INIPASTI.COM, WAJO – Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan Irman Yasin Limpo kembali memantau sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten Wajo. Dalam inspeksi mendadak tersebut, None sapaan akrab Irman, mengakui prihatin dengan kondisi bangunan sekolah.
Beberapa kekurangan yang didapatkan, adanya bangunan yang hampir rubuh, walaupun tidak digunakan,serta beberapa fasilitas lainnya, termasuk parkiran. None mengunjungi empat sekolah yaitu SMAN 3 Unggulan, SMAN 1 Wajo, SLB Wajo, dan SMAN 1 Kecamatan Sabbangparu.
Di SMA Negeri 1 Wajo, None mengaku miris melihat adanya gedung yang rusak parah dan tidak difungsikan lagi, atap menyisakan rangka balok, tembok yang berlubang ditambah meja kursi kelas yang terbengkalai.
Melihat hal tersebut, None yang dalam kunjungannya kali ini membawa staf dalam menangani
sarana prasarana langsung memint agar menginventarisir kerusakan-kerusakan sekolah.
“Saya minta ini di inventarisir, bangunan dan sarana yang rusak.”kata None, saat memantau, Kamis (9/3/2017).
Beberapa waktu sebelumnya, None mengakui bahwa setelah memantau ke berbagai daerah terjadi ketimpangan pembangunan infrastruktur. Bahkan ada yang mirip sekolah seperti di Laskar Pelangi. “Kedepan nantinya,kalau ada bantuan harus diprioritaskan sekolah yang memang perlu dilakukan perbaikan,” ujarnya.
Di SMA terakhir yang dikunjungi di Wajo, sebelum bergerak ke Soppeng, SMA Negeri 1 Sabbangparu, ada tiga bangunan kelas yang tak terpakai karena kondisinya yang nyaris roboh. Lantai tegel hancur dan tembok dinding mengalami keretakan.
Sementara di SLB Wajo, None melihat kondisinya sudah bagus, bahkan melebihi beberapa SMA.
Tapi dirinya memberi catatan agar ke depan, bersama Disdik Sulsel melengkapi fasilitas pegangan tangan khusus disabilitas, jalur khusus, komputer braille, dan bantuan Rp 25 juta untuk asrama.
Hal berbeda ditemukan, saat mengunjungi SMAN 3 Unggulan, None gembira bahwa sekolah itu sudah mempraktekkan penggunaan komputer jinjing (laptop) untuk pelaksanaan ujian-ujian. Apalagi laptop yang digunakan merupakan aset pribadi tiap siswa.
“Saya memang lebih sepakat kalau laptop. Selain hemat daya, juga lebih simpel. Kalau pengadaan komputer PC terus kan lebih mahal dan menyedot anggaran negara,” kata None di hadapan guru-guru dan kepala sekolah.