INIPASTI.COM, JAKARTA – “Tidak ada musuh abadi, yang ada adalah kepentingan abadi, demikian kalimat yang dilekatkan pada Bapak Prabowo Subianto yang dipastikan menjadi pembantu Presiden Joko Widodo di bidang pertahanan.
Padahal Prabowo merupakan lawan Jokowi sebanyak 2 kali sejak Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019 lalu.
Di Pilpres 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa yang saat itu merupakan Ketum PAN. Prabowo-Hatta diusung oleh Gerindra, PAN, PPP, PKS, Golkar, dan PBB.
Pertarungan panas terjadi antara Prabowo-Hatta dengan Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (JK).
Namun Prabowo gagal menjadi presiden dengan perolehan 62.576.444 suara atau 46,85 persen. Sementara Jokowi mendapat perolehan suara 70.997.833, atau 53,15 persen.
Menggugat hasil Pilpres 2014 ke Mahkamah Konstitusi (MK), Prabowo tetap dinyatakan kalah. Akhirnya, Ketum Gerindra itu mengakui kemenangan Jokowi dan memberi selamat secara ksatria.
Meski hubungan dengan Jokowi membaik pasca-Pilpres 2014, Prabowo memutuskan Gerindra tetap berada di luar kabinet pemerintahan.
Sebagai oposisi, Gerindra menjadi partai yang cukup kritis terhadap pemerintahan Jokowi-JK.
Jelang Pilpres 2019, Prabowo kian kritis mengkritik pemerintahan Jokowi. Hingga kemudian Prabowo maju lagi sebagai capres. Eks Danjen Kopassus itu kali ini menggandeng Sandiaga Uno untuk menjadi pasangannya.
Prabowo pun kembali melawan Jokowi yang di Pilpres 2019 berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin.
Prabowo-Sandiaga diusung oleh Gerindra, PAN, Demokrat, PKS, dan Partai Berkarya. Sementara Jokowi-Ma’ruf diusung oleh PDIP, Golkar, PKB, NasDem, PPP, Hanura, PKPI, PSI, PBB, dan Perindo.
Pertarungan sengit dua kubu kembali terulang. Hingga pada pelaksanaan Pilpres 2019, Prabowo mengklaim kemenangannya berada di posisi 62 persen dalam versi real count internal.
“Saya mau kasih update bahwa berdasarkan real count kita, kita sudah berada di posisi 62 persen. Ini adalah hasil real count. Dalam posisi lebih dari 300 ribu TPS.
Sudah diyakinkan ahli-ahli statistik bahwa ini tidak akan berubah banyak,” ujar Prabowo di depan kediamannya, Jl Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (17/4/2019).
Dia juga mengatakan siap menjadi presiden bagi seluruh rakyat Indonesia. Dia tak peduli rakyat itu termasuk pendukungnya atau bukan.
“Saya akan jadi presiden seluruh rakyat Indonesia. Bagi Saudara-saudara yang membela 01, tetap kau akan saya bela, saya akan dan sudah menjadi Presiden Indonesia, Indonesia yang menang, Indonesia yang adil dan makmur. Indonesia yang disegani dunia, Indonesia yang tidak akan ada orang lapar lagi, Indonesia yang rakyatnya bisa senyum,” papar Prabowo.
Prabowo kembali memberikan selamat atas kemenangan Jokowi. Namun berbeda dengan Pilpres 2014, Gerindra tak mau lagi menjadi oposisi. Tak berselang lama sejak penetapan KPU, Gerindra sudah tampak mendekat ke Jokowi.
Bila saat Pilpres Gerindra kerap mengkritik Jokowi, berbeda dengan jelang pelantikan Jokowi sebagai presiden periode kedua.
Gerindra tak lagi mengkritik Jokowi dan cenderung menjadi ‘anak baik’ bagi pemerintahan.
Walaupun mendapat sejumlah penolakan dari partai koalisi Jokowi, Gerindra tetap melakukan pendekatan untuk bisa masuk ke koalisi. Hingga hari ini terbukti, partai berlambang kepala burung garuda itu dipastikan masuk kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.
Adalah Prabowo sendiri yang masuk ke kabinet Jokowi. Selain itu, satu kader Gerindra lainnya, Edhy Prabowo juga menjadi salah satu calon menterii. Keduanya ikut dipanggil Jokowi ke Istana, Senin (21/10/2019) sore.
Prabowo dan Edhy sama-sama mengenakan kemeja putih, baju kerja khas Jokowi. Prabowo memastikan siap membantu Jokowi di dalam pemerintahan.
“Dan saya sudah sampaikan keputusan kami dari Partai Gerindra, apabila diminta, kami siap membantu dan hari ini resmi meminta dan kami sudah sanggupi membantu,” tegasnya.
Prabowo pun membocorkan posisi yang ditawarkan Jokowi kepadanya. Letjen purnawirawan itu akan menjadi menteri pertahanan di kabinet Jokowi jilid II.
“Beliau izinkan saya untuk menyampaikan, saya membantu beliau diminta di bidang pertahanan,” buka Prabowo.
Prabowo mengatakan akan siap bekerja keras saat dilibatkan dalam pemerintahan. “Saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan,” sebutnya.
Meski hubungan dengan Jokowi membaik pasca-Pilpres 2014, Prabowo memutuskan Gerindra tetap berada di luar kabinet pemerintahan. Sebagai oposisi, Gerindra menjadi partai yang cukup kritis terhadap pemerintahan Jokowi-JK.
Terkait penunjukan Prabowo sebagai calon Menhan, Puan meyakini Jokowi sudah mempertimbangkan dengan matang. Dia menyebut keputusan tersebut sebagai hak prerogatif Jokowi.
“Itu kan prerogatif Presiden. Jadi pasti Pak Presiden sudah punya pertimbangan-pertimbangan sehingga meminta Pak Prabowo untuk masuk dalam pemerintah, kalau nanti dilantik. Saya kan nggak bisa mendahului,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Prabowo mengaku diminta Jokowi membantu di bidang pertahanan. Prabowo mengatakan akan siap bekerja keras saat dilibatkan dalam pemerintahan.
“Saya diizinkan menyampaikan, saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan. Saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan,” kata Prabowo setelah bertemu dengan Jokowi di kompleks Istana Negara (bs/syakhruddin)