INIPASTI.COM – Guru Besar Teknik Elektro Universitas Indonesia, Benyamin Kusumoputro, menyatakan bahwa Indonesia harus mampu mengembangkan sendiri drone dengan sistem pengendalian berbasis artificial intelligence (AI) untuk persenjataan militer.
Hal ini penting agar Indonesia tidak perlu lagi bergantung pada negara lain dalam hal persenjataan, khususnya drone, dan sekaligus menumbuhkan industri pertahanan di dalam negeri.
“Kita harus membangun industri militer kita sendiri untuk menghindari ketergantungan, baik dalam informasi, pengembangan teknologi, maupun hardware.
Ketergantungan ini bisa memakan biaya yang sangat tinggi,” ujar Benyamin dalam acara BRIGADE Podcast Kompas.com, Sabtu 18 Mei 2024.
Menurut Benyamin, Indonesia saat ini sudah memiliki kemampuan untuk mengembangkan perangkat lunak atau software untuk sistem kendali drone berbasis AI.
Namun, proses pengembangan senjata drone AI ini masih terkendala oleh penerapan software ke dalam perangkat keras atau hardware in the loop. “Jika bisa diproduksi di dalam negeri, selain harga lebih murah, kemampuan kita untuk mengembangkan R&D (research and development) juga akan meningkat,” tambahnya.
Persoalan yang perlu diselesaikan bersama antara peneliti dan pemerintah adalah keterbatasan akses untuk mendapatkan hardware berspesifikasi militer, seperti jet tempur, unmanned aerial vehicle (UAV), dan unmanned combat aerial vehicle (UCAV).
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) meminta TNI dan Polri untuk melek teknologi dan berani memanfaatkannya. Jokowi mengemukakan hal ini dalam acara Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Markas TNI, Cilangkap, Jakarta, Rabu 28 Februari 2024.
“Pemanfaatan teknologi dalam perang konvensional dan perang siber akan semakin meningkat. Oleh karena itu, TNI dan Polri harus berani masuk ke hal-hal yang berkaitan dengan teknologi,” kata Jokowi.
Baca juga: Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?
Jokowi juga menyoroti pentingnya teknologi pesawat tempur hingga tank, serta penggunaan drone yang semakin canggih dan akurat hingga mampu mendeteksi orang.
Ia mencontohkan implementasi drone dengan menyebutkan insiden di mana seorang Mayor Jenderal (Mayjen) Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds Iran, tertembak oleh drone yang dikendalikan dari jarak jauh.
“Saat itu Mayjen Soleimani komandan Quds dari pengawal besar revolusi Iran, tertembak dari drone yang dipersenjatai. Akurat karena memakai face recognition. Akhirnya ketembak,” ucap Jokowi. “Dan yang kita kaget itu terjadi di wilayah Irak tapi dronenya konon dikendalikan dari Qatar, Markas Amerika Serikat di Qatar,” tambahnya.
Pengembangan teknologi militer berbasis AI di Indonesia menjadi penting untuk memastikan kemandirian dalam pertahanan dan meningkatkan kemampuan R&D dalam negeri. Keterlibatan pemerintah dalam memfasilitasi akses ke hardware militer berperan krusial dalam mempercepat proses ini (sdn)