Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima
Ada sebuah ungkapan motivasi yang perlu direnungi oleh para guru. Ungkapan itu berbunyi: Jika ada 1.000 guru, biarlah saya yang ke-1000; jika ada 100 guru, biarlah saya yang ke-100; jika ada 10 guru, biarlah saya yang ke-10; tetapi jika ada satu orang guru, itulah saya. Ya, kalimat “itulah saya” yang harus menjadi dorongan bagi seorang guru untuk menjadi guru magnet dan idaman.
Guru adalah orang yang merubah dunia. Orang-orang besar adalah guru. Rasulullah SAW adalah guru. Mahatma Gandi adalah guru. Jenderal Sudirman adalah guru.
Guru adalah orang yang mengispirasi dunia.
Guru harus dapat menularkan “energi”, optimisme dan merasa “bermakna“ dalam menjalankan profesinya, sehingga mereka dapat mengajar siswa dengan antusiasme tinggi dalam setiap pertemuan dengan siswa, tanpa mencampur-adukan antara persoalan pribadi dengan tugas profesionalitasnya. Siswa akan bersemangat jika mendapat penyemangatan dari teladan gurunya karena pada hakekatnya semangat itu “menular”.
Guru energik adalah sosok berwibawa dan bersahaja. Guru energik adalah gambaran suri teladan anak didiknya yang dijadikan dambaan untuk pelejit semangat belajarnya. Guru (digugu dan ditiru) itulah bahasa sederhana jika dikupas secara akronimnya. Sebagai pribadi yang selalu tampil baru, dan menciptakan gagasan maju agar kelak harapan anak didiknya menjadi pribadi-pribadi yang bermartabat dan memiliki daya juang yang luar biasa.
Guru Energik
Energik berarti tenaganya digunakan secara maksimal. Guru yang energik adalah guru yang melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh dalam hal pikiran, tenaga, waktu dan konsentrasinya. Guru energik selalu mengabdikan segenap kemampuannya secara totalitas demi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya dan peningkatan kualitas peserta didik khususnya. Ia selalu energik dalam mengembangkan berbagai metode pembelajarannya, menerapkan berbagai strategi, meningkatkan penguasaan materi ajar, merancang pengadaan media pembelajaran yang sesuai, hemat dalam manajemen waktu, selalu berusaha menerapkan pembelajaran dengan konsep PAKEM (produktif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) dan mampu menggugah semangat dan ide-ide baru peserta didiknya (Surya, 2003).
Guru yang energik selalu berusaha terus bersemangat untuk berjuang dalam mendidik para calon pemimpin bangsa ini. Untuk itu guru akan berusaha menjaga kesehatannya agar tidak loyo dan selalu optimis dalam menghantarkan anak didiknya menuju gerbang keberhasilan (Mudhofar, 2018).
Karakteristik Guru Energik
Ciri guru yang selalu energik yakni selalu bersemangat dan tidak pernah merasa lelah. Mereka sangat produktif pada pekerjaannya, beraktivitas dari satu waktu ke lainnya tanpa jeda.
Guru energik adalah guru yang antusias, mampu membangkitkan motivasi siswa. Memulai pembelajaran dengan kegembiraan, melanjutkan secara menyenangkan dan mengakhiri dengan penuh kesan.
Manan (2021) membeberkan beberapa karakteristik guru enerjik sebagai berikut.
Pertama, memulai kelas dengan rasa percaya diri. Guru enerjik senantiasa mampu menghadirkan suasana bergairah bagi murid-muridnya. Kegairahan yang ditemukan oleh murid-muridnya itu disebabkan oleh aura positif guru. Aura positif itu tercermin dari performa fisik guru, tindak tutur, intonasi dalam komunikasi, dan kehangatan dalam merespon dinamika kelas. Guru enerjik akan sangat percaya diri bahwa apa yang akan disampaikan olehnya memiliki unsur manfaat tidak sekadar bagi kemampuan anak di kelas namun aplikasi keilmuan dalam kehidupan murid-muridnya. Guru enerjik memberikan performa yang penuh antusias. Enerjik yang dimaksud ini adalah keterampilan diri guru yang mampu membangkitkan motivasi peserta didik. Memulai dengan kegembiraan, melanjutkan dengan proses yang menyenangkan dalam orkestra kelas, dan mengakhirinya dengan penuh kesan.
