INIPASTI.COM – Setidaknya ada dua cara untuk memotret peta politik menjelang Pilkada Gubernur Sulsel yang akan berlangsung pada 2018 mendatang. Pertama memanfaatkan lensa kualitatif, dan kedua, kacamata kuantitatif. Tulisan ini secara khusus mengambil analisis kualitatif untuk melihat peta politik menjelang pemilihan Gubernur 2018.
Instrumen-instrumen yang dapat dipakai sebagai alat analisis pada lapangan kualitatif, antara lain; investasi sosial seorang aktor, track-record aktor, jaringan sosial seseorang, kapasitas kolektif dan individu, serta pengalaman sosial.
Bagaimana mereka memperoleh investasi sosial? Dokumen apa yang digunakan untuk membuka record kehidupan para elite yang akan berkontestasi merebut kursi Gubernur? Dan, jaringan seperti apa yang dibutuhkan untuk memperkenalkan diri sang aktor kepada publik? Gabungan dari ketiga indiktor ini yang disebut secara kualitatif sebagai pengalaman sosial.
Dengan bersandar pada indikator-indikator itu, muncul beberapa nama yang bakal berkontestasi pada pemilihan Gubernur Sulsel 2018.
Nama-nama yang masuk klasifikasi ini, antara lain Agus Arifin Numang, Ichsan Yasin Limpo, dan Nurdin Abdullah. Jika ditelaah, ketiga nama ini telah memiliki sebaran investasi sosial, track-record, jaringan, kapasitas dan pengalaman sosial yang jauh melebihi aktor-aktor lainnya.
Agus adalah akademisi (dosen Unhas) yang secara bulat memilih jalur politik sebagai dapur masa depannya. Dia hijrah dari kampus setelah ada regulasi PNS yang tidak boleh merangkap sebagai pengurus partai. Agus pernah menjadi sekretaris umum DPD Partai Golkar Sulsel, menjadi anggota DPRD, Ketua Fraksi Golkar di DPRD, Wakil Ketua DPRD, dan Ketua DPRD Sulsel. Pengalaman politiknya nyaris sempurna. Ia berhenti mengurus Golkar setelah ber-paket dengan Syahrul Yasin Limpo pada pemilihan Gubernur Sulsel 2007, dan berlanjut sampai periode kedua. Pasangan ini dinilai sebagai pasangan politik yang paling harmonis di Indonesia. Selama sepuluh tahun Agus puasa berpolitik, karena menghargai Gubernur Syahrul Yasin Limpo, yang kemudian setelah terpilih menjadi Gubernur, juga menjadi Ketua Umum Golkar DPD II Sulsel. Agus adalah putra mantan Bupati Sidrap, Arifin Numang yang sangat fenomenal, terutama dalam pengelolaan pembangunan pertanian. Kiprah Arifin Numang sangat mewarnai kemajuan pembangunan pertanian di Sulsel.
Agus lahir dan tumbuh dari genetika kepemimpinan yang sangat kuat. Dari sini, Agus sudah mulai menuai investasi sosial, menemukan jaringan sosial, menjaganya, melanjutkan, dan menempa diri untuk memperkuat kapasitas leadership-nya. Kekuatan lain yang dimiliki Agus adalah istri. Istri Agus adalah aktivis sosial keagamaan yang sangat dikenal di Sulsel, rektor pada sebuah universitas swasta di Makassar, pengurus pada banyak organisasi sosial keagamaan. Dengan postur sosial semacam ini, secara kualitatif Agus menjadi salah satu aktor yang memiliki peluang besar dalam berkontestasi merebut kursi Gubernur Sulsel 2018 yang akan datang.
Aktor lain yang memiliki investasi dan jaringan sosial adalah Ichsan. Ichsan adalah mantan Bupati Gowa dua periode, namanya lengket dengan popularitas kakaknya Syahrul Yasin Limpo. Ia memiliki jaringan sosial yang panjang dan berliku. Kini ia Ketua PMI Sulsel, dan besar kemungkinan akan terpilih menjadi Ketua DPD I Golkar Sulsel diujung tahun 2016.
Hubungan politiknya dengan kalangan elite politik Sulsel sangat kental dan variatif. Yasin Limpo ayah Ichsan, adalah kolonel tentara karismatik yang menanam kebaikan di mana-mana, terutama di Gowa. Kini cucu Yasin Limpo, Adnan Ichsan menjadi Bupati menggantikan ayahnya. Gowa adalah habitus politik yang paling basah bagi Ichsan, kemudian disusul daerah-daerah bersuku Makassar di bagian Selatan Sulsel.
Nurdin adalah aktor birokrat dari kampus, dua kali menjadi Bupati Bantaeng, sangat dikenal sebagai bupati yang berhasil. Ia terpilih menjadi Sekjen Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indosnesia. Nurdin bisa disebut sebagai media darling. Gagasan-gagasannya mengejutkan, tapi ia lemah pada jaringan. Ia menjadi favorit kalangan atas.
Sejumlah nama lain yang berusaha menguasai ruang-ruang publik, tetapi belum mendapat dukungan yang memadai dari masyarakat juga bermunculan di sana sini. Lemahnya dukungan publik kepada mereka, karena elite-elite baru ini belum memiliki investasi sosial yang mumpuni. Jaringan sosial yang dimilikinya baru hendak dibentuk saat sekarang. Mereka antara lain yang masuk kategori ini, antara lain Akbar Faisal, Burhanuddin Andi, Lutfi Mutty, dan A Rivai.
Analisis kualitatif ini juga terkonfirmasi dengan hasil kuantitatif.
Survei-survei yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei menemukan tiga namaz:Â Agus, Ichsan dan Nurdin jauh meninggalkan aktor-aktor politik lainnya, baik dalam hal popularitas maupun elektabilitas.