Oleh: Dr. Ade Mujhiyat
INIPASTI.COM, OPINI — Kondisi pandemik Covid-19 yang masih belum selesai, menuntut hadirnya sosok pemimpin yang berintegritas. Masyarakat merindukan figur kepemimpinan yang tidak hanya profesional dan terampil, tetapi juga memiliki integritas tinggi dalam mengemban amanah yang menjadi tanggung jawabnya.
Integritas merupakan sikap hati nurani dalam mengambil keputusan dan melakukan apapun berdasarkan pemahaman pada prinsip kebenaran dan keadilan, apapun risikonya. Pemimpin yang berintegritas akan selalu berkomitmen pada hal yang benar dan menjunjung tinggi supremasi hukum.
Integritas merupakan kunci penting dalam kepemimpinan organisasi, sehingga organisasi perlu mengembangkan kapasitas integritas setiap anggotanya. Dalam konteks ini Petrick dan Quinn (2001) memberikan definisi integritas sebagai, “the quality of moral selfgovernance at the individual and collective levels.” Integritas berarti kualitas penguasaan moral dalam diri seseorang baik pada tingkat individu maupun kolektif.
Sedangkan Barbara Killinger (2010) memaknai integritas sebagai pilihan pribadi berupa sikap tanpa kompromi dan komitmen konsistensi yang dapat diprediksi untuk menghormati moral, etika, spiritual, dan nilai-nilai artistik serta prinsip. Sementara Atwater dan Waldman (2008) mengartikan integritas pimpinan sebagai komitmen dalam bertindak terhadap seperangkat prinsip dan nilai yang dibenarkan secara moral.
Yang penting diperhatikan adalah bahwa dalam menjalankan roda kepemimpinan di level dan bidang apapun, tidak sedikit godaan yang muncul untuk berkompromi. Terutama ajakan yang menyimpang atau menyeleweng dalam melakukan hal yang tak sesuai kebenaran. Karenanya, tak sedikit akhirnya pemimpin yang menghalalkan segala cara dalam bertindak untuk mencapai kesuksesan, meski harus merugikan orang lain.
Padahal sejatinya, dalam menjalankan kepemimpinan seseorang mestinya dapat menjaga integritas. Karena semua orang dan masyarakat yang berada di sekitarnya pasti akan memperhatikan segala tindak tanduk, cara kerja, langkah kebijakan, kewibawaan dan pengambilan keputusan dalam kepemimpinannya.
Integritas adalah aspek penting yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam sebuah organisasi. Integritas menjadi pilar utama agar pemimpin dapat terus dipercaya dan bisa terus memberikan pengaruh secara efektif. Dengan kata lain, integritas merupakan sebuah karakter penting yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Pertanyaannya adalah, bagaimana cara menjadi pemimpin berintegritas? Apa saja yang menjadi ciri-ciri seorang pemimpin yang memiliki integritas serta layak dijadikan teladan?
Resick et al. (2009) menjelaskan bahwa integritas adalah komponen fundamental dari karakter dan merupakan perilaku benar yang secara moral, yang terlepas dari tekanan eksternal. Integritas pemimpin merupakan faktor penting untuk memastikan manajemen berjalan efektif dan aman dari dilema etika lintas budaya. Karakter pemimpin dan integritas merupakan komponen penting dari kepemimpinan etis, karena ia menjadi karakteristik pribadi yang mempengaruhi pilihan dan tindakan para pemimpin dalam menggunakan kekuasaan sosialnya.
Integritas pemimpin berhubungan dengan kesesuaian antara kata-kata dengan perbuatan, kredibilitas dan bertindak adil. Hal ini sebagaimana diungkapkan Kibok Baik (2003), bahwa integritas berkaitan dengan persepsi bawahan, bahwa pemimpin menganut seperangkat prinsip yang diterima bawahannya. Pemimpin dianggap sebagai orang yang berintegritas apabila menunjukkan kesesuaian antara kata-kata dan perilaku, konsistensi dengan tindakannyanya, komunikasi kredibel dengan bawahan, dan rasa keadilan yang kuat. Oleh karena itu, pemimpin yang dianggap dapat dipercaya kemampuannya, kebajikan dan integritasnya akan lebih mungkin untuk berhasil.
Konsep tentang integritas pimpinan dijelaskan juga oleh Catlett dan Firestone (2009), bahwa pemimpin yang memiliki integritas adalah pemimpin yang tindakannya sesuai dengan kata-katanya, sehingga dapat digunakan untuk menginspirasi kepercayaan satu sama lain. Maka, integritas menjadi karaktistik paling penting untuk dimiliki dan dikembangkan oleh pemimpin yang efektif.
Adapun ciri-ciri pemimpin yang berintegritas menurut Butler (2001) adalah ada tiga, yaitu: 1) standar etika (ethical standard), 2) kompetensi (competence), dan 3) menghormati moral orang lain (moral respect for other). Sedangkan menurut Heineman (2008), pemimpin yang memiliki integritas tinggi dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut: pertama, ketaatan yang teguh terhadap aturan formal, keuangan dan hukum. Kedua, sang pemimpin dengan sukarela mengadopsi standar etika global yang mewajibkan organisasi dan anggotanya bertindak di atas kepentingan pribadinya. Ketiga, komitmen terhadap nilai-nilai kejujuran, keadilan, kehandalan, keberanian, ketangguhan, dan kepercayaan.
Pandangan lain tentang ciri-ciri integritas pemimpin menurut AuBuchon (2003), antara lain dicirikan oleh tiga hal. Pertama, kejujuran (honesty), yang merupakan aspek penting dalam semua aspek interaksi organisasi. Semua orang tentu mengharapkan agar bisa berhubungan dengan orang yang jujur. Kedua, kebenaran (truthfulness), yang menunjukkan konsistensi seseorang dalam menyatakan kebenaran atau dalam berhubungan dengan realitas. Ketiga, karakter (character), yang merupakan deskripsi atribut, sifat atau kemampuan seseorang serta sebagai representasi kekuatan moral atau etika seseorang.
Untuk membangun integritas, maka seorang pemimpin harus menerapkan prinsip-prinsip kunci pada dirinya. Blankson (2005) menawarkan delapan prinsip yang dibutuhkan untuk membangun integritas pemimpin, yaitu: cinta (love), kejujuran (honesty), iman dan harapan (faith and hope), kehati-hatian (prudence), keadilan (justice), ketabahan (fortitude), kesalehan (charity), dan pengendalian diri (temperance).
Semoga Tuhan senantiasa menghadirkan pemimpin yang berintegritas untuk membangun Indonesia yang kita cintai ini. Pemimpin yang menjunjung tinggi kebenaran, cinta kasih, kejujuran, keimanan, keadilan dan mampu mengendalikan diri dari berbagai godaan yang menjerumuskan. Sehingga Indonesia menjadi negara yang kuat, adil dan makmur di bawah naungan dan ridha Allah SWT, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur. Insya Allah.
//Penulis, Sekretaris Staf Khusus Menteri Bidang Kebijakan Pertanian