Kedua, mengisi proses pembelajaran dengan kreatif. Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang senantiasa berusaha bagaimana peserta didik terstimulasi untuk melakukan sesuatu yang belum pernah mereka lakukan. Menciptakan kegiatan-kegiatan yang berbeda dari kebiasaan akan memberikan nuansa menarik dalam pembelajaran. Kreativitas guru ini muncul bagaimana memanfaatkan segala media yang ada, menggunakan teknik pembelajaran yang mengajak partisipasi peserta didik menyeluruh, memberikan contoh kegiatan yang menimbulkan kepenasaran peserta didik dan mempraktekkan kegiatan yang berakar pada potensi peserta didik.
Ketiga, memberikan penguatan nilai pembelajaran. Penguatan nilai pembelajaran adalah satu rangkaian yang tak terpisahkan bagaimana guru memberikan kegiatan sebagai tindaklanjut dari kegiatan sebelumnya. Cara pengulangan yang efektif dengan berbagai teknik akan memberikan penguatan pemahaman materi pada peserta didik. Penguatan ini dapat dilakukan dengan cara tanya jawab, demonstrasi, role play, presentasi, dan teknik yang dapat dihasilkan dari improvisasi sesuai kebutuhan siswa di kelas. Penguatan nilai pembelajaran adalah bagaimana seorang siswa diciptakan untuk menjadi pribadi yang berkesuaian antara tujuan pembelajaran dengan sikap diri yang mencerminkan hasil dari proses transfer of values, karena pengajaran tidaklah cukup dengan tranfer of knowledge dan transfer of skill semata, namun ketiganya harus terintegrasi.
Keempat, mengakhiri dengan kegiatan yang mengesankan. Akhir dari proses pebelajaran harus memberikan kesan kepada siswa. Sehebat apapun guru mampu menceriakan kelas di awal pembelajaran, menciptakan orkestra menarik dalam kegiatan inti pembelajaran, jika diakhir pembelajaran tidak berkesan, maka semua akan tidak maksimal dan muridpun akan kembali dalam sikap standar seperti saat sebelumnya. Kesan terakhir yang diberikan guru saat mengakhiri pembelajaran adalah satu performa guru yang memberikan makna tentang manfaat atau pentingnya pembelajaran. Peserta didik harus menemukan kesan manfaat tentang pembelajaran yang sudah dilalui. Kesan manfaat dari pembelajaran ini harus terus menguat dan menjadi prinsip diri dalam diri peserta didik. Sehingga, pasca pembelajaran di kelas, mereka akan mampu merelevansikan antara materi pembelajaran yang sudah mereka dapatkan dan realitas kehidupan yang sesungguhnya.
Tips Menjadi Guru Energik
Ada beberapa usaha yang perlu dilakukan untuk menjadi guru yang energik (Mudhofar, 2018), antara lain : 1. Berusaha membuat hidup yang berkualitas, bermanfaat untuk orang lain. 2. Menjaga pola makan dengan asupan makanan yang halal dan bergizi. 3. Olah raga yang cukup. 4. Istirahat yang cukup. 5. Yakin bahwa semua kebaikan yang ia lakukan adalah ibadah.
