INIPASTI.COM, SEBUAH ledakan dekat sebuah pesta pernikahan di sebuah kota di bagian tenggara Turki, Gaziantep, telah membunuh 22 orang dan melukai 94 lainnya, kata gubernur wilayah tersebut.
Pemerintah Turki menyebut ledakan itu sebagai “serangan teror” dan menyatakan serangan itu dilakukan oleh seorang pengebom bunuh diri.
Gaziantep, yang sebagian besar dihuni suku Kurdi, terletak sekitar 64 km dari perbatasan Suriah. Seorang pengebom bunuh diri menewaskan dua polisi di sana, Mei lalu.
“Banyak orang kehilangan nyawa dan kami mendapat informasi awal yang menyebutkan itu adalah serangan bom,” kata anggota parlemen Turki dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, Mehmet Erdogan.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab terhadap pengeboman itu–namun sumber-sumber pemerintah menyatakan serangan itu mungkin dilakukan oleh kelompok Islamic States, yang dikenal memiliki jaringan operasi di perbatasan kota Gaziantep.
Turki setahun belakangan ini telah dihantam serankaian serangan bom, baik dari IS maupun dari militan Kurdi, di mana serangan IS di kota Istanbul Juni lalu menewaskan lebih 40 orang.
Kelompok jihad baru-baru ini kehilangan pangkalan di bagian utara Suriah, termasuk pangkalan utama mereka, Manbij. Pasukan pemberontak Suriah tengan bersiap untuk meluaskan kekuasaan mereka ke provinsi Jarablus yang dikuasai kelompok jihad.
Jika ledakan bom di atas merupakan perbuatan IS, terdapat spekulasi yang mengatakan itu adalah aksi balas dendam yang dimaksudkan untuk memperlihatkan kekuatan dari mereka yang kini terdesak.
Gubernur Gaziantep Ali Yerlikaya mengatakan kepada kantor berita Turki Anadolu bahwa “serangan teror” itu terjadi di Akdere, disktrik Sahinbey kota tersebut.
Bagian selatan Turki telah berkali-kali menjadi sasaran ledakan mematikan dalam setahun terakhir, baik yang dikaitkan dengan kelompok militasn separatis Kurdi maupun kelompok Islamic States.
Kadang-kadang serangan dikaitkan pula dengan peperangan yang tengah berkecamuk di Suriah.
Di bagian utara Suriah, tepat di perbatasan selatan Gaziantep, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Kurdi YPG Suriah dengan kelompok militan jihad IS.
Kota perbatasan Kobane direbut kembali dari kekuasaan IS oleh pasukan pimpinan Kurdi pada Januari 2015, setelah pertempuran sengit selama berbulan-bulan.
Sejumlah peledakan bom di bagian timur Turki beberapa bulan terakhir dituding dilakukanoleh Partai Pekerja Kurdi (PKK).
Pada Sabtu ini, pemerintah Turki mengatakan akan mengambil tindakan lebih aktif dalam upayanya menghentikan perang di Suriah. Perdana Menteri Binali Yildirim mengatakan kesepakatan politik untuk Suriah tidak boleh mengikutsertakan Bashar al-Assad, PKK atau IS.
“Dalam enam bulan ke depan, kita akan memainkan peran lebih aktif,” kata Yildirim. “Itu berarti tidak mengizinkan Suriah untu terpecah belah menurut garis kelompok etnik.”