INIPASTI.COM, Ibadah shaum di bulan Ramadhan yang telah kita laksanakan, sesungguhnya adalah suatu proses pendidikan. Yang berkelanjutan dan berkesinambungan, bagi orang-orang yang beriman. Yang menghantarkannya pada puncak nilai-nilai kemanusiaan yang disebut dengan takwa.
Hal ini sejalan dengan nafas pendidikan nasional, dimana tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Taqwa adalah indikator utama kemuliaan, indikator utama kebahagiaan dan indikator utama kesejahteraan. Firman-Nya dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).
Orang bertakwa adalah yang hatinya tunduk dan patuh kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, tanpa reserve. Lisannya senantiasa penuh dengan membacakan ayat-ayat Allah. Hidupnya dihabiskan untuk menegakkan dakwah dan membela agama Allah. Sibuk beribadah dan beramal salih karena mengharap ridho Allah semata. Selalu berjuang keras menjauhi diri dari segala larangan Allah dan Rasul-Nya, karena takut kepada azab dan siksa-Nya. Firman Allah swt :
”Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Az-Zumar: 33)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiah merumuskan takwa dengan ungkapan: ”Seseorang melaksanakan perintah Allah karena mengharapkan ridho-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut kepada azab-Nya.”
Kata takwa, menurut HAMKA dalam tafsirnya, Al-Azhar, diambil dari rumpun kata wiqayah yang berarti memelihara. Memelihara hubungan yang baik dengan Allah SWT. Memelihara jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhai-Nya. Memelihara segala perintah-Nya supaya dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri.
Takwa, dengan demikian, tidak dapat diartikan sebatas takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT adalah bagian kecil dari takwa. Takwa terkandung di dalamnya cinta, kasih, harap, cemas, tawakal, ridha, dan sabar. Takwa adalah pelaksanaan dari iman dan amal saleh. Bahkan, dalam kata takwa terkandung juga arti berani.
Kemenangan yang berhasil diraih kaum Muslim dalam menjalankan ibadah shaum Ramadhan lalu, sudah seharusnya dibuktikan secara nyata dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah. Ketaatan yang tidak sebatas dalam urusan ibadah ritual semata, akan tetapi ketaatan yang utuh dan menyeluruh. Yaitu, ketaatan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.
Ini berarti, kaum Muslim wajib menjalankan semua urusan kehidupannya sesuai dengan aturan Allah; menjalankan urusan ekonomi, politik, sosial dan budaya serta menjalankan urusan pendidikan sesuai dengan perintah dan aturan Allah. Takwa, sebagai upaya pemeliharaan diri, harus terus-menerus terbenam dalam hati kita. Dengan bekal takwa, seseorang akan mampu mengontrol tingkah laku. Bekal ketakwaan akan mendatangkan keberkahan bagi semua. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96).
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bertakwa. Yang meraih kemuliaan hidup di sisi-Nya. Sehingga bisa merasakana kebahagiaan. Pada saat di dunia maupun kelak di akhirat. Aamiin…
Oleh: Dr. H. Ade Mujhiyat
(Ketua Yayasan Tebar Amal Shaleh Tangerang Selatan)