Ini, sebagaimana dikatakan Chilcot, bukanlah pernyataan perang sebagai “pilihan terakhir”: ini adalah perang yang dipilih untuk dilakukan, dilancarkan “sebelum opsi damai bagi perlucutan senjata ditempuh hingga tuntas”. Simpson mengatakan: “Kita tampaknya memproduksi dokumen penipuan massal, yang klaimnya ditolak sebagai sesuatu yang menggelikan hampir segera setelah dirilis.” Sekarang, Chilcot sependapat bahwa perang tersebut memang didasarkan atas “laporan dan penilaian intelijen yang cacat” yang tidak “didebat, padahal seharusnya didebat”. Nelson Mandela merupakan satu di antara orang-orang yang, menjelang dilaksanakannya perang, menuduh Blair dan Bush melangkahi wewenang PBB. Pendapat Mandela ternyata tetap bertahan. Sebagaimana dikatakan Chilcot: “Kami beranggapan bahwa Inggris… melangkahi kewenangan dewan keamanan.”
Begitu banyak peringatan. Sebulan sebelum invasi, senator Amerika Serikat Gary Hart mengatakan bahwa perang akan meningkatkan riaiko terorisme. “Kita akan menendang sarang lebah, dan negara kita tidak siap menghadapi serangannya,” katanya mengingatkan.
Pertimbangkan ini, dari website Disaident Voice yang antiperang sebulan sebelum konflik tersebut: “Serangan AS dan selanjutnya pendudukan Irak akan memberi inspirasi baru–dan umpan baru untuk merekrut–bagi al-Qaida atau kelompok terroris lainnya, dan akan menstimulasi meningkatnya risiko terorisme dalam jangka panjang, baik di tanah Amerika atau terhadap warga Amerika di seberang laut.” Mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah sesuatu yang sudah jelas, bukan dimaksudkan untuk meremehkan penulisnya, kecuali bagi mereka yang bertanggung jawab terrhadap perang dan para pemandu sorak mereka. Selanjutnya silakan baca laporan Chilcot: “Blair sudah diperingatkan bahwa invasi akan meningkatkan ancaman teror dari al-Qaida dan kelompok-kelompok lainnya.”
Sang mantan perdana menteri mengklaim bahwa hal mengerikan hanya akan terjadi pada saat terjadi perang saja, namun Christian Aid memperingatkan kemungkinan “kekacauan dan penderitaan yang signifikan di Irak lama setelah serangan militer berakhir”. Sebuah badan bantuan ternyata memiliki pandangan yang jauh ke depan dibanding jenderal senior yang–dalam sebuah percakapan off-the-record yang saya hadiri di universitas–mengklaim bahwa 99% rakyat Irak akan menaburkan bunga kepada pasukan pendudukan. Menurut laporan Chilcot, pemerintah “gagal memperhitungkan besarnya magnitude tugas yang dihadapi untuk menstabilkan, memerintah dan membangun kembali Irak”.