INIPASTI.COM – Bencana galodo yang melanda lima kabupaten dan kota di Sumatera Barat pada Sabtu, 11 Mei 2024, meninggalkan duka yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Wilayah yang terkena dampak paling parah terletak di Lereng Gunung Marapi, meliputi Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang Panjang.
Dilansir Kompas, dampaknya tak hanya dirasakan pada pemukiman warga, namun juga merusak tempat ibadah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, lahan pertanian, perikanan, saluran irigasi, dan infrastruktur lainnya.
Bencana tersebut juga mengakibatkan gangguan lalu lintas di sejumlah wilayah, termasuk dari Kabupaten Tanah Datar hingga Solok.
Bukan hanya kerugian materi, namun juga korban jiwa yang mencapai angka 62 orang, berdasarkan data dari Pusat Pengendalian Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) per Kamis, 23 Mei 2024.
Selain itu, masih ada 10 orang warga dari Kabupaten Tanah Datar yang dilaporkan hilang.
GALODO, sebuah istilah yang mengacu pada bencana banjir lahar dingin (lahar hujan), banjir bandang, dan tanah longsor, menimbulkan pertanyaan besar mengenai penyebabnya. Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers daring pada Minggu, 12 Mei 2024.
Bencana tersebut dipicu oleh endapan material vulkanik hasil erupsi Gunung Marapi yang tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Hal ini menyebabkan banjir lahar hujan serta longsor di sejumlah daerah.
Selain itu, penumpukan material pohon tumbang di hulu sungai Batang Anai juga diduga menjadi faktor penyebab galodo tersebut.
Fenomena ini disebabkan oleh getaran gempa vulkanik dari Gunung Marapi, yang disertai dengan curah hujan tinggi.
Runtuhnya bendungan alam akibat tumpukan material tersebut meluncurkan banjir bandang yang dikenal sebagai galodo oleh masyarakat Minangkabau.
Pasca bencana, langkah-langkah mitigasi yang dilakukan termasuk survei udara menggunakan helikopter untuk mengidentifikasi titik rawan galodo, serta perancangan sistem peringatan dini yang ditargetkan akan dipasang pada tahun yang sama.
Pembangunan 56 sabo dam di beberapa sungai yang berhulu di Gunung Marapi juga menjadi fokus, dimulai dengan delapan unit pada tahun 2024, diikuti oleh 34 unit pada tahun 2025, dan 14 unit pada tahun 2026, setelah selesainya normalisasi sungai. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko bencana serupa di masa depan (sdn)