INIPASTI.COM, ALEPPO – Omran dikeluarkan dari sisa blok apartemen yang hancur bersama kedua orang tuanya dan tiga saudaranya, yang berusia satu, enam, dan 11 tahun, kata jurnalis Al Jazeera Mubashir, Mahmoud Raslan, kepada kantor berita AP, seperti dilansir BBC.
“Kami mengoper mereka dari satu balkon ke balkon lain,” kata Raslan–yang mengambil foto itu–dan menambahkan bahwa dirinya juga telah mengoper tiga mayat sebelum menerima Omran yang terluka itu.
Kata dokter, Omran dirawat karena luka di kepala dan dipulangkan setelahnya dan tak seorang pun keluarganya yang menderita luka serius.
Gambar anak yang diam terkesima dengan darah menutupi wajah itu membangkitkan kemarahan di mana-mana terhadap berlanjutnya pertempuran.
“Wajah terkesima dan berdarah dari anak kecil yang selamat itu merupakan kesimpulan dari horor yang terjadi di Aleppo,” kata tweet Adib Shishakly, anggota oposisi Dewan Nasional Suriah.
Seorang komentator berbasis di Turki, Omar Madaniah, menulis: “Seorang anak kecil keluar dari reruntuhan bangunan Aleppo setelah pesawat Rusia menyasarnya. Inilah teroris yang dilawan bersama oleh semua negara.”
Tokoh media Arab Saudi Jamal Khashoggi menulis tweet: “Seolah-olah anak kecil itu sedang duduk dalam KTT Arab atau Dewan Keamanan sambil menegur dan memarahi mereka yang diam saja memandang wajahnya yang diam dan berdarah.”
Lebih dari 250.000 orang tewas selama hampir lima tahun perang Suriah, dan 11 juta orang lainnya kehilangan tempat tinggal akibat konflik itu, kata PBB.
Diplomasi Disisihkan
Koresponden BBC di Jenewa, Imogen Foulkes, mengatakan Staffan de Mistura biasanya merupakan diplomat yang cerdas, meskipun tantangan yang dihadapi untuk membawa perdamaian ke Suriah sangat besar. Namun, pada Kamis kemarin, dia tidak tampak cerdas.
Dia terlihat jelas sangat marah saat menggambarkan bagaimana dia harus membatalkan bantuan kemanusiaan hanya delapan menit sesudah memulainya. Tidak ada gunanya semua pertemuan dan pembicaraan yang dilakukan, katanya, ketika tidak ada bantuan kemanusiaan yang dapat disalurkan ke dalam wilayah yang terkepung pertempuran sejak awal Agustus. Hal itu terjadi meskipun para pejabat bantuan senior telah mengajukan permohonan selama berminggu-minggu.
Langkah de Mistura mungkin terlihat seperti tindakan terakhir. Berhubung tidak ada negosiasi yang berlangsung, PBB mungkin bermaksud mempermalukan kedua belah pihak yang saling berperang–dan pendukung mereka seperti Amerika Serikan dan Rusia–agar–paling tidak–memberi jeda agar bantuan dapat disalurkan. Namun, seiring dengan kian berkecamuknya perang di Aleppo, upaya diplomasi PBB di Suriah tampak kian tersisih.