INIPASTI.COM, GOWA – Garis tangan seseorang akan berubah jika ia ingin mengubah nasibnya. Mungkin ini bisa menggambarkan sosok kali ini. Ditinggal sang ayah sejak masih duduk di kelas 4 sekolah dasar, tak membuat pria kelahiran Pangkep ini lantas berkecil hati. Justru meninggalnya sosok lelaki yang paling dicintainya itu, dijadikan sebagai kekuatan untuk menatap masa depannya. Dengan visi sederhana ‘Menjadi Bagian dari Generasi Bangsa yang Berkontribusi Dalam Memajukan Bangsa Indonesia’, kini dia bisa menyumbangkan minyak kurang lebih tiga ribu barel per hari buat Indonesia.
Putra Pangkep itu bernama Nurhasan. Tumbuh tanpa kasih sayang dari ayah tercinta, ia berusaha tegar menghadapi hidup. Dengan mengandalkan uang pensiunan ayahnya sebagai anggota militer, ia bersama tiga saudaranya melanjutkan pendidikannya sampai bangku kuliah.
“Pendidikan kami berempat dibiayai oleh ibu dengan mengandalkan uang pensiunan dari bapak,” jelasnya, Minggu (6/11).
Tak sia-sia, alumnus Teknik Mesin Unhas angkatan 1985 ini pun berhasil terjun di dunia industri. Sekitar 25 tahun lalu, ia mengikuti rangkaian rekrutmen pegawai PT Chevron yang datang langsung ke Makassar saat itu. Tepatnya pada tahun 1991, saat itu ia baru saja selesai wisuda. Ia pun bersama tiga kawannya diterima dari sekian banyak pendaftar.
“Saat itu saya mengikuti hiring (proses rekrutmen,red) dari PT Chevron, dan alhamdulillah ternyata saya diterima,” ucapnya.
Namun, hal itu belum membuatnya puas dan bangga. Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan School of Bussiness Management tahun 2007. Dua tahun berselang, tepatnya tahun 2009 ia pun menjadi wisudawan terbaik ITB dengan IPK 4,0.
Di usianya yang menginjak 50 tahun, ia menduduki jabatan sebagai Vice President Operations SMO, di perusahaan minyak ternama di negara ini. Bahkan di mancanegara yaitu PT Chevron Pacifik Indonesia (CPI). Ia mengambil kendali seluruh operasi di Sumatera dengan hampir seribu karyawan jadi tanggung jawabnya.
“Saya meng-handle seluruh operasi di Sumatera yang hampir seribu karyawan jadi tanggung jawab saya, dari hasil proyek kami itu bisa membantu negara untuk anggaran APBD dari sektor migas. Kami menyumbang negara 20%, ya sekitar tiga ribu barel per hari,” jelasnya saat memberikan kuliah umum di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas).
Selain itu, di bawah kepemimpinannya, PT Chevron berupaya menciptakan tenaga kerja berkemampuan kelas dunia. Ia percaya bahwa karyawan adalah aset terpenting dalam organisasi yang dapat membantu perusahaan mewujudkan komitmennya. Baik kepada masyarakat, lebih-lebih buat pemerintahan Indonesia.
Olehnya itu, sebagai alumni Unhas ia menitip pesan bagi junior-juniornya yang mengikuti kuliah umumnya tersebut. Pesannya, sebagai seorang yang akan terjun di dunia industri, sekadar teori tidaklah cukup. Namun, menurutnya pengalaman dan pengenalan lapangan juga tak kalah pentingnya. “Jika ingin terjun ke dunia industri, asa leadership kalian untuk menyiapkan diri lebih awal,” tambahnya.
Nurhasan pun berpesan kepada para dosen Fakultas Teknik Unhas ini agar membiasakan mahasiswa terjun langsung ke lapangan. Ia pun bercerita tentang pengalaman pertamanya, saat bertemu dengan sesama karyawan baru. Ia kaget melihat alumni dari ITB, ITS dan UGM sudah langsung tampak cekatan. “Ternyata pas saya tanya, mereka sudah pernah ditugaskan oleh dosennya semasa kuliah, jadi saat sang dosen punya proyek, mahasiswanya ditugaskan untuk mengerjakan itu,” tukasnya.(*)
Baca juga : Teknik Unhas Kalah Bersaing dari ITB dan UGM di Dunia Industri
//