Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima
Inipasti.com, “Guru yang biasa-biasa saja hanya memberi tahu. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang unggul mendemonstrasikan. Guru yang hebat mengispirasi” (William A. Ward).
Agar bisa menjadi guru yang hebat dan bisa menjadi inspirasi untuk anak didik : ciptakan energi positif dan sikap optimis yang bisa ditularkan ke murid; selalu ingat bahwa pembelajaran bukan tentang bagaimana guru mengajar tapi bagaimana siswa itu dapat belajar; jangan hanya pelajari materi pembelajaran tetapi pelajari pula tingkah laku anak didik; tunjukkan kepada siswa pentingnya belajar dimanapun dan di kapanpun juga; bimbinglah anak menemukan cara belajar mereka sendiri, saat berjabat tangan usaplah kepala mereka dengan lembut, ingat jika guru mengajar di tingkat SMP dan SMA hindari ini pada murid yang berlainan jenis kelamin dengan guru; pelajari potensi belajar murid (visual, auditori, atau kinestetik) agar bisa menemukan metode belajar yang tepat; tampillah menarik di depan siswa, tidak hanya dalam pakaian saja tetapi dengan menampilkan kepribadian yang menarik agar siswa tertarik dengan pembelajaran yang disajikan; lakukan pembelajaran dengan dialog agar proses belajar tidak membosankan; gunakan hukun durasi 20-30 menit, karena dari hasil penelitian siswa hanya mampu bertahan konsentrasi 20-30 menit, maka variasikan kegiatan belajar mengajar anda setiap 20-30 menit; sampaikan tidak hanya dengan lisan tapi gunakan seluruh anggota tubuh untuk berkomunikasi kepada siswa; dan ajukan pertanyaan yg tepat kepada siswa (MySCH, 2021).
Sebuah kalimat bijak mengatakan bahwa “Bila ingin melihat kualitas suatu bangsa maka lihatlah kualitas gurunya”. Guru yang berkualitas akan memiliki karakter yang baik, yang perilakunya dapat ditiru oleh peserta didik. Ada istilah mengatakan “from zero to hero”. Istilah tersebut mengatakan bahwa setiap orang dapat berhasil dan sukses berawal dari perjuangan. Demikian juga untuk menjadi guru hebat yang layak dijadikan panutan perlu perjuangan yang lama. Dalam buku “Apa yang Berbeda dari Guru Hebat” (2011) terdapat 12 guru hebat yang inovatif.
LouAnne Johnson (2009) dalam buku “Pengajaran Yang Kreatif dan Menyenangkan” memaparkan bahwa guru itu terdiri dari tiga kategori yaitu guru super, excellent dan good.
Guru Super
Super berarti di atas. Super yang artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam pangkat, jabatan dan kualitas (Burhanuddin, 2005).
Guru super adalah sebuah konsep yang ditawarkan untuk membantu guru agar mampu menyandang semua tanggung jawabnya dengan profesional. Sebagai pilihan alternatif, konsep ini menitikberatkan pada beberapa aspek, antara lain: 1) kebijakan dan perhatian terhadap guru, 2) sosok pribadi, kompetensi dan kredibilitas mengajar guru, 3) pengakuan dan dukungan peserta didik, keluarga, dan masyarakat luas (Toto Gutomo, 2011 dalam Usman, 2023).
Mengajar dengan super membutuhkan energi fisik, emosi dan mental yang sangat tinggi. Guru super, mempunyai ciri-ciri: (1) tiba di sekolah paling awal dan pulang paling akhir; (2) sukarelawan bagi kegiatan siswanya; (3) menghadiri seminar dan melanjutkan pendidikanya; (4) menyediakan bantuan ekstra bagi siswanya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; (5) menikmati hubungan yang solid antara guru dan murid; dan (5) rasa mengajar sama seperti para pelari merasakan sensasi ketagihan untuk berlari (Johnson, 2005).
