INIPASTI.COM – Pakar telah mengungkapkan sejumlah penyebab dugaan tanah longsor di Papua Nugini yang menewaskan ratusan orang dan mengubur 2.000 lainnya. Berikut penjelasan lengkapnya.
Bencana ini terjadi di wilayah pegunungan Enga, di utara Papua Nugini. Selain menelan korban jiwa, menurut Pusat Bencana Nasional negara tersebut, longsor ini juga menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
“Longsor mengubur lebih dari 2.000 orang hidup-hidup dan menyebabkan kerusakan besar pada bangunan, kebun pangan, serta menimbulkan dampak besar pada jalur perekonomian negara,” ujar Lusete Laso Mana, Pejabat Direktur Pusat Bencana Nasional, seperti dilansir CNN pada Senin, 27 Mei 2024.
Bencana ini terjadi di desa terpencil Kaokalam, sekitar 600 kilometer barat laut ibu kota Port Moresby, pada pukul 03.00 waktu setempat. Lebih dari 150 rumah di desa Yambali terkubur akibat bebatuan yang terus berjatuhan dan tanah yang terus tertekan.
Penyebab pasti tanah longsor tersebut masih belum jelas. Namun, Profesor Geologi Alan Collins dari Universitas Adelaide menyebut bahwa tanah longsor kemungkinan besar terjadi di wilayah dengan curah hujan tinggi.
“Meskipun tanah longsor tampaknya tidak dipicu langsung oleh gempa bumi, sering terjadi gempa bumi yang disebabkan oleh tumbukan lempeng yang membentuk lereng curam dan pegunungan tinggi, sehingga bisa menjadi sangat tidak stabil,” kata Collins.
Menurut Collins, curah hujan bisa saja mengubah mineral penyusun batuan dasar, sehingga melemahkan batuan pembentuk lereng bukit yang curam. “Vegetasi mengurangi hal ini karena akar pohon dapat menstabilkan tanah, namun penggundulan hutan dapat membuat tanah longsor lebih sering terjadi dengan menghancurkan jaring biologis ini,” jelasnya.
Direktur Nasional World Vision PNG, Chris Jensen, juga menyatakan bahwa saat ini tidak ada laporan gempa bumi di Papua Nugini, namun hujan lebat terjadi cukup sering.
“Tidak ada laporan mengenai gempa bumi saat ini, namun kami mengalami cukup banyak hujan dan cuaca yang tidak sesuai musim terjadi di seluruh Papua Nugini,” ujar Jensen.
Pakar tanah longsor Dave Petley menambahkan bahwa perubahan iklim juga mempunyai dampak nyata terhadap aktivitas tanah longsor, karena menghasilkan sistem cuaca yang lebih ekstrem.
“Lereng sangat sensitif terhadap curah hujan berdurasi pendek dan berintensitas tinggi,” kata Petley, seperti dikutip ABC.
Petley menjelaskan bahwa tanah longsor cukup sering terjadi di Papua Nugini, disebabkan oleh sejumlah faktor seperti cuaca buruk, daerah pegunungan, dan iklim tropis di negara tersebut (sdn)