INIPASTI.COM – Mudah saja baginya buat mendorong daun pintu secara paksa sehingga terbuka, kemudian ia meloncat keluar. Teringat bahwa ia tidak bersenjata, ia lalu meloncat keluar, ke dalam taman lalu mematahkan sebatang ranting dari sebuah pohon. Kemudian ia melompat ke atas genteng melakukan pengintaian.
Baca juga: Pendekar cengeng 5 (9)
Suara ketawa tawa dan jerit makian wanita yang terdengar dari bangunan di sebelah belakang Istana Air menarik perhatiannya lalu seperti seekor burung garuda ia berlari secepatnya bagaikan terbang, kemudian ia meloncat ke atas genteng, dan melihat ke bawah. Apa yang dilihatnya di dalam kamar di bawah itu membuat darahnya mendadak menjadi panas sekali. Dua orang gadis muda remaja yang terikat kedua tangannya sedang meronta-ronta serta memaki-maki, sedangkan empat orang laki laki yang ia ketahui sebagai Yang ce Su go sambil tertawa tawa merenggut dan merobek robek pakaian dua orang gadis itu sehingga mereka bedua kini menjadi telanjang bulat!
“Iblis keji bunuhlah kami !” teriak gadis yang memaki maki tadi sambil meramkan mata.
“Ya, bunuhlah kami… bunuh saja kami !” teriak gadis kedua dengan air mata bercucuran. Dua orang gadis itu memaki maki dan tidak takut melawan maut, akan tetapi ancaman yang mereka hadapi ini jauh lebih mengerikan daripada maut sendiri!
Akan tetapi empat orang itu cuma tertawa tawa dan laksana singa kelaparan sedang memperebutkan dua ekor domba gemuk, lalu berbareng mereka maju menubruk dengan nafsu seekor binatang meluap luap,
“Manusia binatang….. !!”
Seruan ini disusul menyambarnya tubuh Yu Lee ke bawah melalui genteng serta sebelum satupun diantara tangan empat orang Yang ce Su go itu dapat menyentuh tubuh dua orang gadis itu yang telanjang bulat, Yu Lee sudah menghantamkan tangan kiri yang terbuka jari jarinya kearah mereka, membuat mereka bagaikan disambar petir dan terlempar kesana kemari ! Kepala mereka terasa pening dan pandang mata berputar putar dan sampai beberapa lama mereka tak dapat bangun. Masih untung bagi mereka bahwa pemuda itu hanya menghantam mereka dengan hawa pukulannya saja karena kalau tersentuh tangan yang penuh dengan ilmu Sin kong ciang (Tangan Sinar Saki) itu tentu tubuh mereka tak bernyawa lagi!
Yu Lee cepat mengambil pakaian luar dua orang gadi itu yang tadi hanya dilepaskan dan tidak dirobek robek seperti pakaian dalam mereka, melemparkan dua perngkat pakaian itu kepada mereka sehingga menutup dua orang gadis itu, kemudian dua kali tangannya bergerak, tali kulit yang membelenggu tangan Lauw Ci Sian dan Tan Li Ceng putus putus semua!
Lauw Ci Sian dan Tau Li Ceng yang melihat pemuda pakaian putih itu sengaja membalikkan tubuh membelakangi mereka, dengan muka merah sekali cepat cepat mengenakan pakaian luar mereka kemudian sambil berseru bagaikan seekor harimau Tan Li Ceng meloncat ke depan Song Kai dan kakinya terayun.
“Dess…!” Tubuh Song Kai terlempar seperti bola membentur dinding di mana ia roboh dan mengaduh aduh.
“Bukk!” Lauw Ci Sian juga menendang bergantian dua orang Yang ce So go yang menelanjanginya. Bagaikan dua ekor harimau betina yang marah mereka menghantam dan menendangi empat orang Yang ce Su go.
Empat orang kepala bajak sungai itu biarpun sekarang telah sadar, namun begitu melihat Yu Lee berdiri di situ dengan tegak dan gagah, semangat mereka telah melayang dan keberanian mereka lenyap seperti diterbangkan angin. Bahkan kini mereka merintih rintih, mengaduh aduh karena hajaran dua orang gadis itu, kemudian tanpa malu malu lagi mereka berempat berlutut mengangguk anggukkan kepala seperti ayam makan padi sambil minta minta ampun!
Adapun Yu Lee bengong terlongong ketika melihat bahwa dua orang gadis itu ternyata pandai ilmu silat! Bukan hanya pandai, malah ahli benar dan jelas bahwa tingkat kepandaian mereka jauh di atas tingkat empat orang bajak itu! Saking herannya, ia hanya bengong saja dan tak dapat dicegah ketika dengan tiba tiba Tan Li Ceng menyambar sebatang golok empat orang itu yang tercecer karena dihajar, kemudian sambil memaki maki di samping terisak menangis, gadis ini empat kali menggerakkan golok dan… empat buah kepala manusia menggelinding di atas lantai dan empat batang tubuh menyemburkan darah dari leher yang buntung !
“Ahhh…!”
Mendengar suara ini, Tan Li Ceng yang beringas dan Lauw Ci Sian yang biarpun marah tidak seganas adik seperguruannya, cepat membalikkan tubuh dan.. mareka berdua kini yang menjadi bengong melihat betapa pemuda gagah perkasa yang telah menolong mereka itu kiní berdiri sambil menangis mengusap usap mata dengan ujung lengan baju.
Bersambung…