Untuk menjadi guru super, maka yang harus dibangun adalah minimal tujuh aspek, yang disebut dengan model 7 M (Rustana Adhi dalam Usman, 2023). Pertama, mind set atau pola pikir seorang guru super harus memiliki pola pikir yang benar dalam menjalankan profesinya. Tidak hanya sekadar pertimbangan finansial tetapi betul-betul sebagai panggilan dan kepedulian untuk membantu mengembangkan potensi anak didik dan mengembangkan kualitas pendidikan. Kedua, mentalitas atau sikap mental, menjadi guru super luar biasa sangat ditentukan dengan sikap mental positif, proaktif, progresif, dan prestatif. Ketiga, motivasi, guru super memiliki motivasi yang super untuk membangun karakter anak dan dunia pendidikan. Bagi seorang guru harus selalu memiliki motivasi internal yang sangat kuat untuk terus berupaya mengembangkan dirinya yang berdampak pada kemajuan anak didiknya. Keempat, manajemen, seorang guru super mampu memanaj diri dan sumber daya lainnya dalam mengembangkan pembelajaran sehingga mampu melahirkan kreatifitas dan inovasi pendidikan. Kelima, moralitas, seorang guru mutlak memiliki etika moral yang patut menjadi teladan bagi teman sejawat dan murid-murinya. Moralitas merupakan sesuatu yang harus ada (conditio sine quanon) bagi seorang guru super. Keenam, metode, seorang guru hendaknya menguasai berbagai metode pembelajaran yang variatif sehingga tidak monoton dan menjenuhkan anak dalam belajar. Ketujuh, moving atau tindakan efektif, untuk menjadi guru super harus mampu bertindak efektif baik pada tahap persiapan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
Dari sekian aspek di atas, semuanya akan bernuansa pada mind set (pola pikir) seorang guru, untuk menjadikan dirinya sebagai seorang guru super yang mampu melahirkan anak didiknya tidak sekadar pintar tapi memiliki karakter. Kehadiran seorang guru harus sebanyak-banyaknya bermakna, bermanfaat dan maksimal dalam upaya membangun potensi anak menjadi dirinya sendiri yang mampu membangun dan menemukan jatidirinya.
Seorang guru super yang berdampak pada upaya membangun karakter siswa paling tidak harus memiliki sembilan karakter (9 S) yaitu: (1) Sayang, (2) Sabar, (3) Santun, (4) Siap, (5) Senyum, (6) Sungguh-sungguh, (7) Senang, (8) Strategi, dan (9) Sukses (Rustana Adhi dalam Usman, 2023).
Guru Excellent
Jika kita mau berkaca pada Finlandia sebagai negara dengan mutu pendidikan terbaik dunia, maka tidak ada strategi terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan di segala bidang kecuali menciptakan guru unggul (excellent teacher). Berdasarkan penelitian Sahlbeg (2010), bagi orang-orang Finlandia, profesi guru adalah sebuah profesi yang bergengsi, prestigious. Bukan hanya karena gaji yang tinggi, tetapi status sosial mereka di masyarakat pun ditempatkan di posisi teratas (Muzayyinatul Hamidia dalam Ahmad Usman, 2015).
Mengapa profesi guru adalah sebuah a noble-profession bagi orang Finlandia? Karena di Finlandia setiap guru adalah unggul, hebat, cerdas, ilmiah, integritas, inspiratif, penuh karya dan yang pasti memiliki pendidikan minimal harus S2. Dengan kata lain, seseorang tidak mungkin menjadi guru kecuali jika ia memiliki kecerdasan dan idealisme yang tinggi terhadap keilmuan serta kepribadian yang mapan.
Unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang lain; terbaik; terutama. Sedangkan keunggulan artinya keadaan unggul; kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.
Kata unggul biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang memiliki kelebihan dari lainnya. Sehingga seseorang disebut unggul, jika yang bersangkutan memiliki kelebihan. Kelebihan dimaksud, tentu yang bersifat positif, atau tentang kebaikan.
Setiap guru, di manapun tempat mendidiknya, pastilah menginginkan dirinya unggul. Minimal, dia akan tampak unggul di mata murid-muridnya. Guru adalah manusia juga yang mempunyai prestise untuk kelangsungan perannya. Keunggulan diraih oleh guru melalui berbagai upaya sehingga sang guru mampu memenuhi kebutuhan percaya diri. Namun, banyak guru yang tidak pernah tahu jalan untuk menuju keunggulan karena tertutup oleh kebiasaan tetapnya yang telah menjadi gumpalan es yang susah untuk dicairkan (Suyanto dan Asep Jihad, 2013).
