INIPASTI.COM – Dengan demikian, biar pun ia tidak berhasil merampasnya, sedikitnya ia telah mampu membuatnya terlepas dari sumpit lawan dan hal ini saja sudah berarti bahwa ia telah menang setengah bagian! Dengan akal ini Siok Lan lalu berseru, “Lihat serangan!” Kini sepasang sumpitnya digerakkan dengan cepat dan bertenaga kuat karena ia kini mengerahkan sin kangnya, tidak lagi mengandalkan kecepatan melainkan mengandalkan tenaga.
Ie Bhok kelihatan kaget sekali dan sekali pandang saja ia sudah menduga akan akal gadis ini. Kalau ia menangkis dan melayani adu tenaga dengan gadis yang ia ketahui memiliki kekuatan sinkang hebat ini, tentu daging yang dijepit sumpitnya akan terlempar dan dengan demikian ia sudah akan mendapat malu.
Maka secara tiba tiba sekali ia melontarkan daging yang dijepit itu ke atas, sumpitnya mengelak ke bawah dan terus melakukan tiga kali totokan ke arah tiga jalan darah di sekitar tangan dan pergelangan tangan Siok Lan yang memegang sumpit! Jadi kali ini Siok Lan menghadapi jurus serangan ilmu senjata poan koan pit yang berbahaya! Tentu saja Siok Lan tidak mau membiarkan tangannya tertotok karena biarpun andaikata ia mampu membuat daging itu terlepas, kalau sampai ia tertotok dan sumpitnya sendiri terlepas, ia tentu akan mendapat malu dan itu berarti ia kalah! Cepat ia menggerakkan pergelangan tangan memutar sumpitnya membetuk lingkaran yang kuat, menangkis tiga kali totokan lawan. Akan tetapi, ternyata lawan tidak jadi menyerang, sebaliknya sumpit lawan kini lagi lagi sudah menyambar dan menjepit dagingnya yang tadi terpental ke atas dan kini sudah melayang turun lagi. Karena Siok Lan tertipu dan gadis ini tadi mencurahkan perhatian untuk menangkis totokan totokan masa tentu saja ia tak cepat mencegah lawannya menjepit kembali daging itu.
“Tinggal sejurus lagi nona.” Ie Bhok tersenyum dan mengacungkan daging dalam jepitan sumpitnya.
Merah wajah Siok Lan dan nona ini hampir putus aa. Orang di depannya benar benar lihai dan cerdik, semua mata para ramu ditujukan kepada adu kepandaian yang aneh dan lucu ini dan kalau sekali lagi ia tidak mampu merampas daging, betapapun juga ia akan kehilangan muka di tempat itu ! Tiba tiba Yu Lee beikata, “Nonaku ini tidak mau sungguh-sungguh merampas, mengapa kau orang tua tidak bisa mengerti? Kalau nona majikanku menghendakinya, maka dalam sejurus saja pasti daging itu dapat dirampasnya? Dan sekarang ini nonaku sudah memberi muka terang kepada lo enghiong, mengapa lo enghiong tidak mau mengerti ?”
Ie Bhok mengerling ke arah Yu Lee dan tertawa “Ha, ha, namamu Aliok tadi bukan? Eh, Aliok, kalau benar nonamu sengaja tidak mau merampas bolehkah aku tahu mengapa tidak mau?”
“Karena daging disumpitmu itu bau dan tidak enak !”
Terdengar suara ketawa di sana sini, tetapi Ie Bhok tidak marah hanya tersenyum. Sebaliknya malah Siok Lan menjadi marah dan mendongkol, Aliok ini bicara ngaco belo, apakah mengira bahwa yang hadir itu anak anak kecil yang mudah saja dibohongi? Akan tetapi karena pelayannya sudah terlanjur bicara, ia berkata singkat, “Aku sudah menyerang empat kali, kalau sekali lagi tidak berhasil biarlah aku mengaku kalah !”
“Nona pasti berhasil kalau memang mau sungguh sungguh! Mengapa tidak?” kata Yu Lee dan seperti tanpa disengaja dengan muka tegang pelayan ini menaruh kedua tangannya di atas meja, di depannya.
Tiba tiba tampak sinar gembira di muka si nona. Gerakan Yu Lee yang seperti tak di sengaja itu mengingatkannya! Ah, kenapa ia begini bodoh? Sejak tadi lawannya itu memegang sumpit dengan siku ditekan di atas meja, sehingga dapat tegak dan lebih bertenaga. Sikunya itulah yang menjadi semacam “kaki” dan ia kalau mampu melemahkan “kaki” ini, tentu dengan mudah, sumpitnya mampu merampas daging.
Tanpa tergesa-gesa sehingga tidak kentara nona itu lalu menaruh pula tangan kirinya di atas meja. “Kau benar Aliok. Kalau aku mau, tentu sekali serang aku berhasil. Orang tua she Ie, kali ini kau waspadalah!” Dengan ucapan ini Siok Lan hendak memancing perhatian lawan agar lebih memusatkan perhatian pada sumpitnya yang menjepit daging.
Pancingan ini berhasil karena Ie Bhok yang mendengar ucapan pelayan dan nonanya tadi kini benar benar memusatkan perhatian kepada sumpitnya bertekad untuk mempertahankan daging, sumpitnya menghadapi penyerang yang terakhir.
Siok Lan dengan amat tajam memandang daging disumpit lawan, kemudian sempitnya sendiri bergerak, dibarengi bentakannya keras “Lepaskan.” Dan ia menggunakan sumpitnya untuk nenggempur sumpit lawan. Diam-diam Ie Bhok tertawa. Alangkah bodohnya nona ini, pikirnya. Dengan jurus jurus yang lihai saja masih belum mampu merampas daging nya, apalagi dengan cara kasar seperti ini, hanya menggempur sumpit beradu sumpit, menggunakan tenaga. Mana mungkin berhasil? Ia tertawa dan hendak mengerahkan tenaga menerima benturan sumpit lawan.
Bersambung…
Baca juga: Pendekar Cengeng 8 (8)