INIPASTI.COM, MAKASSSAR – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Selatan menyelenggarakan diskusi perihal keumatan dan kebangsaan yang bertajuk “Meneguhkan Eksistensi MUI sebagai Khadimul Ummah dan Pengayom NKRI” di Auditorium KH Muhyiddin Zain, Universitas Islam Makassar (UIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/8/2018).
Diskusi digelar dalam rangkaian milad MUI ke-43. Hadir dalam kegiatan, Ketua Umum MUI Sulawesi Selatan AGH Dr (HC) Sanusi Baco Lc, Rektor Universitas Islam Makassar (UIM) Dr Ir Majdah M Zain MSi, Wakapolda Sulawesi Selatan Brigjen Pol Risyapudin Nursin, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan BNNP Sulawesi Selatan Jamaluddin. Hadir pula Prof Dr Hasyim Aidid dan Sekretaris MUI Sulawesi Selatan yang juga Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Makassar Drs Renreng Tjolli MAg.
Narasumber dalam diskusi, Staf Ahli Pangdam XIV Hasanuddin Bidang Sosial Budaya Kol Inf Teguh Pudji Raharjo, Dirbinmas Polda Sulsel Kombes Pol Markilat Heru Prasetyo, dan Wakil Ketua MUI Sulawesi Selatan Prof Dr Abdul Rahim Yunus. Diskusi dipandu Prof Dr Ruslan MA.
Ketua Umum MUI Sulawesi Selatan, AGH Dr (HC) Sanusi Baco Lc saat pembukaan milad menyampaikan, khadimul artinya pelayan. “MUI dengan demikian tugas pokoknya melayani umat, diantaranya melalui pendidikan dakwah,” katanya.
MUI, kata AGH Sanusi, bertugas meneguhkan ukhuwah islamiah sebagai salah satu perintah Allah SWT. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. Ukhuwah islamiah artinya persaudaraan yang kita bina atas dasar persamaan akidah dan keimanan, baik secara nasional maupun internasional. Bahwa seluruh umat islam bersaudara,” tuturnya.
Ukhuwah wathaniah, katanya, persaudaraan yang dikembangkan atas dasar kebangsaan. Adapun ukhuwah insaniah atau ukhuwah basyariah yaitu persaudaraan yang dibina dan dikembangkan atas dasar kemanusiaan. “Manusia adalah makhluk yang terhormat. Meski betapapun miskinnya, tetap ingin dihormati dan dihargai,” ucap Kiai Sanusi.
Menurutnya, kemerdekaan Indonesia adalah nikmat yang besar dari Allah SWT. Kemerdekaan yang Indonesia raih bukanlah hasil pemberian. Kemerdekaan tersebut adalah karena direbut. Berbeda dengan negara lain. “Karena itu, MUI berupaya memelihara kemerdekaan. Kemerdekaan ibarat pohon. Jangan ada yang patahkan rantingnya atau mencabut akarnya,” ucapnya.
MUI memelihara umat dari perpecahan. Sebab Nabi Muhammad bersabda, jangan saling iri dan jangan saling membenci. “Sekarang ini ada ujaran kebencian. Kita jangan saling membelakangi dan jangan saling mencari kekurangan dan kejelekan,” paparnya.
Staf Ahli Pangdam XIV Hasanuddin Kol Inf Teguh Pudji Raharjo mengutarakan, sejak dulu ulama dekat dengan TNI. Ulama berjuang merebut kemerdekaan bersama rakyat. “Karenanya, TNI tidak ada tanpa rakyat. Keduanya harus solid,” tuturnya.
Ia menegaskan pentingnya soliditas antara ulama, TNI, Polri, dan masyarakat. “Guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan damai,” ungkapnya.
Adapun Dirbinmas Polda Sulawesi Selatan Kombes Pol Markilat Heru Prasetyo berujar, tugas polisi ialah melayani masyarakat di bidang kamtibmas. “Polri memiliki program polisi santri dan dai kamtibmas,” paparnya.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua MUI Sulawesi Selatan Prof Dr Abdul Rahim Yunus MA mengatakan, MUI berperan sebagai pelayan umat, konotasinya umat islam. “Umat muslim harus merasa nyaman. Sebab itu, MUI harus menjadi tenda besar umat islam dan tendanya tidak boleh bocor,” katanya.
MUI, katanya, bukanlah ormas sehingga MUI tidak mempunyai massa. MUI pun tidak berpolitik praktis dan harus independen. “Bisa bisa bekerjasama dengan siapa saja,” ucap Prof Abdul Rahim Yunus.
Bagi MUI, NKRI berbentuk final. MUI pun telah mengeluarkan fatwa terkait larangan menyebarkan hoaks dan ghibah. (RLS-Ilmaddin Husain)