Untuk membangun guru unggul, setidak-tidaknya ada tiga hal, yaitu: penampilan terbaik (the best appearance), sikap terbaik (the best attitude), dan prestasi terbaik (the best achievement) (M. Furqon Hidayatullah, 2009).
Pertama, penampilan terbaik. Jika guru mampu berpenampilan positif, maka murid memberi kesan positif pula. Ini akan memudahkan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Yang harus diperhatikan agar guru tampil terbaik: posisi dan bahasa tubuh, gaya bicara dan ekspresi wajah, dan cara berpakaian. Kedua, sikap terbaik. Hal ini bermakna betapa baiknya sikap harus ditunjukkan dan diamalkan. Manifestasi sikap yang terbaik dapat ditunjukkan pada sifat; peduli sosial dengan orang lain, menebarkan salam dan kedamaian, bijak dalam bicara, santun dalam berbuat, dan baik dalam bersikap. Dan ketiga, prestasi terbaik. Bekerja harus berorientasi pada hasil maksimal bukan hasil rata-rata. Agar dapat mencapai hasil maksimal kita harus berani melakukan kegiatan di luar kebiasaan rata-rata yang dilakukan orang. Untuk mewujudkan prestasi yang terbaik perlu dilakukan; menjadi manusia yang terbaik. Kekuatannya ada pada SDM yang berkualitas, contohnya Jerman dan Jepang. Walaupun mereka kalah perang, tapi SDMnya tidak ikut hancur, sehingga mampu bangkit kembali dalam waktu yang dekat, mengunguli Negara yang menang perang.
Suyanto dan Asep Jihad (2013) memaparkan sejumlah cara praktis menjadi guru unggul.
Pertama, kenali potensi diri. Setiap orang mempunyai potensi yang luar biasa dan berbeda dengan potensi yang dimiliki orang lain. Guru juga mempunyai potensi yang khas. Potensi itulah harta yang harus terus dijaga dan dikembangkan. Menurut Covey (penulis 8 habits, untuk menjadi unggul temukanlah suaramu, lalu ilhamilah orang lain menemukan suaranya! Jika orang menemukan lalu mengekspresikan suara jiwanya, ia akan bergemilang. Jika guru menolong setiap siswanya menemukan suaranya, keseluruhannya akan menjadi organisasi yang gemilang. Secara fenomenologis teramati bahwa semua orang ingin menjadi orang besar, paling tidak, bagian dari yang serba besar).
Kedua, dirimu adalah seorang professional. Ingatlah, dirimu adalah profesional. Tiap orang, yang menjadi guru dapat disebut sebagai tenaga profesional. Setiap tindakan guru berarti harus dapat dipertanggungjawabkan, berdasarkan rasionalitas pembelajaran, bertumpu pada hasil belajar, dan berorientasi pada kejayaan muridnya. Ingatlah, kaum profesional dari pelbagai disiplin kerja sekarang sudah merambah ke seluruh dunia. Bagi mereka batas-batas negara tidak lagi relevan. Wawasan mereka sudah kosmopolitan. Mereka adalah warga dunia yang bisa memberikan kontribusi mereka di mana saja di muka bumi. Mereka bisa bekerja di mana saja di planet ini.
Ketiga, membangun mentalitas mutu. Guru unggul selalu menampilkan kinerja terbaik yang sangat mungkin. Dengan sengaja dia tidak akan menampilkan the second best (kurang dari terbaik) karena tahu tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri profesi. Seorang profesional mengusahakan dirinya selalu berada di ujung terbaik (cutting edge) bidang keahliannya. Dia melakukannya karena hakikat profesi itu memang ingin mencapai suatu kesempurnaan nyata, menembus batas-batas ketidakmungkinan praktis, untuk memuaskan dahaga manusia akan ideal mutu: kekuatan, keindahan, keadilan, kebaikan, kebergunaan.
