INIPASTI.COM – Penulis dan politisi Israel, Avi Lipkin, memicu kontroversi dengan keyakinannya bahwa rezim Zionis akan mengambil alih Makkah dan Madinah setelah berhasil menguasai Palestina.
Klip video yang beredar menunjukkan pandangan ambisius Lipkin terhadap perbatasan Israel yang mencakup wilayah luas, merinci rencananya untuk mendirikan “Israel Raya.”
Dalam video tersebut, Lipkin merinci pandangannya bahwa perbatasan Israel akan meluas “dari Lebanon hingga Arab Saudi,” membentuk apa yang disebutnya sebagai “Gurun Besar” dan dari “Mediterania hingga Efrat” untuk mendirikan “Israel Raya.” Video ini mencatat aspirasi Zionis yang berkelanjutan untuk melampaui batas-batas negara, termasuk Arab Saudi dan Iraq.
Tanggal klip video belum dapat dipastikan, tetapi reaksinya telah menimbulkan kemarahan di media sosial. Lipkin menyebut Kurdi sebagai teman, menyebabkan luasnya protes dari warganet.
Beberapa komentator media tidak terkejut dengan pernyataan tersebut, menganggapnya sebagai tujuan politik Zionisme sejak awal. Keyakinan bahwa Israel dapat dengan mudah menggulingkan rezim di beberapa negara tetangga dan menguasai tanah mereka menyebabkan ketidakpercayaan dan kekhawatiran.
“Islrael Raya” merujuk pada ambisi perluasan wilayah dan kedaulatan Israel, termasuk wilayah Palestina dan Dataran tinggi Golan yang saat ini diduduki. Istilah ini mencerminkan klaim Zionis terhadap tanah bersejarah mereka dalam Alkitab.
Rencana ekspansi Zionis untuk Timur Tengah, sebagaimana diuraikan oleh jurnalis Israel Oded Yinon, mencakup pencaplokan sejumlah besar wilayah di Lebanon, Suriah, Yordania, Iraq, Mesir, dan Arab Saudi, dengan membentuk negara-negara proksi untuk memastikan dominasi Zionis di kawasan tersebut.
Aspirasi kontroversial ini menciptakan kekhawatiran dan ketidaksetujuan di kalangan masyarakat, memicu perdebatan tentang tujuan politik Zionisme dan dampaknya terhadap stabilitas di Timur Tengah.
Sementara klaim Lipkin bisa saja dianggap sebagai pandangan ekstrem, reaksi masyarakat menyoroti kompleksitas politik di kawasan tersebut dan kebutuhan untuk dialog yang mendalam untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan (sdn)