INIPASTI.COM, MAKASSAR – Jika benar Nurdin Abdullah (NA) akan mengganti calon wakilnya, maka secara politik NA harus siap menghadapi pertanyaan publik atas keputusannya. Banyak yang menyebut, kematangan politik NA sedang diuji. Bahkan, karakter kepemimpinan NA mulai kelihatan
Beberapa waktu lalu, ketika NA mengumumkan pasangan calonnya (pada saat calon lain masih merahasiakan calon wakilnya), publik sudah mulai meragukannya. Pada saat ia tampil bareng dengan Tenri Bali Lamo (TBL) sebagai calon wakilnya, tersiar issue, keputusan politik NA dinilai terburu-buru.
Kenapa NA terlalu cepat memutuskan calon wakilnya? Mencuat isu yang berkembang TBL adalah “titipan khusus” dari “keluarga kuat” di Sulsel. Keluarga inilah yang nanti akan mengurus partai pendukung pasangan NA-TBL. Keluarga ini seakan-akan menjadi majikan politik NA, jika terpilih menjadi Gubernur. Tapi setelah setahun lebih pasangan NA-TBL diumumkan kepada publik, isu yang berkembang itu tidak menunjukkan kebenaran.
Sampai bulan September 2017, pasangan NA-TBL belum ada yang melirik, partai politik tidak ada yang tertarik.
Sebagai bakal calon gubernur yang memiliki hasil survei elektabilitas tertinggi, NA mulai mencari jalan lain, mencari perahu lain. Ia percaya diri untuk berlabuh pada perahu baru. Kalau TBL diterima sebagai calon wakil atas pesanan majikan politiknya, maka NA akan mencari mentor politik yang baru, yang bisa menyiapkan perahu politik dan suplemen politik. Tentu saja wakilnya (TBL) harus ditukar dengan orang baru sesuai selera mentor politiknya yang baru.
Situasi ini berlangsung begitu cepat, hingga NA mengumumkan akan mengganti TBL dengan pertimbangan elektabilitas melalui hasil survei. Muncul beberapa nama yang potensial menggantikan TBL, antara lain, Rusdi Masse, Latinro, dan Rivai Ras.
Rusdi Masse menolak, Latinro tidak kedengaran kabar beritanya, Rivai masih ditimbang-timbang. Akhirnya, tidak ada hujan, tidak ada angin, tiba-tiba muncul berita, NA akan berpasangan dengan Sudirman Sulaiman. Atas munculnya berita ini, NA tidak membantah. Siapa Sudirman Sulaiman? Adakah kiprah politiknya di Sulsel? Nama ini benar-benar kabur dari ruang publik, di-google atau di Wikipedia juga tidak ditemukan jejaknya. Kini menjadi calon wakil gubernur yang berpasangan dengan NA. Bisakah Sudirman Sulaiman (SS) memenuhi ekspektasi NA meningkatkan dukungan atau elektabiltasnya? Sebagai mana alasan NA menggantikan TBL? Secara rasional, SS yang miskin track record politik dan minim investasi sosialnya, agak sulit menyamai TBL, yang justru memiliki track record pemerintahan, politik dan keluarga besar yang sangat dikenal di Sulsel. Ahmad Lamo, ayah TBL adalah salah seorang mantan Gubernur Sulsel.
Apa yang membuat NA rela “menghempaskan” TBL, dan menggantikan dengan SS? Apakah kisah tentang cerita “majikan politik” kembali terulang? Mungkin alasan “majikan politik” yang paling masuk akal dalam proses penggantian calon wakil itu, karena bersamaan dengan penggantian calon wakilnya NA, sebuah partai politik yang sudah memberikan dukungan politik kepada Ichsan Yasin Limpo, tiba-tiba dicabut dan dialihkan ke NA-SS.
Menurut NA, penentuan wakil itu berdasarkan permintaan partai. Jadi NA sangat patuh pada permintaan partai, bukan lagi alasan elektabitas dan survei. Siapa dibalik ini semua? Inilah yang disebut sebagai majikan politik.
Melihat permainan politik para elit pada Pilgub Sulsel, masyarakat mulai gerah, masyarakat kini mengharapkan calon pemimpin yang memiliki karakter, yang santun, memiliki prinsip dan yang tidak bisa dibeli dan diintervensi oleh kepentingan orang tertentu. (*ipc)