INIPASTI.COM, KUNINGAN – Siapa yang tidak mengenal komoditas labu madu? Bentuknya yang unik, rasanya yang manis serta khasiatnya yang sangat banyak mendorong para petani melakukan budidaya labu madu atau yang dikenal juga dengan butternut squash.
Potensi menanam labu madu memang saat ini menggiurkan, sebab rasanya yang enak serta kualitas dagingnya yang lumer menjadikan labu madu memiliki banyak peminat, bahkan untuk skala ekspor kini menembus pasar Singapura hingga Taiwan.
Tidak hanya itu saja, labu madu sangat laku untuk berbagai kebutuhan terlebih di bulan Ramadhan saat ini karena mengandung serat yang tinggi, antioksidan, beta karoten, vitamin A dan B kompleks. Olahan dari labu madu juga dinilai sangat berpengaruh dari segi hasilnya hingga harga jualnya.
Salah seorang petani millenial yang memilih fokus melakukan budidaya labu madu adalah Didi Kurniasandi. Didi adalah sosok seorang pemuda asal Kuningan sukses menjalankan usaha budidaya labu madu berbasis Agroeduwisata.
Dengan cerdas ia melihat peluang pasar dari labu madu dan mulai menggeluti usaha budidaya ini sejak masih tingkat dua perkualiahannya di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, ketika dirinya dengan lima orang rekannya menjadi peserta program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) yang diselengggarakan oleh Kementerian Pertanian.
Apa yang dilakukan oleh Didi, sejalan dengan pernyataan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, “petani milenial harus memiliki program, memiliki orientasi terhadap tanaman pangan yang akan di tanam. Dan petani milenial harus mampu membaca peluang apa jenis tanaman pangan yang laku di pasaran. “Silakan petani milenial berkreasi terhadap produk pertanian, Kementerian Pertanian siap mendukung petani-petani milenial,” kata Mentan beberapa waktu lalu.
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa sebagai petani milenial tidak hanya harus cerdas tetapi harus pintar membaca peluang. “Jika para petani bisa membuat tantangan menjadi peluang bahkan menjadi cuan, bukanlah hal mustahil Indonesia menjadi negara yang mempunyai SDM pertanian yang maju, mandiri, dan modern”, tegas Dedi.
Ditemui disela-sela aktifitasnya Didi mengatakan, kami dari kelompok petani muda Sirung Waluh dari Kuningan Jawa Barat memproduksi labu madu segar dengan sistem pertanian semi organik. “Untuk labu madu yang segar berhubung sekarang bulan ramadhan ada bertambah permintaan karena sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi labu. Bicara kenaikan permintaan mencapai diatas 25% dari sebelum Ramadhan. Belum besar memang, tapi kami melihat ini menjadi peluang pasar tersendiri bagi kami. Dengan merangkul beberapa rekan petani labu madu kami pastikan kebutuhan akan labu madu akan tercukupi”, papar Didi.
Ia pun memaparkan beberapa khasiat dari labu madu seperti Menghindarkan Tubuh dari dehidrasi, meningkatkan sistem imun tubuh, meningkatkan Kesehatan mata, mencegah kanker, menjaga Kesehatan peredaran darah, serta mencegah diabetes.
Tak puas hanya menjual buah segar, Didi pun menawarkan produk olahan bebahan dasar labu madu seperti stik ku (sistik labu madu), puding labu madu, dan wal’h milk (minuman susu labu madu). “Pengolahan produk pertanian atau agro processing sangat menambah nilai suatu produk dan bisa diterima secara masyarakat luas. Agar produk olahan semakin menarik konsumen kami pun berusaha untuk membuat kemasan yang menarik juga disesuaikan perkembangan zaman. Namanya juga anak jaman now ya harus update dengan perkembangan yang ada”, pungkasnya.
Tak ingin konsumen merogoh kocek terlalu dalam, Didi membandrol harga stik labu madu 15 ribu per kemasan, puding 8 ribu per cup, dan minuman 10 ribu per botol. “Kami menawarakan produk olahan yang sehat dan bergizi, murah tapi tidah murahan. Bagi yang berminat dapat menghubungi akun media sosial kami di instagram @sirung waluh dan whatsapp 08156064021”, tambahnya.
Memperluas jangkauan pemasaran, millenial yang terkenal sangat santun ini berkolaborasi dengan petani-petani milenial, penyuluh pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan dengan mendirikan stand saat car free day (CFD). “Selain itu juga kami memasarkan labu madu ketika ada kunjungan agroeduwisata misalnya dari pelajar, hal ini juga kami mensupport resonansi petani milenial dengan cara memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang regenerasi petani. Karena jumlah petani muda masih kurang di negara kita. Saya yakin kalau kita menularkan kebaikan InshaAllah kebaikan juga yang akan kita peroleh. Dan bila kita bersama mewujudkan regenerasi petani, maka tidak ada yang mustahil”, tutupnya. (NL)