Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, bertemu Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) Gina Haspel di Riyadh, Kamis (7/11/2019).
Media pemerintah menyebut pertemuan itu dilakukan setelah AS mengadili tiga orang, dua di antaranya mantan karyawan dengan tuduhan menjadi mata-mata untuk Arab Saudi.
“Raja dan Gina Haspel membahas sejumlah topik yang menjadi perhatian bersama,” kata kantor berita pemerintah Saudi dikutip dari AFP.
Namun tidak dijelaskan lebih rinci mengenai masalah yang dibahas. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh sejumlah pejabat Saudi termasuk Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan dan Kepala Intelijen Khalid al-Humaidan.
Pengadilan AS pada Rabu menuntut tiga orang, dua di antaranya warga Saudi dengan tuduhan memata-matai pengguna Twitter yang mengkritik keluarga kerajaan.
Seorang pejabat senior Saudi yang enggan identitasnya disebut mengatakan bahwa kerajaan belum melihat pengaduan pidana itu.
“Tapi yang bisa saya katakan adalah bahwa kami berharap semua warga negara kami mematuhi hukum negara tempat mereka tinggal,” kata pejabat itu kepada wartawan di Washington.
Jaksa menuduh tiga orang tersebut telah menggali data pengguna pribadi akun Twitter yang mengkritik keluarga kerajaan.
The Washington Post melaporkan bahwa yang terakhir adalah pengkritik Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS), penguasa de facto kerajaan.
Hubungan antara dua sekutu erat Washington dan Riyadh sempat tegang usai pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Khashoggi merupakan seorang kolumnis Washington Post yang kerap mengkritik MbS.
Ia dinyatakan tewas di dalam gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober 2018 setelah sempat dinyatakan hilang.
CIA dilaporkan sudah menarik simpulan bahwa MbS terkait dengan pembunuhan jurnalis pengkritik rezim Raja Salman itu. Namun Riyadh membantah keras tuduhan itu.
Presiden Donald Trump sendiri tak pernah menuding langsung Pangeran Mohammed, tapi ia sepakat dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa “Upaya apa pun untuk menutupi insiden ini tak bisa dibiarkan.”
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut dirinya menanyakan soal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) ketika bertemu di KTT G20 di Osaka, Jepang.
“Secara keras saya menyinggung isu ini,” kata Trump dalam konferensi pers yang digelar setelah ia bertemu Presiden China, Xi Jinping. “Saya bertanya padanya apa yang terjadi.”
Hanya saja, Trump enggan berkomentar lebih lanjut soal laporan Badan Intelejen Amerika Serikat (CIA) bahwa MbS adalah orang yang memerintahkan pembunuhannya.
“Sesungguhnya, saya tidak ingin berbicara soal laporan intelijen.”Isu pembunuhan Khasoggi adalah salah satu yang menjadi sorotan pada Trump selain permasalahan perang dagang dengan China.
Ketika ditanyai soal hal itu, Trump menyebut dirinya “marah”, tapi tetap memuji Arab Saudi sebagai sekutu yang baik bagi AS.
“Saya kira ini buruk sekali dan jika Anda melihat yang terjadi di Arab Saudi, kira-kira 13 orang sudah dieksekusi. Dan saya telah memberi tahu semua orang bahwa saya tidak bahagia dengan hal itu,” kata Trump saat ditanyai wartawan.
“Namun di saat bersamaan saya juga akan mengatakan, tidak ada tudingan langsung pada Pangeran Arab Saudi. Saya mengatakan saya telah berbicara panjang dengan ayahnya. Mereka adalah sekutu yang baik, mereka menciptakan jutaan pekerjaan di negara ini.
Mereka memesan peralatan, bukan hanya di bidang militer, tapi juga memesan berbagai lain peralatan senilai 400 miliar dollar, dan bahkan lebih banyak lagi.”
Trump sendiri bertemu dengan MbS saat sarapan bersama pada Sabtu (29/6/2019) pagi. Setelahnya Trump sempat mengelak pertanyaan wartawan soal pembunuhan Khasoggi, tapi pada sesi konferensi pers siang memberikan respons.
Laporan dari pakar PBB mengatakan bahwa “eksekusi Khashoggi adalah tanggung jawab Arab Saudi”, dan bahwa Pangeran Mohammed pasti menyadari upaya untuk menutupi kejahatan itu, termasuk pembersihan barang bukti di konsulat yang menjadi TKP (bs/syakhruddin).