INIPASTI.COM, Tangerang (21/12) – Program asuransi pertanian yang di inisiasi Kementerian Pertanian (Kementan) mendapat apresiasi dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang, atau JICA (Japan International Cooperation Agency).
Chief Representative of JICA Indonesia Office, Shigenori Ogawa, mengatakan kerjasama dengan Kementan terkait asuransi telah dimulai sejak tahun 2013, JICA menambah subkomponen adaptasi iklim dalam Proyek Strategi Perubahan Iklim di Indonesia. Ia mengaku pihaknya telah mendukung Kementan dalam ujicoba asuransi berbasis gantirugi, Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), yang telah berkontribusi ke pelaksanaan skala besar AUTP sejak 2015.
“Selama 10 tahun terakhir, pemerintah Indonesia dan JICA telah bekerjasama memperkuat skema asuransi pertanian di Indonesia. Kami percaya bahwa asuransi pertanian berperan penting dalam mendukung petani kecil dan menjaga ketahanan pangan dengan meningkatkan daya tahan petani terhadap perubahan iklim dan risiko-risiko lainnya” ungkap Shinegori Ogawa di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Tangerang.
Lebih lanjut ia mengapresiasi terhadap komitmen Kementan dalam projek Pengembangan Kapasitas untuk Pelaksanaan Asuransi Pertanian, ia mengaku kerjasama JICA dan Kementan mampu menciptakan design dan ujicoba skema asuransi baru, termasuk pengumpulan data panen historis, analisis kerangka pelaksanaan yang tepat untuk jenis produk asuransi, dan sosialisasi kepada para penyuluh dan petani tentang asuransi.
“Kami telah banyak berdiskusi dan berkonsultasi untuk mendesain dan mengujicobakan asuransi indeks panen baru di Indonesia. Berkat komitmen dan kerjasama dari Kementan dan para pemangku kepentingan lainnya, kita telah memulai kegiatan ujicoba di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat sejak tahun lalu, dan tahun ini, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, akan ikut dalam ujicoba” ungkapnya.
Dikesempatan yang sama, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengungkapkan bahwa sejak 2015 luas sawah dan jumlah petani yang dilindungi asuransi pertanian terus meningkat, program ini dianggap sukses melindungi petani dari ancaman kerugian, dirinya mengatakan kinerja asuransi pertanian wajib untuk ditingkatkan, baik dari jumlah petani maupun luas lahan yang dilindungi.
“Asuransi merupakan solusi menghadapi tantangan iklim saat ini, kita tahu bahwa musibah itu bagian dari kehidupan yang tidak bisa kita hindari, jadi orang modern itu harus kenal asuransi, sosialisasi asuransi ini harus massif, lahan kita ada 7 juta ha lebih, paling tidak 5 persen diantaranya ada kemungkinan untuk bersoal” ungkap Syahrul.
Lebih lanjut dirinya menegaskan selain upaya peningkatan produksi melalui mekanisasi pertanian, perlindungan terhadap petani juga menjadi hal penting dalam meningkatkan produktvitas pangan, perlindungan petani dalam menjalankan usaha tani nya melalui program AUTP merupakan pendekatan baru yang harus didukung dan diperkuat.
“Kita pikirkan lebih matang lagi, agar rakyat hidup lebih baik dari pertanian, 5 bulan ini, kita adakan gugus tugasnya, JICA kami minta untuk asistensi dan masukan – masukan agar performa asuransi pertanian ini dapat lebih baik, kami mohon kerjasamanya agar program pembiayaan untuk petani ini dapat lebih baik lagi” ungkap Syahrul.
Sebagai informasi, program AUTP di Indonesia merupakan hasil rancangan/ujicoba Pemerintah Indonesia dan JICA sejak tahun 2008 sd 2013 di Provinsi Bali, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jawa Timur, hingga Kementerian Pertanian mengimplentasikakan program Asuransi Pertanian sejak tahun 2015 sd 2021.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, pengembangan Asuransi Pertanian di Indonesia Khususnya AUTP sangat berkembang pesat. Terbukti sejak tahun 2015 sd 2021 kepesertaan tiap tahunnya meningkat, tahun 2015 seluas 233.000 ha dengan jumlah petani 401.408 orang di 125 Kabupaten, hingga Tahun 2021 seluas 400.000 ha dengan jumlah petani 619.700 di 201 Kabupaten.