Keempat, selalu berbuat baik. Seorang guru unggul selalu dimotivasi oleh keinginan mulia berbuat baik. Istilah baik di sini berarti berguna bagi masyarakat. Baik berarti goodness yang dipersembahkan bagi kemaslahatan masyarakat melalui muridnya. Mutu kerja seorang profesional tinggi secara teknis, tetapi nilai kerja itu sendiri diabadikan demi kebaikan masyarakat yang didorong oleh kebaikan hati, bahkan dengan kesediaan berkorban. Tampaklah bahwa menjadi guru unggul sangat mudah. Modalnya hanya motivasi diri, dan stamina moral dari potensi diri sendiri. Jangan membuat sulit sesuatu yang sebenarnya telah melabel dalam diri kita. Berangkatlah dari motivasi yang berasal dari ruang spiritual. Dari ruang ini dapat didulang berbagai jenis motivasi luhur seperti demi siswa, demi bangsa, demi kaum papa, demi perdamaian, demi demokrasi, demi kemanusiaan, demi peradaban, dan sebagainya.
Guru excellent, mempunyai ciri-ciri: menikmati pekerjaan, tetapi membatasi jumlah waktu dan energi untuk mengajar; peduli, dan melakukan yang terbaik bagi murid, tapi tidak mengorbankan kebutuhan keluarga sendiri; dan juga bekerja lembur, tetapi membatasi waktu lemburnya.
Menjadi guru unggul (excellent teacher) ada beberapa hal yang dapat dilihat dan dipelajari seperti, persoalan kualitas yang dimana profesi guru kurang memberikan rasa bangga sehingga sulitnya mencari guru yang sesuai dengan bidang keahliannya. Standar performa dan kinerja guru harus berdasarkan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan kepada orang lain. Kualifikasi guru professional yaitu kinerja guru harus sudah memenuhi kompetensi dasar seperti penguasaan bahan, penguasaan proses dan penguasaan fondasi kependidikan.
Guru-guru yang excellent menikmati pekerjaan mereka, tetapi mereka membatasi jumlah waktu dan energi yang mereka baktikan untuk mengajar. Mereka peduli dan melakukan yang terbaik bagi para murid mereka, tetapi tidak mengorbankan kebutuhan keluarga mereka sendiri. Para guru excellent juga bekerja lembur karena untuk mengajar yang baik dibutuhkan sejumlah waktu lembur yang tidak dibayar (seperti memeriksa pekerjaan murid, membuat rencana mengajar, dan mengawasi karya wisata) tetapi mereka memberikan batasan waktu lembur yang mau mereka kerjakan (Johnson, 2005).
Guru Good
Guru yang good mengerjakan mereka dengan baik, tetapi mereka memahami batasan mereka sendiri. Mereka membuat batasan yang sangat jelas antara profesionalisme dan waktu pribadi (Johnson, 2005). Istilah good atau ”baik” dalam kontek ini sebenarnya relatif. Karena hal itu amat tergantung kepada orang atau siapa yang menilainya, adakalanya kebaikan guru dinilai karena ia tidak pernah marah, sabar, berwibawa, dan sayang kepada anak-anak didiknya dan karena ia tidak pernah menghukum siswa. Guru yang baik tidak pernah bilang muridnya bodoh; tapi guru yang baik selalu bilang, ‘muridku belum bisa’.
Wisnu Giyono dalam Bukunya Ilmu Pendidikan (1996), seorang guru yang baik dan sukses dalam melaksanakan tugasnya jika guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menimbulkan ‘pengin’, ‘krasan’ dan ‘tuman’. ‘Pengin’ artinya peserta didik berkeinginan mengikuti pembelajaran, ‘krasan’ artinya peserta didik betah mengikuti pembelajaran dan betah di sekolah, dan ‘tuman’ artinya peserta didik ‘ketagihan’ untuk belajar dengan guru. Dia selalu merindukan bertemu dan belajar dengan guru.
Guru yang baik adalah guru yang cara kerjanya, diibaratkan dengan dokter. Dokter tahu dosis obat yang harus diberikan kepada pasien. Inilah sebenarnya sari pati dari pedagogik. Yakni, tahu bagaimana cara mengajarkan dan membimbing siswanya. Maksudnya cara mengajar dan membimbing yang sesuai dengan karateristik siswa, materi yang sedang dipelajari dan situasi dan kondisi saat itu. Guru harus paham karateristik siswa dan karateristik bahan ajar. Dengan dua dasar tersebut dan dengan bekal ilmu pedagogik yang mumpuni, guru dapat menentukan bagaimana memandu siswa agar dapat belajar dengan optimal.