Selain itu, ada beberapa terobosan bisa dilakukan untuk menjadi guru energik (Wijiyaningsih, 2020). Pertama, memulai pembelajaran dengan rasa percaya diri. Guru energik semestinya mampu menghadirkan suasana yang hidup bagi para siswa, itu aura positif guru yang tercermin dari performafisik, perilaku tutur kata dan kehangatan merespon dinamika kelas. Kedua, pandai membangun komunitas aktif. Guru harus pandai menyapa siswa saat memasuki kelas untuk mengawali pembelajaran. Terkadang ada guru hanya mengucap salam, kemudian mengabsen siswa dan memulai pembelajaran saat siswa belum siap menerima kehadiran guru. Kondisi itu akan menimbulkan kesan terpaksa akhirnya siswa mencari-cari kesepakatan kembali bermain atau mengobrol. Jika itu terjadi guru terpaksa berakting galak atau memasang muka seram agar siswa diam, pembelajaran pun tidak menyenangkan. Ketiga, mengisi proses pembelajaran secara kreatif, menciptakan kegiatan yang berbeda dari kebiasaan, memberikan nuansa yang menarik. Kreativitas itu jika guru mampu memanfaatkan segala media. Dengan teknik pembelajaran yang mengajak partisipasi siswa secara menyeluruh, memberikan contoh kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu dan mempraktikan kegiatan yang berakar pada potensi siswa. Keempat, menguatkan nilai pembelajaran itu satu rangkaian tak terpisah dari kegiatan sebelumnya. Pengulangan yang efektif dengan berbagai teknik akan menguatkan pemahaman siswa. Penguatan dapat dilakukan dengan tanya jawab dan teknik hasil impromisasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan harapan siswa pribadi yang berkesesuaian antara tujuan pembelajaran dan sikap diri. Kelima, mengakhiri pembelajaran secara mengesankan dan menyenangkan. Sehebat apapun guru menceritakan kelas pada awal pembelajaran dan menciptakan proses menarik dalam inti pembelajaran jika akhir pembelajaran tak berkesan, semua tidak maksimal siswa pun kembali ke sikap sadar sebelumnya. Akhir pembelajaran yang terkesan merupakan pertimbangan yang memberikan makna tentang manfaat pembelajaran, jadi siswa mampu merefleksikan pembelajaran dengan realita kehidupan.
Indikator Guru Energik
Salah satu indikator atau barometer untuk mengukur guru energik adalah semangat kerja. Menurut Hasibuan (2009) semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja akan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas dalam pekerjaannya.
Semangat kerja guru dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi rohaniah atau perilaku individu dengan kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja, untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi (Siswanto, 2005).
Dalam perspektif teori perilaku individu dari Luthans (Sontani dan Sambas, 2011 : 63), yaitu Stimulus-Organism-Respon-Consequence (SOBC), semangat kerja guru mewakili hasil perilaku (Consequence). Semangat kerja (C) merupakan hasil dari perilaku (B) yang ditampilkan oleh individu sebagai akibat dari respon (R) terhadap stimulus (S) yang diterimanya. Dalam hal ini kompensasi merupakan salah satu stimulus yang dapat melahirkan persepsi atau interpretasi individu yang pada akhirnya melahirkan perilaku (B), dan selanjutnya menimbulkan perubahan di lingkungannya berupa hasil perilaku (C), yaitu semangat kerja. Dengan demikian berdasarkan model teori SOBC ini, kompensasi yang diterima dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku dan atau hasil perilaku individu dalam bekerja (semangat kerja).
Untuk mengetahui tinggi atau rendahnya semangat kerja seorang guru, ada beberapa indikator yang dapat menjelaskan guru mengerjakan pekerjaan dengan semangat yang tinggi atau rendah. Purwanto (2010) berpendapat bahwa indikator dari semangat kerja adalah rasa kekeluargaan yang tinggi, loyalitas dalam tugas, antusiasme yang tinggi, sifat-sifat yang dapat dipercaya, dan kesanggupan untuk bekerjasama dalam melaksanakan tugas. Menurut Darmawan (2013) indikator dari semangat kerja adalah loyalitas, antusiasme, sifat-sifat dapat dipercaya, kesanggupan untuk bekerjasama, keaktifan dalam semua kegiatan, kreativitas dalam melaksanakan tugas, inisiatif dalam melaksanakan tugas, ikutserta dalam semua kegiatan (berpatisipasi). Semangat kerja merupakan kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan giat dan antusias sehingga penyelesaian pekerjaan cepat dan baik. Seorang guru yang memiliki semangat dalam melaksanakan tugasnya akan memiliki kemauan dan kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Semangat kerja merupakan modal dasar yang sangat penting dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugas. Karena dengan adanya semangat kerja yang tinggi akan mendorong guru untuk bekerja dengan baik, sehingga tujuan yang telah ditetapkan sekolah juga akan tercapai.
