INIPASTI.COM, MAKASSAR – Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama (Kakanwil Kemenag) Sulsel, Abd Wahid Thahir menyatakan bahwa meningkatkan kualitas bagi tenaga pengajar khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) tujuan utamanya adalah merevitalisasi wawasan dan keterampilan para guru yang outputnya dari guru, oleh guru dan untuk guru. Hal itu disampaikannya pada Rapat Koordinasi bagi Kelompok Kerja Guru (KKG) PAI SD/SDLB dan Forum Komunikasi Guru (FKG) PAI PAUD/TK se-Provinsi Sulsel. Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Alden Makassar Minggu, (21/5/2017).
“Olehnya itu, Forum KKG maupun FKG diharapkan mampu menjadi media untuk mengembangkan segala hal terkait hal tersebut. Diantaranya kurikulum, silabus yang sesuai dengan perkembangan zaman, serta meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan bahan ajar, pengembangan metodologi pembelajaran, pengembangan media pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas sifatnya efektif dan efesien seperti alat-alat peraga,” imbaunya.
Pada Rakor yang diikuti oleh 80 orang peserta ini, Wahid Thahir juga kembali mengingatkan tentang teori pendidikan. Ia menjelaskan bahwa menurut teori pendidikan, anak didik itu bisa mencerna materi yang diberikan oleh gurunya dengan dua cara. Yaitu, sebutnya, dengan melihat 40 persen dan mendengar 30 persen. Karenanya, ia menilai, bila kedua hal itu digabungkan dalam proses pembelajaran, maka akan mempermudah anak didik memahami pelajaran. Hal itulah yang menurutnya harus para guru usahakan capai dalam melaksanakan fungsinya.
“Guru harus sadar diri bahwa perannya bukan sekedar mentransfer ilmu dan materi ke anak didik. Tapi lebih dari itu, guru juga berfungsi sebagai reformator yaitu senantiasa mencari pembaharuan-pembaharuan dalam melakoni profesinya. Karena di era teknologi informasi yang semakin modern ini, segala bentuk informasi bisa diperoleh dengan mudah oleh siapapun. Jangan sampai anak didik kita lebih cepat mengetahui perkembangan ilmu dibanding gurunya sendiri. Karenanya, guru harus senantiasa up to date terhadap perkembangan informasi melalui tekhnologi informasi,” serunya.
Peran Guru selanjutnya, menurut Wahid Thahir, yaitu Mediator, Kolaborator, Kreator, dan Evaluator. Bahkan, katanya lagi, guru harus berfungsi sebagai klinik education, tempat konsultasi, supervisi bahkan tempat curhat bagi anak didiknya. Di ujung sambutannya, ia berpesan agar guru harus memperbaiki penampilannya. “Performance itu perlu, tapi performance tidak akan berarti apa apa bila kualitas keilmuan sangat rendah. Maka perbaiki keduanya,” tutupnya.