Berikut ini beberapa ungkapan kualitas guru yang baik. (1) Confidence atau keyakinan diri sendiri. Guru yang baik akan tetap memiliki kepercayaan diri meski sekali merasakan kemunduran. (2) Pantience atau kesadaran. Guru terbaik bisa membantu siswa yang mengalami gangguan mental. (3) True compassion for their students, atau memiliki rasa kasih sayang sejati pada siswanya. Guru yang baik itu peduli kepada siswanya mereka sebagai individu dan ingin membantunya. Guru memiliki indra keenam ketika siswa membutuhkan perhatian eksta dan memberikannya dengan senang hati, serta guru-guru lain jika perlu mereka peduli tentang siswanya meski berada di luar tembok kelas. (4) Understanding atau pemahaman. Guru yang baik memiliki pemahaman benar prima bagaimana mengajar. (5) The ability to lock of life in a different way and to exsplain a topic in a different way atau kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topik dengan cara yang berbeda (Aminuddin Pai dalam Usman, 2023).
Sebagai agen pembaharuan, perlu guru yang baik (good) dan berkualitas. Guru berkualitas menurut Peter G. Beidler (Tulus Tu’u, 2013) antara lain : selalu belajar dan membaca untuk mencari kesuksesan dan menolong yang belajar; berani ambil resiko karena ada tujuan dan berusaha mencapainya; sikap positif, bangga dengan profesi, tidak merendahkan diri dan profesinya; kerja keras dan menggunakan waktu untuk persiapan dan layanan pembelajaran; pembelajaran adalah tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan baik; membuat yang belajar percaya diri; mendorong yang belajar terus maju dan berkembang; memotivasi yang belajar untuk mandiri; dan (9) mendengarkan, bukan hanya mendengar.
Guru good, mempunyai ciri-ciri: mengerjakan pekerjaan dengan baik, tetapi memahami batasan mereka sendiri; membuat batasan antara profesionalitas dengan waktu pribadi; memperlakukan murid dengan hormat; mengajar sesuai yang disyaratkan, tetapi tidak merasa berkewajiban untuk menyelamatkan murid satu per satu; tiba di sekolah cukup awal, tapi tidak menawarkan kunjungan ke rumah atau tidak juga jam istirahat mereka; tidak menghabiskan waktu mereka setelah jam pelajaran untuk bincang-bincang atau konseling; dan mengunci pintu kelas di malam hari untuk diri mereka sendiri (Usman, 2023).
Jeremy Harmer dalam bukunya “How to teach English” (2001) menuliskan beberapa tips yang membuat seorang guru itu sebagai a good teacher, sebagai berikut. Pertama, seorang guru harus mencintai pekerjaannya. Hal ini sangat penting sekali bagi seorang guru, cintailah pekerjaan sebagai seorang guru. Dengan demikian, hal ini akan membuat seorang guru bisa lebih mudah dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya seorang guru. Kedua, membuat pembelajaran yang menarik. Murid-murid tidak akan bisa termotivasi dalam pembelajarannya, bila guru hanya mengajar ala kadarnya. Datang, memberi materi, tugas, diperiksa, kemudian selesai. Bagi murid, hal tersebut sangat membosankan, dilakukan berulang-ulang, dan hanya mengikuti instruksi dari guru serta timbulnya rasa malas untuk berkembang. Buatlah pembelajaran yang menarik dan bisa mengubah suasana kelas menjadi lebih atraktif. Kemudahan dalam mengkases informasi di zaman sekarang ini, sangat membantu dalam mengembangkan metode-metode mengajar yang lebih up to date. Ketiga, memiliki kepribadian yang baik dan bagus. Hal ini sangat berpengaruh, karena guru merupakan panutan bagi murid-muridnya. Guru yang tidak memiliki kepribadian tersebut membuat murid merasa tidak tertarik dan termotivasi ketika diajar oleh guru tersebut. Keempat, memiliki selera penghibur dalam nilai positif bukan pada nilai negatif. Siswa dibuat terhibur dan senang. Namun, keseimbangan antara hiburan dan pembelajaran harus tetap seimbang. Hal ini bisa membuat pembelajaran yang tegang bisa lebih santai tetapi serius. Siswa akan selalu merindukan untuk diajarkan pelajaran oleh guru tersebut. Kelima, memiliki sisi humanis. Guru harus memiliki jiwa humanis kepada murid-muridnya. Ajarlah murid-murid sebagaimana layaknya orang tua yang selalu memberi perhatian pada anaknya sendiri. Buatlah siswa terasa dekat namun tetap disegani sebagai guru. Keenam, siap mendengar segala masalah yang sedang dihadapi muridnya. Jika murid sedang memiliki masalah, ada baiknya kita sebagai seorang guru berperan untuk melakukan pendekatan dalam hal-hal positif. Ajak dia duduk bersama, kemudian mendengarkan masalah yang sedang dia hadapi, dan memecahkan masalah atau memberi saran terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini penting sekali bagi seorang murid yang sedang tidak dalam kondisi semangat, bisa saja berpengaruh terhadap segala aktivitas belajarnya.
