INIPASTI.COM, MAKASSAR – Akhir-akhir ini, dunia demokrasi di Kota Makassar jadi pusat perhatian. Pasalnya, pada 26 Februari mendatang, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar akan menggelar pesta demokrasi pada tingkat paling dasar dari kelembagaan masyarakat. Atas inisiasi Wali Kota Makassar, untuk pertama kalinya, Pemkot Makassar akan melangsungkan Pemilihan Ketua RT/RW Raya (Pilkara). Berbagai profesi pun ikut mencalonkan diri untuk menjadi ketua RT/RW di tempatnya masing-masing. Dari polisi sampai pengusaha ikut meramaikan pesta demokrasi tersebut.
Begitu pula dengan Yuni Kartika, seorang perempuan muda yang kesehariannya menjadi salah satu tenaga pengajar di Sekolah Dasar (SD) Inpres Tamamaung 2. Ia mengaku ingin memberikan perubahan di wilayah tempat ia tinggal, tepatnya di jalan Bonto Ramba, RW 6, Kelurahan Pa’baeng-baeng Kecamatan Tamalate. Menurutnya, jika ingin membawa perubahan bagi Kota Makassar, itu harus dilakukan dari tingkat dasar.
“Kalau alasannya mencalonkan diri sebenarnya mau belajar bagaimana proses demokrasi kepemimpinan di Makassar. Namanya pemula, jadi harus banyak belajar dan mungkin ini juga jadi salah satu jalan bagaimana mewujudkan perbaikan dari tingkat dasar. Kalau mau lihat Makassar baik, perbaikannya harus dari dasar dulu, pemerintahan terbawah yang harus dibenahi,” katanya saat dikonfirmasi oleh tim inipasti.com, Jum’at, (24/2/2017).
Meski usianya baru menginjak angka 23 tahun, Sarjana Pendidikan dari PGSD Unismuh Makassar ini telah memiliki cita-cita yang mulia. Ia mengatakan, ingin menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan bersih. Tentunya, jelas Yuni, hal itu harus didasarkan pada ketaatan pada aturan, rasa kebersamaan dan toleransi. Hal itu pulalah yang menjadi visi alumni SMK Negeri 6 Makassar untuk menjadi ketua RW di lingkungannya.
Dalam mensosialisasikan dirinya pun, putri ketiga dari pasangan Musrsalim dan Nurhidayah ini menjelaskan bahwa ia tak banyak melakukan apa-apa. Selain waktu bagi para kandidat yang terbilang sempit, ia juga menganggap bahwa masyarakat telah mengenali setiap kandidat telah. Tinggal bagaimana ia memberitahu masyarakat bahwa ia pun mencalonkan diri sebagai Calon Ketua RW.
“Tidak banyak yang saya lakukan karena batas waktu pendaftaran dan pencalonan yang singkat. Yang harus kita tahu juga, namanya pemerintahan kelas bawah kita tidak bisa menjanjikan apa-apa, selain kita tidak punya anggaran, juga kemampuan dan jangkauannya terbatas,” ucapnya.
“Kan selama ini kita sudah bertetangga sejak lama, tentu para pemilih sudah tahu karakter para calon bagaimana. Jadi tidak perlu berpura-pura baik, yang dilakukan cuma sosialisasi sama warga, kalau saya mendaftar jadi calon RW. Selebihnya mereka mau pilih saya atau tidak, itu kembali kepenilaian mereka. Pemilih yang cerdas tentu bisa menggunakan kecerdasannya untuk memilih pemimpin,” tambahnya.
Masalah menang dan kalah, bagi Yuni, bukan menjadi persoalan. Baginya ia hanya ingin meramaikan pesta demokrasi di Kota Makassar. “Kalau kita sudah mendaftarkan diri tentu sudah tahu resikonya, kalau bukan menang, ya kalah. Di sini saya mau belajar berdemokrasi dan meramaikan pesta demokrasi kota ini. Soal menang ataupun kalah, itu bukan hal yang penting dan bukan tujuan utama dari semuanya. Ini namanya pendidikan demokrasi, siapapun yang menang nantinya akan tetap didukung dan dibantu dalam membangun masyarakat yang lebih baik kedepannya,” tukasnya.
Untuk sekarang ini, Yuni mengatakan bahwa yang terpenting adalah tetap menjaga silaturrahim, baik antar sesama calon ataupun pendukungnya. Karena ia tidak bisa dipungkiri, dengan adanya pemilihan ini, menyebabkan adanya blok dan kubu dalam masyarakat. Sehingga menurutnya sebagai kandidat, ia harus tahu cara memposisikan diri dan bukan malah memperkeruh keadaan.