INIPASTI.COM, Hubungan teknologi dengan manusia sangat menentukan terciptanya ide atau gagasan baru yang diwujudkan dalam bermacam output. Manusia mengkonstruk teknologi dan menciptakan inovasi untuk memudahkan segala kebutuhan, penemuan-penemuan manusia di bidang teknologi mengantarkan peradaban semakin canggih, mudah, praktis, dan dapat dijangkau dengan cepat. Perkembangan teknologi semakin masif terjadi lantaran manusia menginginkan segala sesuatunya terpenuhi. Era sekarang memungkinkan mobilisasi manusia mampu dilakukan hanya dengan menggunakan gadget, teknologi yang semakin banyak dihadirkan diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan agar mudah dan cepat.
Kini salah satu teknologi yang sangat banyak mengcover kemudahan manusia adalah dengan hadirnya media baru, di mana internet adalah kekuatan utamanya. Internet merambah segala bentuk paradigma kehidupan mulai dari industri ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lainnya. Informasi pun mengalir tanpa batasan dan sangat mudah diakses. Media ramai-ramai bermigrasi dan berkonvergensi dengan platform-platform media baru untuk mempengaruhi mobilisasi masyarakat. Masyarakat yang menyambut fenomena ini tentunya dihadapkan pada banyak keuntungan namun di sisi lain ada kerugian-kerugian yang mengintai, seperti tidak mampu mengelola informasi yang baik dengan sumber yang kredibel.
Terpaan dari kehadiran internet ini mewajibkan setiap individu setidaknya melek terhadap media, mampu mengendalikan platform media, kritis terhadap isu sekitar, juga mampu menjadi wadah pengembangan skill.
Literasi digital dan literasi media adalah penawaran dari boombastisnya fenomena ini, masyarakat harus semakin digiring untuk dapat mengetahui penggunaan media yang bijak. Literasi media bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mampu menggunakan media secara cerdas dan kritis. Seseorang yang melek media kemudian menjadi seseorang yang mampu untuk membaca, memahami, mengevaluasi, menyeleksi, dan mengkritik pesan-pesan media.
Konvergensi media yang kini semakin masif menjadikan setiap orang mampu mengakses sumber informasi yang variatif dari berbagi macam platform, era konvegensi telah terjadi dan akan terus berkembang, suatu hal yang tidak mungkin jika kita ingin menarik kembali, karena kita telah sampai di mana perkembangan teknologi semakin marak. Maka mengenai hal tersebut, diperlukan kontrol atau pengawasan agar dampak negatif dari kemajuan konvergensi media ini dapat dikurangi.
Dampak yang ditimbulkan oleh konvergensi media pun dibuktikan dengan adanya UU ITE yang mengatur segala macam aktivitas media sosial seseorang khususnya dalam menyebarkan informasi, jika seseorang terbukti melakukan aktivitas yang memiliki potensi kebencian dan menyerang seseorang atau kelompok tertentu, maka sanksi tegasnya adalah undang-undang ITE, hadirnya undang-undang ini seakan-akan pemerintah lebih senang membawa segala macam perkara pada keputusan akhir, padahal mengkampanyekan literasi media yang tujuannya mengajak masyarakat lebih cerdas dan kritis melihat isu sekeliling dapat mengasah kemampuan seseorang berpendapat, selain itu masyarakat mampu menganalisis dan mempelajari setiap informasi yang didapatnya sebelum disebarkan.
Literasi media juga merupakan bentuk kedewasaan, berisi ajakan-ajakan untuk bijaksana dalam bermedia sosial. Kalangan pengguna media sosial yang lahir dari berbagai latar belakang dan usia tidak menjadi persyaratan dalam setiap informasi yang dibagikan, maka itulah literasi media ini hadir sebagai pelajaran bermanfaat di era konvergensi media, literasi media mengajarkan seseorang untuk tidak tamak dan arogan, seseorang yang sejatinya adalah produsen atau penerima informasi mampu mengetahui kriteria seperti apa informasi itu layak dibuat, disebarkan, atau dikonsumsi secara pribadi.
Perkembangan teknologi dari peleburan media lama dan media baru ini (konvergensi media) harus kita sambut dengan ilmu dan pengetahuan yang lebih, karena teknologi lahir di tangan manusia, teknologi dikonstruksi dan mengalami perkembangan akibat urgensi pemenuhan kebutuhan manusia, jangan kemudian teknologi menjadi boomerang, membentuk manusia untuk tunduk dan menjadi budak tanpa adanya tindakan bijak dalam mengelola informasi.
Penulis: Luthfiah (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMI)