INIPASTI.COM, MAKASSAR – Setiap orang memiliki mimpi, menjadi sukses, hidup berkecukupan dan sebagainya. Untuk mencapai itu diperlukan kerja keras, semangat, disiplin, dan kejujuran. Namun, bagi pria kelahiran 16 Agustus 1975 ini, mimpinya sebagai pengusaha sukses di tanah rantau Papua sama sekali tak pernah dibayangkannya.
Merintis semuanya dari bawah, Putera kedua dari empat bersaudara pasangan Muhammad Tamrin Landu dan Hadawiah, merasakan kerasnya kehidupan di tanah rantau setelah sebelumnya kembali ke Kabupaten Sidrap.
Wagus Hidayat, pria asal Kabupaten Sidrap ini akhirnya sukses menjadi pemilik perusahaan PT Semuwa Dirgantara yang beralamat di Sentani Jayapura, Papua.Dirinya tak pernah menyangka keputusannya mencari nafkah di Sentani merubah kehidupanya. Berbagai profesi pekerjaan pernah digelutinya, dari petani, kemudian menjual bensin, pedagang, kondektur bus dijalani dengan ikhlas mencukupi kebutuhan.
“Tidak pernah terpikirkan jadi pengusaha, apalagi bermimpi,”kata Hidayat sapaan akrabnya, Sabtu lalu ditemui di Four Point By Sheraton.
Ia bercerita, perjalanannya menjadi pengusaha dimulai sekitar tahun 1990an, dirinya kembali ke Sidrap melanjutan pendidikannya di SMA Negeri 157, setelah lulus kemudian melanjutkan tes UMPTN kala itu, tapi tidak lulus.
“Saya kemudian memutuskan untuk bekerja dengan harapan mendapatkan yang lebih baik. Saya ikut menanam padi, memotong dan sebagainya yang ada justru berbeda orang sudah tiga putaran saya baru satu putaran dan belum selesai,” ujar Hidayat
Melihat kondisi yang ada, Hidayat memutuskan kembali ke Papua dan mulai bekerja serabutan, merasakan susahnya mencari uang, namun dirinya tak pantang menyerah, dengan prinsip yang dipegang dan slogan pepatah Bugis Makassar, ” Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut ke Pantai”. Ia tak pantang menyerah sampai kesempatan itu datang, ketika masuk di PT Trigana Air.
Di sana, Kakak perempuannya sempat bekerja sebagai Pramugari kemudian resign, dan dirinya masuk melamar di sana. “Dulu pimpinannya Pak Bustomi, beliau adalah salah satu orang yang mendukung sampai saat ini. Saat itu, saya meminta posisi apa saja, loder atau porter yang penting kerja, tapi karena kasian saya diberi posisi administrasi,”papar Hidayat.
Singkatnya, Hidayat bekerja di PT Trigana Air, tidak hampir setahun kemudian dan memutuskan hijrah di Sentani, melihat peluang lebih besar apalagi untuk transportasi masih sangat susah dan hampir dikata, jalur udara adalah transportasi di sana, kalau jalan darat masih susah. Masuk ke pedalaman Puncak Jaya, di mana jaraknya hanya beberapa kilometer dari Markas OPM,bahkan sering kali dirinya mendengar suara tembakan, namun nyalinya tak pernah ciut.
Sebagai perwakilan PT Trigana Air, Hidayat berupaya agar transportasi yang mendukung aktifitas masyarakat Papua ini tak berhenti.
“Di sinilah saya mulai, saat itu sekitar tahun 2012 ada pesawat di tembak, dan harus di evakuasi. Namun tidak ada pesawat yang berani terbang melintas di puncak jaya, karena pikiran mereka takut. Saya mencoba mendekati berbagai pilot akhirnya ada yang mau terbang,” ungkapnya.
Akhirnya, Ia diperkenalkan dengan perusahaan milik Oestman Sapta Oddang yaitu Enggang Air Service yang menyediakan jasa sewa pesawat. Karena jasa ini sangat penting di Papua, ” Pesawat menjadi penting, diantaranya mengangkut logistik dan sebagai alat transportasi,” terangnya. (Iin Nurfahraeni)