INIPASTI.COM,AUSTRALIA Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo menjadi pembicara utama dalam kegiatan Indonesia 4th Business Summit (IABS) 2017 yang diselenggarakan di Hilton Convetion, Adelaide, Australia Selatan, Australia.
Kehadiran orang nomor satu di Sulsel ini untuk mewakili Indonesia. Dalam kegiatan tersebut, Syahrul memaparkan perkembangan Sulsel sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia dan menjelaskan potensi-potensi investasi di Sulsel.
Dalam presentasenya yang mengangkat tema, “Peluang Emas Sulawesi-Selatan”, Ia mengawali dengan posisi strategis antara Sulsel dan Australia. Termasuk jalur penerbangan dengan tiga penerbangan internasional dan 14 penerbangan domestik. Untuk jalur pelayaran, Sulsel menjadi pusat pelayaran di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
“Sulsel adalah provinsi dengan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional, pusat pertumbuhan di luar pulau Jawa,pusat pengendali keuangan di KTI, serta menjadi simpul utama dalam berbagai sektor dan bidang,” kata Syahrul, Senin Kemarin
Simpul utama yang disampaikan yaitu, distribusi barang dan jasa, pelayanan kesehatan, pendidikan, suplai makanan dan komunikasi informasi. Kemudian, komoditi makanan Sulsel pada tahun 2016, produksi beras sebesar 5,7 juta ton sebagai peringkat kedua nasional, jagung sebesar 2,1 juta ton sebagai ketiga terbesar nasional, kopi 30,3 juta ton, sapi potong 1,3 juta ekor, kakao 153 ribu ton, udang 41,6 juta ton dan rumput laut 3,4 juta ton.
Sedangkan untuk sektor wisata tambang, potensi emas terbesar ada di Kabupaten Luwu. Volume ekspor nikel tahun 2015 sebesar 103 ribu ton, potensi marmer terbesar di Maros dan Pangkajene, untuk pasir besi di Luwu dan Luwu Timur. Sektor sumber daya energi, Sulsel memiliki potensi panas bumi yang terdapat di Toraja, Luwu, Sidrap dan Sinjai. Tenaga air di Toraja, Pinrang dan Enrekang dengan potensi 1.400 megawatt.
Ia menambahkan Jeneponto dan Sidrap memiliki potensi tenaga angin sebesar 300 megawatt, gas alam juga dimiliki Sulsel di Kabupaten Wajo. Sedangkan untuk sektor infrastrktur yaitu bandara internasional dengan luas 759 hektare dan siap dikembangkan hingga 860 hektare. Pelabuhan Makassar dengan dok sepanjang 300-2.120 meter. Kereta api Trans Sulawesi 145 kilometer dan rencana pembangunan monorail menghubungkan empat wilayah, Makassar, Maros, Gowa dan Takalar.
Syahrul memaparkan berbagai potensi dan perkembangan di Sulsel termasuk untuk kawasan industri yang digunakan seluas 271 hektare, akan dibangun lagi dibeberapa daerah seperti Makassar, Maros, Gowa, Takalar dan Bantaeng. Ia juga memaparkan terkait Sulsel menjadikan Australia sebagai mitra startegis dan penting.
“Kantor Konsulat Australia ada di Makassar, kami memiliki 600 alumni universitas Australia di Sulsel dan 65 mahasiswa Sulsel yang sedang studi,” sebut Syahrul
Pertemuan bisnis ini menjadi forum yang memiliki peranan penting di mana sejumlah pemangku kepentingan pemerintah daerah dan investor Australia serta pemangku kepentingan bisnis bertemu. Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi sumber daya potensial, meningkatkan ekonomi antara kedua negara, khususnya pada sektor pariwisata, pendidikan kejuruan dan pelatihan, pertanian, kesehatan, energi, dan sumber daya.
Berbagai diskusi panel diikuti oleh Syahrul dimana dirancang untuk menghasilkan gagasan baru dan langkah nyata untuk kepentingan Indonesia dan Australia. Kegiatan ini berlangsung hingga 28 November.
Turut hadir juga Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Yohana Susana Yembise, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Dubes RI untuk Australia merangkap Vanuatu Y. Kristiarto S. Legowo, Menteri Perdagangan Australia Martin Hamilton Smith, Walikota Adelaide Martin Haese. (Iin Nurfahraeni)