Gordon telah mengidentifikasi 8 mitos definisi guru yang baik melalui bukunya yang berjudul: Teacher Effectiveness Training. Inilah kutipan ciri guru yang baik menurut Thomas Gordon: (1) tenang dan tidak menunjukkan emosi yang menyala,(2) tidak mempunyai prasangka yang buruk kepada peserta didiknya, (3) dapat menyembunyikan perasaannya dari peserta didik,(4) memandang semua peserta didik sama,(5) mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bebas, motivator, dan semangat, (6) konsisten, tidak berubah-ubah pendirian dan jarang melakukan kesalahan, (7) pandai, bijaksana dalam memperlakukan siswa dan mampu menjawab pertanyaan siswa, dan (8) sanggup memberikan bantuan secara maksimal kepada peserta didik.
Ada ungkapan, “there is no good student, without good teacher!” Hal ini mau menunjukkan bahwa kualitas guru, sangat menentukan kualitas siswa, dan kualitas siswa akhirnya menentukan kualitas sekolah. Tidak ada siswa yang baik, tanpa guru yang baik, dan tidak ada sekolah yang baik, tanpa siswa yang baik. Dan tidak ada hasil belajar yang baik, tanpa kualitas pengajaran yang baik pula.
Guru bermutu, pada akhirnya, akan dengan mudah untuk dicintai para siswanya. Kehadiran guru bermutu di kelas ibarat keberadaan oase di tengah gurun pasir. Bila guru mengajar agar murid bisa sama pintarnya dengan dia, itu biasa saja. Guru yang hebat adalah yang bisa mendidik muridnya agar jauh lebih pintar dan lebih kritis daripada dirinya sendiri.
Guru yang baik mungkin terdiri dari kombinasi dari ratusan kualitas yang memungkinkan mereka melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Tidak dapat disangkal bahwa semua guru memiliki perpaduan kualitas dini yang unik. Setiap guru berbeda, tetapi hampir setiap guru yang baik memiliki dua puluh lima kualitas (Smileart-children) (Usman, 2023) sebagai berikut : guru yang baik bertanggung jawab; guru yang baik beradaptasi; guru yang baik peduli; guru yang baik penyayang; guru yang baik kooperatif; guru yang baik kreatif; guru yang baik ini didedikasikan; guru yang baik ditentukan; guru yang baik empati; guru yang baik menarik; guru yang baik berkembang; guru yang baik tak kenal takut; guru yang baik memaafkan; guru yang baik murah hati; guru yang baik memiliki ketabahan; guru yang baik inspirasi; guru yang baik menyenangkan; guru yang baik jenis; guru yang baik diatur; guru yang baik bergairah; guru yang baik adalah pasien; guru yang baik tangguh; guru yang baik akal; guru yang baik dapat dipercaya; dan guru yang baik rentan.
Jadi guru itu terbagi dalam tiga rasa dasar, yaitu super, excellent, dan good. Rasa apa yang diinginkan sebagai guru tergantung pada kekuatan personal guru (kompetensi personal), hubungan pertemanan (kompetensi sosial), tujuan profesional (kompetensi profesional), dan prioritas individual guru (kompetensi quantum).
Guru hebat harus pandai. Harus “lebih pandai dari siswanya”. Jika guru kalah pintar dengan murid, dapat dibayangkan guru tersebut tidak akan dihormati atau bahkan disepelekan. Guru yang pandai akan membuat murid percaya dan bahkan berwibawa di hadapan murid. Wibawa karena kepandaian akan memberikan dampak besar dalam proses belajar mengajar. Siswa akan memperhatikan penjelasan guru. Siswa akan mengerjakan serius tugas yang diberikan guru.
Semoga !!!