Penulis: Achmad Amiruddin – Institut Pertanian Bogor
INIPASTI.COM, MAKASSAR – KOMODITAS kunyit atau dalam bahasa latin Curcumae Domesticae Rhizoma merupakan salah satu tanaman rempah-rempah atau juga biasa digunakan untuk tanaman obat-obatan. Permintaan kunyit pada saat ini trend nya sedang meningkat dari luar negeri, baik berupa irisan rimpang kunyit maupun filtratnya dengan jumlah yang cukup besar. Namun, permintaan kunyit ini belum dapat terlayani dengan baik oleh Indonesia. Sebab, belum ada upaya yang serius apalagi untuk mengolahnya hingga siap ekspor. Kita belum bisa melihat potensi yang besar dari komoditas ini mengingat faktor alam yang ada di Indonesia sangat mendukung untuk mengembangkan komoditas kunyit.
Di Indonesia, untuk industri atau jamu tradisional rata-rata membutuhkan bahan baku kunyit sebesar 1,5-6 ton/bulan. Untuk kebutuhan pasar domestik saja dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dengan presentase 10-25% per tahunnya terutama menjelang hari-hari raya, melihat kondisi tersebut suplai dan permintaan kebutuhan terhadap komoditas kunyit tidak seimbang. Apalagi untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar luar negeri, karena kebutuhan kunyit dunia saat ini sudah mencapai rautsan ribu ton/tahun. Selain Indonesia, negara-negara pengekspor kunyit dunia adalah Cina, Haiti, dan Srilanka.
Permintaan ekspor tertinggi untuk ekspor kunyit datang dari India dan Jerman. Mungkinn kita bertanya digunakan sebagai apakah kunyit di luar negeri ? Masyarakat di negara-negara maju cenderung membeli makanan dan minuman yang hanya menggunakan bahan-bahan alami. India ingin mengimpor kunyit basah dari Indonesia sebanyak 7000 ton per bulan namun hal ini belum disanggupi oleh petani-petani Indonesia, padahal peluang untuk bisnis ini sangat menjanjikan melihat harganya yang cukup menggiurkan bagi para penjual kunyit. Saat ini di pasar internasional harga kunyit kering dijual seharga US$ 2 per kg, dengan rasio 1 kg kunyit kering berbanding dengan 10 kg kunyit basah. Kunyit di Negara India salah satunya digunakan untuk campuran bahan masakan kare sedangkan Jerman mengimpor kunyit dalam jumlah besar yang digunakan sebagai bahan pewarna.
Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya makna kesehatan dengan pola hidup sehat, salah satunya adalah mengkonsumsi obat-obatan alami atau herbal. Pada tingkat internasional, perdagangan obat herbal di kalangan masyarakat Uni Eropa tahun 1995 mencapai US$ 6 miliar, Di Amerika US$ 1,5 dan Di Jepang US$ 2,1. Menurut data Sekretariat Convention on Biological Diversity (CBD), nilai penjualan global herbal obat pada tahun 2000 di perkirakan mencapai US$ 60. Potensi Indonesia untuk mengembangkan obat-obatan herbal ini sangat besar, disebabkan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai keragaman hayati, diantaranya adalah biofarmaka yang sangat bermanfaat untuk aspek kesehatan. Sejalan dengan hal tersebut, kunyit merupakan salah satu komoditas yang sangat diandalkan.
Kunyit sangat berkhasiat untuk dijadikan sebagai obat alami. Karena kandungan-kandungan zat yang terdapat dalam kunyit antara lain kurkuminoid, yang terdiri dari kurkumin (R1 = R2 = OCH3 10 %), desmetokikumin (R1 = OCH3, R2 = H 1 – 5 %), bisdesmetoksikurkumin (R1 = R2 = H) dan zat- zat lainnya. Selain itu, kunyit juga mengandung minyak asiri sampai dengan 5%, khususnya volatil oil. Minyak asiri kunyit terdiri dari bahan aktif keton sesquiterpen, turmeron (30%), tumeon (30%), Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil. Dalam rimpang kunyit juga masih terkandung minyak nabati, karbohidrat, zat pati, protein, vitamin C, dan garam mineral (zat besi, fosfor, dan kalsium).
Kunyit juga sebagai bahan utama dalam minuman Jamu. Jamu adalah minuman herbal tradisional Indonesia yang diakui dunia dan sudah menjadi salah satu tradisi yang mendukung perbaikan kesehatan masyarakat. Para penjual jamu gendong tidak akan lupa membawa “senjata ampuh” yang satu ini. Dibidang farmasi, kunyit dapat digunakan sebagai bahan alternatif dari obat yang berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason sebagai obat untuk radang sendi. Dengan semakin trendnya obat-obatan yang berbahan dasar berasal herbal, maka dengan keunggulan komparatif uang dimiliki Indonesia obat herbal mempunyai peluang yang sangat besar sebagai penghasil devisa untuk pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sudah seharusnya melihat peluang ini dan mulai merintisnya secara serius. Agroindustri pada komoditas kunyit bisa menjadi salah satu peluang, dengan melakukan penanaman kunyit dalam kebun yang cukup luas kemudian membudidayakan dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal dengan sistem dilengkapi dengan unit pengolahan sehingga dapat menghasilkan bahan baku yang siap bersaing dengan luar negeri. Untuk membudidayakan tanaman kunyit sebenarnya sangat mudah, kunyit tidak perlu membutuhkan perawatan khusus dan sangat jarang terkena hama dan penyakit, dengan luas areal Indonesia yang luas, sudah seharusnya pemerintah terkait bisa mendorong para petani untuk membudidayakan tanaman kunyit secara komersil dan menjamin pasar pejualan kunyit.
Dari uraian di atas, sebenarnya potensi agroindustri kunyit cukup menjanjikan. Kendala utama yang mengakibatkan agroindustri ini tidak bisa berjalan dengan baik adalah tidak pernah adanya pasokan kunyit secara kontinu. Sebab sampai sekarang tidak ada kebun kunyit skala komersial yang dikelola secara profesional. Kunyit yang ada di pasaran berasal dari kebun rakyat yang lahan-lahanya sangat sempit. Agar agroindustri kunyit bisa berjalan dengan baik, diperlukan sebuah program agribisnis kunyit, mulai dari penanaman, penampungan hasil, pengangkutan, pengolahan, pemasaran, sampai ke faktor finansial. Saat ini pasar produk olahan kunyit masih terbuka lebar, namun pasar itu harus diurus dengan serius agar benar-benar terjadi transaksi secara konkrit. Kalau pasarnya pasar ekspor, bisa dijajaki memalui E-Mail, mengirim sample, transaksi dan negosiasi harga. Setelah terjadi kesepakatan, pihak eksportir harus membuka bank guarantee, pihak importir membuka Letter of Credit (LC), mengurus perusahaan ekspedisi dan kemudian barang dikapalkan. Ekspor dilakukan dalam jumlah dan nilai transaksi yang besar sehingga harus dilibatkan praktisi hukum niaga. Setelah proses administrasi selesai, barulah dibuat program penanaman, prosesing, hingga ke pengiriman barang. Dengan adanya peluang pasar ekspor kunyit, maka sudah saatnya pemerintah terkait melihat potensi bahan dasar obat-obat herbal yang berasal dari Indonesia untuk bisa dikembangkan. Kemudian juga diperlukan hubungan kerjasama antara pihak petani, perusahaan dan industri obat-obat herbal agar bisa mengembangkan peluang tersebut.