Selain itu, Yulianti dan Sambas Ali Muhidin (2017) berpendapat bahwa tinggi rendahnya semangat kerja dapat diukur dengan melihat beberapa indikator diantaranya: (1) disiplin, yaitu suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. (2) Tanggung jawab, yaitu kesadaran terhadap tingkah laku atau perbuatan yang dilakukannya. (3) Antusiasme, yaitu keadaan mental seseorang yang menjadikan semangat atau gairah dalam melakukan suatu pekerjaan. (4) Loyalitas, yaitu kesediaan individu dengan seluruh kemampuan, keterampilan, pikiran, dan waktu untuk ikutserta mencapai tujuan organisasi dan menyimpan rahasia organisasi serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan organisasi.
Bafadal (2004) menyatakan bahwa seorang guru yang memiliki semangat atau moral kerja yang tinggi akan bekerja dengan penuh antusias, penuh gairah, penuh inisiatif, penuh kegembiraan, tenang, teliti, suka bekerjasama dengan orang lain, ulet, tabah, dan tidak pernah datang terlambat tetapi sebaliknya, seorang guru dengan semangat atau moral kerja yang rendah tampak kurang bergairah dalam melaksanakan tugasnya, malas, sering melamun, sering terlambat atau tidak masuk, sering mengganggu, sering menyendiri, dan sering berbuat kesalahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Semangat kerja yang dirasakan guru menurut Purwanto (2010) dipengaruhi oleh : 1) adanya tingkat kehidupan yang layak, 2) adanya kondisi-kondisi kerja yang menyenangkan, 3) suasana dan rasa kekeluargaan, 4) perlakuan yang adil dari atasan, 5) pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya, 6) terdapatnya perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang, 7) kesempatan berpartisipasi, berkomunikasi dalam organisasi dan diikutsertakan dalam menentukan kebijakan (policy), 8) kesempatan untuk tetap memiliki perasaan harga diri.
Dengan demikian, semangat kerja guru adalah suasana kejiwaan pendidik baik secara individu atau interaksi dalam kelompoknya sendiri maupun kelompok lain dalam reaksi mental-semosional yang mampu menunjukkan pengaruh yang terhadap kualitas pekerjaannya baik dalam kondisi normal (tanpa masalah) maupun dalam kondisi abnormal (sedang mengalami masalah). Semangat kerja guru adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan lebih berhasil dibandingkan dengan guru yang tidak memiliki semangat kerja atau kesungguhan dalam tugasnya yang sanggup bekerja keras dan bertanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran yang baik.
Seuntai Harapan
Guru yang energik, akan senantiasa bersemangat dan antusias dalam mengemban amanahnya. Guru yang energik menyadari bahwa dari dirinyalah terpancar energi para siswanya, mereka (para siswa) akan bersemangat, ketika gurunya bersemangat dan sebaliknya.
Guru yang energik menyadari bahwa setiap orang memiliki permasalahannya masing-masing, namun permasalahan pribadi, rumah dan lingkungan akan ditanggalkannya dipintu gerbang sekolah, diawali langkah kaki pertamanya masuk dalam kelas, bertemu dengan siswanya dengan niat ikhlas dan tanpa beban masalah pribadinya.
Semoga !!!