INIPASTI.COM – Anies Baswedan menjadi sosok pertama yang telah memenuhi syarat untuk maju sebagai calon gubernur (cagub) di Pilkada Jakarta 2024. Anies telah mengantongi dukungan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai NasDem, yang memberikan bekal cukup untuk mencalonkan diri melalui dukungan partai politik (parpol).
PKS dan NasDem masing-masing mendapatkan 18 dan 11 kursi DPRD DKI dalam Pemilu 2024, sehingga total dukungan Anies mencapai 29 kursi di DPRD DKI.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, parpol atau gabungan parpol harus memiliki minimal 20 persen kursi DPRD atau 25 persen suara sah dalam pemilu DPRD untuk mengusung kandidat di Pilkada.
Dengan dukungan ini, pertanyaannya adalah siapa yang akan menjadi penantang Anies di Pilgub Jakarta?
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyatakan bahwa sulit menemukan penantang sepadan bagi Anies saat ini.
Koalisi Indonesia Maju (KIM) belum satu suara mengenai calon yang akan diusung dalam Pilgub Jakarta, bahkan berpotensi terjadi perpecahan. Partai Gerindra mengusulkan Ridwan Kamil (RK), sementara Partai Golkar menyodorkan nama Jusuf Hamka jika Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Jokowi, maju di Pilgub DKI Jakarta.
Menurut survei terbaru dari Litbang Kompas, Anies berada di posisi teratas dengan elektabilitas 29,8 persen, diikuti oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan 20,0 persen.
Ridwan Kamil memperoleh 8,5 persen, disusul Erick Thohir dengan 2,3 persen, serta Sri Mulyani, Andika Perkasa, Kaesang Pangarep, Heru Budi Hartono, dan Tri Rismaharini masing-masing sekitar satu persen.
Dedi menyoroti bahwa Ahok, meskipun memiliki elektabilitas tinggi, menghadapi resistensi isu-isu primordial dan propaganda terkait agama dan identitas. Agung Baskoro, Direktur Trias Politika Strategis, juga melihat Ahok dan RK sebagai penantang potensial, namun keduanya memiliki tantangan tersendiri.
Ahok menghadapi masalah eksternal terkait kasus penistaan agama, sedangkan RK belum mendapat dukungan penuh dari Golkar.
Menurut Dedi, penantang Anies harus memiliki dukungan solid dari partai pendukung dan kekuasaan. Elektabilitas tinggi saja tidak cukup. Agung juga menekankan pentingnya rekam jejak dan elektabilitas. Nama-nama seperti Jusuf Hamka, meskipun memiliki kapasitas, tidak cukup mumpuni dalam hal elektabilitas.
Dengan masa kampanye Pilkada 2024 yang singkat, penantang Anies harus memiliki kekuatan elektabilitas yang kuat untuk bersaing. Jika tidak, mereka hanya akan menjadi pelengkap dalam pertarungan Pilgub Jakarta (sdn)