INIPASTI.COM – Ada sebuah perumpamaan yang menarik tentang persamaan botol dan manusia. Perumpamaan yang memberikan kita sedikit pelajaran untuk direnungkan. Pembahasan ini sebenarnya sudah sering diangkat ke publik.
Seperti pada 23 Januari 2015, akun Facebook dr. Wahyu Triasmara (Dokter Sahabat Anda) memposting tulisan dengan judul FILOSOFI BOTOL. Kemudian, Majalah Wisatahati Edisi Oktober 2017 halaman 12 juga terdapat artikel dengan judul CERITA TENTANG MANUSIA DAN BOTOL.
Terbaru, pada Februari 2018 lalu, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada salah satu TV Nasional, yakni TV One juga kembali menceritakan tentang Filosofi Botol ini. Adapun filosofi tersebut sebagai berikut:
– Kalau diisi air mineral, harganya 3 ribuan
– Kalau diisi jus buah, harganya 10 ribuan
– Kalau diisi madu, harganya ratusan ribu
– Kalau diisi minyak wangi chanel, harganya bisa jutaan
– Kalau diisi air got, hanya akan dibuang dalam tong sampah karena langsung tiada harganya dan tidak ada yang suka.
Botolnya bisa saja sama, namun harga masing-masing botol di atas bisa berbeda-beda. Kenapa? Ini karena isi di dalamnya yang juga berbeda-beda. Begitu juga manusia, yang membedakan adalah isinya.
Dalam postingan dr Wahyu, ia membandingkannya dengan kualitas dan karakter manusia. Menurutnya, semua manusia sama, yang membedakan satu sama lain adalah KUALITAS dan KARAKTER yang ada dalam diri masing-masing. Sejauh mana manusia itu bisa menjadi ORANG YANG BEMANFAAT BAGI ORANG LAIN yang ada di sekelilingnya, di situlah nilai manusia yang sesungguhnya di mata manusia yang lainnya.
Sementara dalam majalah Wisatahati, mengibaratkan isi botol itu adalah IMAN, TAKWA, dan AMAL manusia. Manusia semua sama, sama-sama makhluk Allah SWT. Manusia dilahirkan di dunia dan akan kembali kepada Sang Pencipta suatu hari nanti. Yang membedakan ketiga hal tersebut. Tiga hal inilah yang menyebabkan kita berharga di sisi Allah atau justru sebaliknya.
Hal yang sama juga dipaparkan oleh Aa Gym. Namun, pada acara yang mengusung tema ‘Memelihara Persatuan di Tahun Politik’ itu, pelantun “Jagalah Hati” itu mengumpamakannya dengan derajat manusia. Pangkat, jabatan, dan kedudukan serta popularitasnya ia ibaratkan sebagai botol atau casing.
Pendiri pesantren Daarut Tauhid ini menyayangkan jika ada manusia yang lebih sibuk mengurusi casing daripada isinya. Ia pun berharap agar semua yang diberikan derajat kedudukan agar sadar bahwa semua manusia akan mati.
Ada tiga pertanyaan yang ia tekankan bagi mereka yang dipercaya oleh rakyat dan diberi kedudukan oleh Allah SWT. Pertama, apakah Sang Pejabat ini menjadi masalah atau solusi di negeri ini? Kedua, contoh apa yang diberikan kepada masyarakat? Karena jangan sampai casingnya bagus, namun isinya comberan atau air got.
Terakhir, apakah perjuangan dan pengorbanan mereka sudah tulus? Ia pun berharap, para pejabat di negeri ini melakukan yang terbaik. Karena segala perbuatan itu dilihat oleh Allah dan tentu akan dibalas. Ganjaran dan balasnya pun akan setimpal dan tidak mungkin tertukar. Olehnya, ia menginginkan agar semua yang diberi casing bagus juga memberikan yang terbaik dengan tulus dan ikhlas.
Namun, ia mengatakan bahwa hal itu akan sulit jika hati tidak di-menej (manajemen). Ia menganggap bahwa ada satu hal penting yang kurang pada jenjang pendidikan di Indonesia, yakni Ilmu Hati atau Manajemen Qalbu. Padahal segala urusan itu tergantung hati.
Akibatnya, lebih banyak manusia yang lebih sibuk membersihkan wajah daripada membersihkan hati., Lebih sibuk menata penampilan daripada menata hati., Lebih sibuk urusi casing dari pada isi.
Ia pun khawatir bangsa ini akan menjadi bangsa yang hanya sibuk dengan casing (pangkat, jabatan, kedudukan), padahal yang mahal adalah isinya. Manusia, siapa pun ia, pasti akan mati. Olehnya, jika diberikan casing yang bagus, isilah dengan perbuatan yang baik, bermanfaat bagi seluruh rakyat, yang benar dalam mengurus negara.
Jika itu semua dilakukan dengan jujur dan tulus, insya Allah, kita akan bahagia meski hidup sebentar tapi sudah mempersembahkan yang terbaik. (Sule)