INIPASTI.COM, MAKASSAR – Tahun 2018, masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) akan disuguhkan pemandangan 99 kubah masjid yang akan terpampang di anjungan Pantai Losari, Makassar. Masjid yang diarsiteki oleh Ridwan Kamil -Wali Kota Bandung saat itu-, telah dibangun sejak 1 Juni 2017 lalu. Baca : https://inipasti.com/dirancang-ridwan-kamil-masjid-99-kubah-mulai-dibangun/
Akan tetapi, masjid yang digadang-gadang akan menjadi ikon baru di Provinsi Sulsel ini menyimpan sejumlah pertanyaan dan pro-kontra di masyarakat. Namun, yang akan diulas berikut ini bukanlah pro-kontra dari elit politik, bukan dari para pengamat pemerintahan dan lainnya, bukan pula dari kalangan-kalangan yang berkompeten.
Ulasan berikut ini hanya pro-kontra terkait pembangunan masjid yang dinilai akan mengurangi keindahan ikon Kota Makassar, yaitu Anjungan Pantai Losari yang terkenal dengan keindahan sunset-nya. Pro-kontra tersebut dari netizen atau warganet khususnya pada pengguna Facebook (FB).
Seperti pemilik akun FB, Saputra Muhammad Itho Saputra yang menganggap bahwa ke depan, sunset di Pantai Losari tidak akan terlihat lagi. “Lambat laun dari Pantai Losari tidak akan melihat lagi sunset karena terhalang oleh reklamasi dan bangunan yang ada di situ,” tulisnya.
Senada dengan itu, pemilik akun Umar Hankam juga menuliskan bahwa nanti Losari tidak akan berstatus sebagai pantai lagi, namun menjadi tanggul. “Dulu Pantai Losari…Sekarang Tanggul Losari…syarat Pantai…ada Pasirnya…sekarang pantainya sdh jadi beton…jadi wajarlah berubah menjadi “Tanggul Losari”……,” kicaunya.
Yang mereka permasalahan bukan masjidnya, akan tetapi lebih kepada reklamasi yang dilakukan. “Kalau masjid bukan masalah untuk melihat sunset… kalau pulau reklamasi baru MASALAH besar,” komentar pemilik akun Crhisna.
Ada pula yang mendukung atau pro mengenai hal ini. Seperti pemilik akun Agunk Hidayat yang menilai bahwa kubah masjid tersebut lebih indah dipandang mata dibandingkan sunset. “Bahkan lebih indah dilihat itu MASJID dibandingkan dengan sunset,” katanya.

Namun ciutan tersebut langsung dikomentari oleh pemilik akun E’a Gankster yang mempertanyakan akses masuk ke Kawasan Centre Point of Indonesia (CPI) lokasi dibangunnya masjid tersebut. Ia mengatakan, nanti masyarakat hanya bisa melihat dari kejauhan saja. Ia pun membandingkan dengan citra land di Gowa, teluk Benoa di Bali, dan Reklamasi di Jakarta.
“Kira-kira bisaji nunikmati nanti itu, bisa jakow masuk di situ nikmati segala fasilitasnya,.. siapa tahu cumank untuk kalangan menengah keatasji’… jadi kalangan bawah cumak bisa nikmati dari anjungan pantai losari…,” tanyanya.
Komentar tersebut langsung dibalas oleh Iman Krisna Praditya III yang mengungkapkan bahwa semua masyarakat bisa menikmati masjid tersebut. Karena jika tidak, menurutnya, baru di Kota Makassar Provinsi Sulsel ada masjid yang tidak boleh dipakai oleh masyarakat umum.
“Semua masyarakat lah, bisanya itu orang mau masuk masjid harus orang dalam. Bisa kasi kejelasan apa betul orang di luar citra land tidak bisa sholat di dalam. Jangan menebar isu kayak begitu bro,” tulisnya.
Seperti dikatakan sebelumnya, ini hanya ciutan para netizen. Namun, tentu ini juga bisa menjadi perhatian terkait reklamasi ataupun masjid yang menelan biaya hingga ratusan miliar rupiah. selengkapnya tentang anggaran, luas, dan kapasitas masjid, baca : https://inipasti.com/hadir-di-makassar-masjid-99-kubah-jadi-ikon-baru/
Di mana diketahui, soft launching masjid ini dilaksanakan pada 16 Maret lalu (baca : https://inipasti.com/soft-launching-masjid-99-kubah-gubernur-kakanwil-tukar-penghargaan/. Sebelumnya, Komisi D DPRD Provinsi Sulsel. (Baca : https://inipasti.com/komisi-d-tinjau-pembangunan-masjid-99-kubah-di-kawasan-cpi/. Hingga berita ini diturunkan, proses pembangunan masih sementara berlangsung.
(Sule)