INIPASTI.COM – Uraian berikut ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yaitu Istri Menghebatkan Suami (1). Di mana pada uraian sebelumnya diuraikan tentang amalan kaum hawa agar bisa masuk surga dari arah mana saja. Tentunya uraian tersebut dilengkapi dengan beberapa dalil Al-Qur’an dan Hadits.
Sedangkan pada edisi kedua ini lebih kepada kajian akademik dari seorang trainer perempuan. Berikut uraiannya.
Mengutip dari siaran talkshow, Kastini S Kaspan LCPC, seorang trainer dan women’s coach di radio Suara Muslim Surabaya FM, menjabarkan ungkapan,
“Di balik lelaki yang hebat, ada istri yang hebat juga”, yakni istri yang juga memiliki peran istri dan ibu, dari keduanya pasti ingin memerankan sebaik-baiknya. Sangat luar biasa jika bisa memilih hal penting untuk meraih tujuan hidup, yakni keluarga Samara (Sakinah Mawaddah wa Rahmah). Jika istri itu mampu memiliki kemampuan untuk menghebatkan suami.
Layaknya seorang laki-laki atau suami menjadi hero, menjadi pahlawan di keluarganya, di mata istri dan anak, Bagaimana suami ini menjadi pemimpin yang hebat? Namun dalam kenyataan hidup, masih banyak istri yang berani terhadap suaminya, memarahi suaminya, pergi dengan laki-laki lain dengan bangganya. Itulah contoh yang sangat buruk di masyarakat.
Kastini S Kaspan menambahkan, Nah sekarang ini perempuan-perempuan itu ingin menjadi seperti apa? Sepertinya, istri taat dan patuh terhadap suami sudah menjadi masa lalu, seperti barang kuno. Kalau toh ingin menjadi perempuan berdaya, berdayanya Seperti apa? Banyak wanita yang sudah berpendidikan tinggi, berpenghasilan besar, dan berprasangka suaminya tidak berprestasi, hingga melecehkan dan merendahkan.
“Keluarga seperti ini, ingin menjadi apa? Bagaimana peran istri? Apakah menghebatkan suami dulu atau istri dulu? Atau dua-duanya harus hebat? Juga suami yang hebat itu seperti apa?”, tanya Kastini dalam acara tersebut.
Ia melanjutkan bahwa para istri memiliki kemampuan untuk menghebatkan suami menjadi pemimpin keluarga yang baik, apalagi memiliki peran di masyarakat, maka istri pun akan mendapatkan amal sholeh dan kemuliaannya. Contohnya: istri-istri nabi, Khadijah dan Aisyah dan lain-lain.
“Bisakah istri menjadikan hebat suaminya? Insya Allah pasti bisa, yakni menjalin kesepakatan bersama untuk mencapai visi keluarga mau dikemanakan, saling bekerja sama. Kehebatan seorang suami, bukan hanya pintar nyari duit, yang selalu memenuhi kebutuhan istri, semua romantic.
Akan tetapi suami yang bisa menempatkan dirinya sebagai fungsi suami, sebagai qowan (pemimpin) yang juga tidak hanya sebagai Imam, yakni penanggung jawab dunia akhirat istri dan anak-anaknya selalu bergandengan tangan menuju surga Allah SWT. ini dalam ranah keluarga.
Dan bisa juga di ranah pekerjaannya yang memiliki pengaruh di lingkungan kerjanya di masyarakat untuk umat maupun organisasi.
Kastini menegaskan kembali, Jadi bagaimana suami istri saling membantu dalam kebaikan? tapi kadang-kadang istri kurang berjuang dalam prosesnya, karena tidak sedikit para perempuan itu hanya melihat hasilnya. Kenapa kok mendapatkan segini? Kenapa suamiku? Anak kok nggak begini? Kenapa kok cuman begini doang?
Kuncinya adalah saling adanya tolong menolong. Maka istri yang baik atau hebat adalah istri yang membantu suaminya untuk menuju ke surga Allah SWT. Begitu sebaliknya suami, karena apapun kehebatan di dunia ini, yang berhasil diraih tidak ada artinya, karena nantinya kita tinggalkan.
Bagaimana istri menghebatkan suami? yakni istri yang mengetahui potensi suaminya dengan ini istri bisa mengarahkan sumber daya suami untuk tumbuh. Misalnya punya potensi berdagang bisa sukses, potensi menjadi seorang ustadz, akademisi, teknokrat, dan lain-lain.
Sehingga suami bisa tumbuh menjadi hebat, memberi ruang, mendorong suami, tidak malah membebani geraknya. Selalu berfikir cara-cara agar suaminya itu tumbuh mengembangkan kemampuannya, mencapai kehebatannya dalam bidangnya.
Bagaimana dengan suami yang sedang sakit, tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya? Inilah peran istri, bagaimana menghebatkan suami. Pertama, Seorang istri harus merawat suami agar lekas sehat, memberi semangat, makanan, obat untuk mensupport kesehatannya, memberi suntikan motivasi atau optimisme, bahwa sakit ada akhirnya. Setelah sembuh, bisa mendorongnya kembali untuk terus berkiprah, istri membesarkan hati suami.
Bagaimana dengan keduanya yang sama-sama memiliki ego? Apakah suami dulu atau istri dulu dalam meraih kesuksesan? Seorang istri harus memprioritaskan aktivitas yang harus mempertimbangkan mana yang lebih penting, membimbing anak-anak agar sholeh-sholehah, kebahagiaan, kebersamaan dan tidak mengajar materi semata.
Di sinilah pentingnya mereorientasikan atau berfikir kembali arah hidup kita. Akan mencari status sosial, kebutuhan hidup, lebih-lebih tidak memperhatikan akhirat, maka akan terjadi penyesalan.
Contoh riil: karir bagus, anak sukses, hidup terpandang, namun di akhir hidup, di masa tua, tidak ada anak-anaknya yang berbakti pada orangtua. Sehingga orangtua kesepian. Di sinilah kita harus mendefinisikan arti hidup, yakni seorang istri harus mampu menghebatkan anak-anaknya dan suaminya.
Meski dalam diri istri juga ingin hebat, Seorang istri harus memilih proritas suami yang harus dihebatkan, kemudian istri dan istri harus rela seandainya suami yang hebat.
Istri yang merasa hebat kadang meninggalkan kesantunan terhadap suami. Para istri, ambillah teladan sebagai ibunda atau istri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, karena beliau adalah istri yang sangat beriman, beliau itu ningrat pintar kaya raya dan pejuang, sempurnalah. Beliaulah istri penghebat suami, Khadijah Ra. Semoga bermanfaat. (Sumber :Majalah Wisatahati Edisi Desember 3018)