INIPASTI.COM, MAKASSAR, — Bakal calon wali Kota Makassar Muhammad Ismak mulai bergerak sosialisasi ke lorong-lorong. Bahkan mulai bermunculan titik simpul relawan anak Makassar di lorong-lorong untuk pemenangan Muhammad Ismak.
“Sudah dikerjakan sejak bulan lalu, dengan program pembentuk relawan Anak Makassar Ketuk Pintu Warga tahap pertama di 15 kecamatan,” ungkap Moch Hasymi Ibrahim koordinator tim Muhammad Ismak, Senin 7 Oktober 2019.
Lanjut Hasymi, simpul-simpul tersebut berfungsi sebagai juru bicara tentang politik gagasan dan politik moral yang diusung Muhammad Ismak.
Lantas apa yang dimaksud politik gagasan itu? Dalam berbagai kesempatan berulangkali disampaikan bahwa Muhammad Ismak masuk ke kontestasi lebih didorong oleh pemikiran bahwa begitu banyak persoalan yang membutuhkan penyelesaian tetapi terlalu sedikit yang fokus pada bagaimana penyelesaian itu dilakukan tanpa menimbulkan ekses berjangka panjang seperti makin hilangnya nilai-nilai dan karakter kita sebagai orang Makassar.
Dalam proses ini, Ismak ingin lebih banyak menyerap pemikiran dan kebutuhan warga. Dan membicarakan hal-hal ideal tentang peran warga seperti partispasi publik atas kotanya, juga tentang mengembalikan kedaulatan publik atas kotanya, yang tentu berseberangan dengan yang terjadi dimana kota ini dikelola oligarkis.
“Kita ingin membangun kesadaran bahwa kota tidak dapat lagi diatur segelintir klan tapi oleh warganya sendiri melalui partisipasi dan dengan pemerintahan yang melayani dan tidak tersandera kepentingan oligarkis. Itu kami sebut sebagai mengembalikan demokrasi ke relnya yang sejati,” urai Hasymi.
Ismak juga dalam berbagai kesempatan dengan tegas akan menolak politik transaksional karena hal tersebut ditengarai merusak mental masyarakat atas politik dan merusak mindset.
“Kalau ada kandidat yang datang menghamburkan uang ratusan milyaran mereka pasti disponsori dan akan mengembalikannya dengan cara-cara tidak halal. Sebab gaji walikota itu berapa sih? Perlu cara-cara tidak benar untuk mengembalikan uang yang dipakai, akhirnya program APBD menjadi proyek bancakan yang dikeruk bukan untuk memenuhi kebutuhan warga kota itu sendiri,” jelas Ismak ke warga Biringkanaya dan Maccini Sombala belum lama ini.
Karena menyadari relatif sulit untuk mengubah cara berpikir yang terlanjur merasuk tersebut maka diperlukan simpul-simpul di dalam masyarakat untuk mengajak warga berbicara soal gagasan politik moral tersebut.
Simpul-simpul ini juga memasang penanda berupa alat peraga sosialisasi yang dipasang di rumah-rumah warga.
“Kami diarahkan untuk memasang alat peraga sosialisasi seperti banner di dalam pemukiman penduduk yang menjadi penanda dukungan dan tentu atas keinginan san seizin warga dan paling penting tidak ada satupun alat peraga itu dipasang di pohon baik dengan cara dipaku atau diikat,” ungkap Andi selaku koordinator tim Anak Makassar, Senin 7 Oktober 2019.
Andi juga melanjutkan bahwa beberapa titik itu mulai tampak di Biringkanaya ada di jalan pemuda, di Paccerakang, BTP, di Panaikang, di Jalan Kijang, di Manggala, di keluarahan Maccini Sombala, Bonto Duri, Jalan Sukaria, Pampang, hingga daerah Utara, seperti Barukang dan Kecamatan Tallo(#)