FUTUROLOG Alvin Toffler menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia melalui ramalan-ramalannya tentang apa saja, mulai dari internet sampai narkoba dan kejahatan.
Pengarang terkemuka, paling banyak dikenang lewat bukunya Future Shock dan Third Wave, itu meninggal Jumat (1/7) dalam usia 87 tahun di rumahnya di Los Angeles.
Future Shock–yang terjual jutaan kopi, diterjemahkan ke dalam belasan bahasa dan masih tetap naik cetak–menegaskan bahwa perubahan sosial yang cepat dan kemajuan teknologi akan menggiring masyarakat ke dalam era perubahan yang tak kenal henti.
Karya Toffler menarik perhatian tokoh-tokoh dunia termasuk pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev, Perdana Menteri China Zhao Ziyang, suhu bisnis Carlos Slim dari Meksiko, yang meminta saran dari guru futurolog tersebut.
RAMALAN YANG TEPAT
Kebangkitan Internet dan Televisi Kabel
Sang pengarang dengan tepat memprediksi bahwa ekonomi berbasis pengetahuan akan menggeser era post-industri, di mana fokus terhadap tenaga kerja dan manufaktur akan digantikan oleh informasi dan data.
“Orang buta huruf di abad ke-21 bukan mereka yang tidak dapat membaca dan menulis, tetapi mereka yang tidak mau belajar, meninggalkan pelajaran, dan belajar kembali,” tulisnya dalam salah satu hasil pengamatannya.
Toffler juga memprediksi penyebaran media interaktif, percakapan online dan alat yang dapat mengingatkan akan agenda atau perjanjian yang dibuat.
“Teknologi yang maju dan sistem informasi memungkinkan banyak pekerjaan dilakukan di rumah melalui telekomunikasi komputer,” tulisnya.
Rekayasa Genetik dan Kloning
Meskipun prediksinya lebih berfokus kepada kondisi manusia dan bukan kemajuan sains, Toffler meramalkan masa depan di mana seorang perempuan dapat “membeli embrio kecil, membawanya ke dokter, menyuruhnya ditanam di uterusnya..dibuah.kemudian melahirkan seolah-oleh bayi itu hasil pembuahan di dalam tubuhnya.”
Ramalannya bahwa orang akan melahirkan bayi yang memiliki penglihatan dan pendengaran supernormal serta kemampuan lainnya boleh jadi sekarang terdengar aneh namun dia benar-benar meramalkan bahwa kemajuan kloning.
“Salah satu kemungkinan fantastis adalah bahwa munusia akan dapat membuat fotokopi biologis dirinya,” tulis Toffler.
Memudarnya Ikatan Keluarga Batih
Toffler memprediksi bahwa hal yang akan mengalami perubahan cepat adalah ikatan keluarga, yang akan menjadi renggang dan tidak seerat sebelumnya. Dia mengatakan bahwa kerenggangan itu akan mengarah kepada meningkatnya angka perceraian dan masyarakat akan mulai menerima komunitas LGBT.
Dia menulis, “kita akan… semakin banyak pula menyaksikan ‘keluarga’ yang hanya terdiri atas orang tua tunggal dengan satu atau lebih anak. Orang tua tunggal tersebut tidak selamanya harus perempuan pula… Sejalan dengan mulai diterimanya homoseksualitas secara sosial, kita bahkan mungkin akan mulai menemukan keluarga yang dibangun berdasarkan perkawinan sesama jenis.”
Dia juga mengakui perubahan dalam masyarakat yang memutuskan untuk menunda memperoleh anak.
“Kenapa tidak menunggu kemudian membeli embrio saja, setelah karier Anda selesai? Jadi keluarga tanpa anak kemungkinan akan menyebar di kalangan pasangan usia muda dan usia menengah; orang baru memiliki anak saat berusia 60-an tahun mungkin akan lebih sering ditemukan.”
Konsumerisme
Di dalam era Amazon dan pasar online yang kian merebak, perkiraan Toffler akan munculnya konsumerisme sebagai trend global menjadi benar adanya.
“Di masa depan, orang mungkin akan dibuat menderita bukan oleh tidak adanya pilihan, tetapi oleh berlimpahnya produk yang dapat dipilih. Mereka mungkin akan berubah menjadi korban dari dilema aneh dari masyarakat super-industri: berlimpahnya pilihan.”
RAMALAN YANG MELESET
Tergusurnya Kota
Toffler memprediksi bahwa kota akan kehilangan signifikansi seiring dengan “perubahan pola kerja dari kerja kantoran dan di pabrik yang dialihkan menjadi kerja rumahan”.
Namun, ternyata kian banyak orang yang justru tinggal di kota daripada masa sebelumnya. Menurut perkiraan PBB, pada 2050, sekitar 66% orang dari penduduk dunia akan tinggal di wilayah perkotaan.
Koloni di Luar Angkasa dan Kota Bawah Laut
Sang pengarang berkeyakinan bahwa “semangat baru untuk menembus batas” akan mendorong diciptakannya “kota artifisial di bawah gelombang samudra” serta koloni di luar angkasa.
Berlanjutnya Kemakmuran Dekade 1960-an
Dalam buku Future Shock, Toffler juga memandang meningkatnya kemakmuran
lebih sebagai norma dan bukan trend, namun dia mengoreksi sendiri pendapatnya dalam wawancara dengan majalah Wired pada 1993.
“Kita membuat kesalahan karena percaya kepada pendapat para ekonom pada masa itu,” katanya kepada Wired.
“Mereka mengatakan, seperti yang Anda mungkin ingat, bahwa kita telah mengatasi problem ekonomi. Kita tinggal menyesuaikan diri dengan sistem saja. Dan kiata percaya begitu saja.”
Alienasi Sosial
Sejumlah pengkritik menegaskan bahwa Toffler gagal melihat kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan cepatnya laju perubahan itu.
Pengarang bernama Shel Israel menolak pandangan Toffler bahwa gelombang informasi dan data akan memicu terjadinya isolasi sosial.
“Kita tidak terisolasi oleh gelombang tersebut. Dan pada saat informasi membanjiri kita, sebagian besar orang akan cukup bijaksana untuk memanfaatkan tombol ‘off’ untuk mendapatkan ketenangan,” tulis Shel Israel.
Sedangkan pakar strategi global Parag Khanna mengatakan bahwa Toffler sekadar berpandangan bahwa akan ada yang menang dan kalah saat berhadapan dengan perubahan.
Meskipun warisan Toffler boleh jadi diwarnai oleh banyak prediksi yang dimuat dalam karya-karyanya, namun Parag Khanna mengemukakan bahwa Toffler sebenarnya menertawakan kegandrungan terhadap ramalan dan prediksi tertentu.
Bahkan, secara eksplisit dia mengatakan dalam buku Future Shock bahwa dia tidak sedang membuat prediksi.
“Tidak ada futurolog serius yang berurusan dengan prediksi,” tulisnya. “Hal itu menjadi jatah para tukang ramal di televisi dan juru nujum di surat kabar.”
Walau Toffler mungkin akan memuji kemajuan yang dicapai dalam bidang analitik prediktif, namun menurut Khanna, Toffler merasa bahwa “hal yang paling penting adalah memahami alur umum dari tujuan perjalanan kita”.