INIPASTI.COM, JAKARTA- David Beasley, kepala World Food Programme (WFP), menegaskan aksi cepat diperlukan untuk menghindari bencana tersebut.
Hingga saat ini jumlah pasien terinfeksi corona di dunia, hingga Minggu (26/4/2020) pukul 16.06 WIB mencapai 2.930.901 kasus.
Dari 2,93 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 203.413 pasien meninggal dunia dan 838.306 dinyatakan sembuh.
Terdapat 210 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19.
Sontak, sebuah laporan mengestimasi bahwa jumlah orang yang menderita akibat kelaparan bisa melonjak dari 135 juta jiwa menjadi 250 juta jiwa.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis laporan teranyar yang menyebut sebanyak lebih dari 114 juta orang di 53 negara tahun lalu mengalami “kelaparan akut”.
Kutip Straits Times melaporkan, Rabu (3/4/2020), kelaparan itu disebabkan oleh perang dan bencana alam. Afrika disebut benua yang paling terdampak.
Laporan yang dirilis merupakan edisi ketiga dari studi tahunan yang dimulai sejak 2016. Akibat pademi virus Corona angka kelaparan dunia meningkat.
Pemaparan WFP yang tercantum dalam Laporan Krisis Makanan Dunia menyoroti Yaman, Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Venezuela, Ethiopia, Sudan Selatan, Sudan, Suriah, Nigeria, dan Haiti.
Di Sudan Selatan, seperti dijabarkan laporan tahunan tersebut, sebanyak 61% penduduknya terdampak krisis makanan tahun lalu.
Bahkan, sebelum wabah virus corona berlangsung, sebagian wilayah Afrika Timur dan Asia Selatan telah mengalami kekurangan makanan yang parah akibat kekeringan dan wabah serangga terparah sejak berpuluh tahun terakhir.
Berbicara di depan para delegasi Dewan Keamanan PBB dalam konferensi melalui tayangan video, Beasley mengatakan dunia harus “bertindak bijak dan cepat beraksi”.
“Kita dapat menghadapi sejumlah bencana kelaparan dalam skala seperti kisah Alkitab dalam beberapa bulan mendatang. Kenyataannya, waktu tidak berpihak pada kita.”
Ditambahkannya, “Saya percaya bahwa dengan keahlian kita dan kemitraan kita, kita dapat mengumpulkan tim dan program yang diperlukan guna memastikan pandemi Covid-19 tidak menjadi bencana kemanusiaan dan krisis makanan.”
Ekonom senior WFP, Arif Husain, mengatakan dampak pandemi terhadap ekonomi berpotensi menimbulkan bencana untuk jutaan jiwa “yang sudah berada di ujung tanduk”.
“Ini adalah pukulan godam bagi jutaan jiwa yang hanya bisa makan jika memperoleh upah,” sebut Husain dalam pernyataan.
“Lockdown dan resesi ekonomi dunia sudah menghancurkan simpanan mereka. Hanya perlu satu ledakan lagiāseperti Covid-19āuntuk mendorong mereka hingga jatuh. Sekarang kita harus bertindak secara kolektif untuk memitigasi dampak bencana dunia ini.”
Awal bulan ini, WFP mengatakan mengurangi bantuan hingga setengah ke sejumlah kawasan Yaman yang dikendalikan pemberontak Houthi akibat krisis pendanaan.
Lembaga PBB itu mengaku penyumbang telah menghentikan sumbangan mereka karena khawatir pengantaran bantuan akan dihalangi pemberontak Houthi.
Setiap bulan WFP memberi makanan kepada 12 juta warga Yaman, 80% di antara mereka berada di kawasan yang dikendalikan pasukan Houthi.
Yaman mengonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya awal bulan ini. Sejumlah lembaga bantuan mewanti-wanti penyakit itu dapat dengan cepat membuat sistem kesehatan negara itu kewalahan.