INIPASTI.COM, JAKARTA – Kematian petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2019 menjadi misteri. Betapa tidak, hingga saat ini diberitakan sudah 500 lebih petugas KPPS yang meninggal dunia dan ribuan yang masih terbaring sakit.
Baca Juga : Soal Quick Count, Rocky Gerung : Metodenya Ilmiah Tapi Pemanfaatannya Politis
Jumlah ini tentu terbilang fantastis. Nominal yang sangat jauh dari kematian petugas pada pemilu-pemilu sebelumnya. Di mana seharusnya dari kematian pada pemilu sebelumnya menjadi evaluasi agar tak terjadi lagi. Akan tetapi, bukannya korban berkurang, malah bertambah begitu signifikan.
Olehnya Pengamat Politik, Rocky Gerung pada sebuah kesempatan mengatakan bahwa misteri tersebut harus dibongkar. Menurutnya, angka kematian yang begitu banyak haruslah dipecahkan segera.
“Istilahnya misteri 554, misteri itu artinya ada yang masih tersembunyi. Sekarang siapa yang mau bongkar misteri itu? Satu orang mungkin enggak misteri, tapi 554 itu satu pesawat jumbo jet. 554 itu sama dengan anggota DPR di Senayan. Bayangkan, satu Senayan itu, orang Jakarta bilang ‘koit’ (mati,red) tiba-tiba. Karena ini akut, tidak kronis, tiba-tiba dalam satu jangka waktu yang pendek ada 554 orang meninggal. Jadi sekarang mau ditanyakan, misteri itu mau dipecahkan oleh siapa?,” urai Rocky pada acara yang disiarkan di TVONE beberapa hari lalu.
Ia pun menyoroti Arief Budiman selaku ketua KPU yang mengatakan kematian petugas KPPS itu karena kelelahan. Padahal di acara yang sama dr Ani Hasibuan mengatakan bahwa tak ada kelelahan yang mengakibatkan kematian.
“Kalau keterangannya adalah soal kelelahan, yang mestinya tewas lebih banyak itu adalah caleg, karena pekerjaan mereka lebih berat. Calegnya tidak tewas tuh! Logisnya begitu,” jelasnya.
Baca Juga : Rocky Gerung Sebut Presiden Joko Widodo Menyebar Hoax
Presiden Joko Widodo juga tak terlepas dari kritikan sang kritikus ini. Menurutnya, sebagai kepala negara, Jokowi belum menunjukkan kepeduliannya terhadap peristiwa ini.
“Karena itu, seluruh kompleksitas problem ini, seharusnya ada semacam public address dari kepala negara. Kepala negara enggak ngomong apa-apa tuh, padahal ini soal nasional. Kenapa masalah ini masuk ke publik, bukan karena intensi pemerintah, tapi karena ada kecemasan terhadap legitimasi pemilu,” kritiknya pada acara ‘Catatan Demokrasi Kita’ yang diplesetkan menjadi ‘Cacat Demokrasi Kita’.
Rocky Gerung juga mengapresiasi Hariz Azhar yang mengusulkan dibentuknya TPF (Tim Pencari Fakta) untuk mengulit misteri ini. Dirinya juga mengaku sangat berduka atas kepergian ratusan petugas KPPS ini.
“Saya tentu berduka terhadap keadaan itu. Tapi soalnya adalah, dari awal, penyelenggara pemilu ini mempromosikan diri sebagai profesional dengan sistem yang rapi, dan ternyata berantakan dengan segala hal. Karena itu, kita ingin agar supaya kasus ini, supaya tidak jadi misteri, yah dibuka. Saya dukung ide TPF itu,” ucapnya.
Dia berpandangan, dengan adanya TPF, akan hadir Tim Imparsial. Ia tidak ingin pemerintah yang turun mencari tahu persoalan ini. Karena menurutnya, legitimasi pemilu ini akan terus dipertanyakan sampai kebobrokan dan kekacauan pemilu ini diperbaiki.
Baca Juga : Debat Capres Edisi I, Siapa Menang? Ini Penilaian Rocky Gerung
“Sekali lagi, saya tetap ingin masalah ini dibuka, karena bukan sekadar sensasinya, tapi satu peristiwa yang di luar kebiasaan, dari segi jumlah dan dari segi rumor. Itu pentingnya,” tutupnya. (Sule)