INIPASTI.COM – Serangkaian serangan di Gaza dan penghancuran masjid-masjid, termasuk Masjid Al-Omari yang ikonik, telah menimbulkan kesedihan dan kekhawatiran di kalangan warga Palestina. Sejak 7 Oktober, pasukan Israel dilaporkan menghancurkan lebih dari 300 masjid dan tiga gereja, meninggalkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Salah satu masjid yang terkena dampak adalah Masjid Al-Omari, yang memiliki signifikansi historis dan arkeologis. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Omar bin al-Khattab dan dulunya merupakan kuil Romawi yang kemudian menjadi gereja sebelum menjadi masjid terbesar setelah penaklukan Islam.
Kehancuran masjid ini telah meruntuhkan tidak hanya bangunan fisiknya tetapi juga kenangan berharga masyarakat yang terkait erat dengan tempat ibadah tersebut.
Warga Palestina, baik di Gaza maupun di diaspora, merasakan kehilangan yang mendalam, terutama karena masjid memiliki peran sentral dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat komunitas, penanda waktu salat, dan tempat untuk berkumpul dan berdoa bersama. Kehancuran masjid-masjid ini menyebabkan hilangnya suara azan yang menggugah jiwa dan membuat warga menggunakan ponsel mereka untuk mengumandangkan azan.
Beberapa warga, seperti Khaled Abu Jame, menekankan bahwa membangun kembali lingkungan mereka terkait erat dengan membangun kembali masjid-masjid. Masjid bukan hanya bangunan fisik, tetapi juga mewakili jantung komunitas dan identitas keagamaan.
Keengganan untuk meninggalkan masjid meskipun ada ketakutan atas serangan menunjukkan ketangguhan dan tekad masyarakat Palestina untuk menjaga warisan budaya dan agama mereka.
Pihak otoritas Palestina, melalui Kementerian Pariwisata dan Purbakala, mengutuk penghancuran Masjid Al-Omari sebagai bagian dari rencana Israel menghapus warisan Palestina. Mereka menyatakan bahwa tindakan tersebut melanggar perjanjian internasional, termasuk Konvensi Den Haag tahun 1907, Konvensi Jenewa Keempat tahun 1949, dan konvensi UNESCO tentang perlindungan kekayaan budaya.
Mereka mendesak intervensi internasional, khususnya dari UNESCO dan komunitas global, untuk menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina dan warisan budaya mereka.
Dalam konteks ini, warga Palestina mengekspresikan harapan mereka untuk membangun kembali Gaza setelah perang, sehingga mereka dapat menghidupkan kembali momen-momen indah dan mengunjungi kembali tempat-tempat bersejarah bersama keluarga mereka.
Meskipun dihadapkan dengan penghancuran masjid dan situs bersejarah lainnya, masyarakat Palestina menegaskan tekad mereka untuk mencapai kebebasan dan kemerdekaan (sdn)