INIPASTI.COM, OPINI – Lagi-lagi agama dijadikan kambing hitam oleh kaum kapitalis, demi eksistensi semua cara akan dihalalkan demi sebuah tahta duniawi. Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi bahwa “Agama sebagai musuh utama pancasila” sebagaimana dikutip pada situs (Republica.co.id).
Pernyataan tersebut banyak menuai kritikan pedas dari kalangan masyarakat baik dari ulama hingga politikus. Secara fakta jika ditinjau dari pancasila sebagai dasar negara yang katanya disusun atas dasar agama, maka sangatlah wajar jika pernyataan BPIP menuai kritikan pedas dari beberapa kalangan karena secara tidak langsung membenturkan agama dengan pancasila itu sendiri.
Seperti salah satu kritikan dari ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon mengkritik pernyataan Kepala BPIP yang menyebut agama sebagai musuh terbesar Pancasila. Dia menyayangkan keberadaan BPIP hanya membuat gaduh. “Di era ini tambah parah saja kita terbelah dalam perbedaan. Istana dan sekitarnya intropeksi dirilah, hati-hati bernarasi. Sudah lampu kuning ini sebentar lagi merah,” kata Jansen melalui keterangan tertulis kepada CNNIndonesia.com (13/2).
Kritikan dari dari ketua DPP Partai Demokrat sangatlah jelas bahwa pemerintah hari ini banyak memuculkan masalah mulai dari ilusi janji kampanye hingga kerja sama yang kebablasan, ekonomi melejit naik yang kemudian menyiksa rakyat.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berkomentar terkait pernyataannya yang dianggap kontroversial terkait “Agama musuh terbesar Pancasila.” Menurut Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, pernyataannya tersebut seharusnya dipahami secara utuh. Ya kalau utuh tidak akan salah paham,” ujar Yudian ketika dihubungi pada (12/02/2020).
Setelah menuai kritikan pedas, ketua BPIP Yudian wahyudi melakukan klarifikasi mengenai pernyataan tersebut “Maksud saya, musuh pancasila adalah minoritas yang mengklaim dirinya sebagai mayoritas umat beragama padahal mereka itu minoritas tapi mengklaim sebagai mayoritas,” tandasnya. Menurut Yudian anggapan beberapa pihak mengenai pernyataannya tidaklah benar, karena maksudnya adalah bahwa pancasila sering dihadapkan dengan pihak-pihak yang memiliki pemahaman sempit dan ekstrem.
Dari hasil klarifikasi Yudian bisa mengarahkan tuduhannya kepada kaum Muslimin yang sering mengelurkan kritikan terhadap pemerintah. Siapa yang dimaksud kaum “minoritas”? Lagi-lagi kalimat yang digunakan adalah kalimat provokasi yang pada akhirnya membumingkan lagi isu islam radikal, alhasil ini membuat ketakutan yang berlebihan terhadapan orang Islam simbol-simbol Islam hingga kalimat kritikan akan dikatakan anti pancasila. Begitulah kapitalis bekerja demi meraih eksistensi, apapun cara akan digunakan salah satunya menjadikan agama sebagai bumbu dalam setiap rencananya. Telah tampak jelas bahwa tiada kedamaian jika berharap kepada sistem kapitalis.
Kapitalisme demokrasi yang telah terbukti menjadi penyebab kemiskinan massal, menumbuh suburkan kerusakan moral dan menjadikan negara berlepas tanggungjawab.
Terlalu berlebihan bila ada sebagian kalangan yang memandang bahwa keinginan umat Islam untuk menerapkan syariat Islam dipandang sebagai upaya untuk mendominasi, meminggirkan apalagi menyingkirkan umat lain. Perlu dipahami bahwa watak ajaran Islam adalah rahmat dan kasih sayang terhadap sesama manusia dan makhluk Allah lainnya (rahmatan li al-‘alamin). Intinya, selama ini telah terjadi kesalahpahaman terhadap Islam baik di sebagian kalangan Islam sendiri atau dikalangan non Muslim.
Sebagaimana yang banyak terjadi hari ini dan salah satunya pernyataan ketua BPIP di atas. Sebagai sebuah agama, Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur tata cara hubungan antara manusia dengan tuhan (ibadah) dan hubungan antar sesama manusia (muamalah) dalam seluruh aspeknya, baik ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan negara, serta teknologi dan sebagainya. Agama ini juga memiliki kerangka acuan yang sempurna, mempunyai cakupan pengertian yang luas serta ia juga tidak hanya berkaitan dengan permasalahan ibadah, tetapi juga muamalah, aqidah dan syariah, kebudayaan serta peradaban. Agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. ini tidak hanya berkaitan dengan masalah akhirat, tetapi juga masalah kehidupan dunia, tidak hanya masalah sistem kepercayaan, tetapi juga mengajarkan persoalan tata kelola negara. Dengan demikian, Islam datang dengan serangkaian pemahaman tentang kehidupan telah membentuk pandangan hidup tertentu. Namun demikian memang harus diakui bahwa agama ini hadir dalam bentuk garis-garis hukum yang global, maka dari itu agama dan negara dua aspek yang tak dapat dipisahkan.
Kelebihan syariat Islam dibanding hukum-hukum produk manusia adalah bahwa syariat Islam mencangkup dimensi dunia dan akhirat, sementara hukum buatan manusia hanya menyangkut urusan dunia saja bahkan diperuntukkan untuk kepuasan pribadi saja. Hukum Islam memuat ketentuan-ketentuan yang bersifat solutif. Islam sebagai solusi bukanlah hanya sebatas slogan, tetapi itu merupakan janji Allah Swt. Wallahu a’lam. [IRP]
Oleh: Suriana Binti Ardi
Aktivis BMI Makassar