehidupan adalah hasil ikhtiar, sebuah pilihan kesadaran.
Antara ikhtiar dan nasib berjalan seiring. Banyak kejadian hidup yang dituntun oleh nasib, sebanyak peristiwa kehidupan yang dirancang dengan ikhtiar. Tapi kedua-duanya tetap sebagai medan ujian bagi manusia. Rasa syukur adalah jawaban yang paling tinggi nilainya bagi setiap lembaran ujian. Barang siapa yang lihai mensyukuri nikmat Allah, ia akan memperoleh tambahan keridhaan dariNya. Salah satu bentuk rasa syukur adalah kesederhanaan. Banyak orang hebat yang pandai mengontrol dirinya, tampil sederhana, meskipun ia memiliki banyak harta. Namun tidak sedikit orang yang doyan menampakkan dirinya secara berlebihan. Orang-orang seperti ini selain tidak peduli dengan lingkungannya, akan selalu diikuti oleh sifat keserakahan yang glamour.
Tarik menarik antara kepolosan hidup dan kesohoran dunia, menimbulkan banyak implikasi bagi kehidupan sosial. Orang-orang yang berderet pada garis keugaharian memandang hidup ini sebagai arena ujian. Sebaliknya, kalangan yang berdiri pada barisan gegap gempita kehidupan, menafsirkan kehidupan dunia sebagai panggung yang menjembatani kemuliaan kehidupan di akhirat. Itu sebabnya, kelompok ini sangat mengutamakan keberhasilan dunia. Karena kesuksesan dunia adalah gambaran kebahagiaan di akhirat.
Dua kelompok masyarakat ini telah mewarnai atmosfir kehidupan. Jumlah yang memilih kegemerlapan hidup jauh lebih besar dari kelompok yang menjadikan kesederhanaan sebagai pilihan hidup. Tumpukan keinginan duniawi seringkali menjadi penanda kalangan ternama. Kadang-kadang kelompok ini menunjukkan banyak cara untuk meraih kesohoran dirinya. Kadang-kadang melampaui batas kepatutan, kali lain melukai, berikutnya merendahkan martabat lingkungannya. Kenyataan inilah yang terus berputar mengisi atmosfir kehidupan sosial kita./IMF