18 Januari 2024
INIPASTI.COM, MAKASSAR – Satu bulan menjelang pencoblosan dalam persaingan menuju Pemilu 2024 di semua daerah pemilihan di Sulawesi Selatan, persaingan tersebut terus menunjukkan dinamika, dan sudah mulai terlihat calon legislatif (caleg) potensial yang akan terpilih sebagai anggota Dewan, baik DPR-RI, Dewan Provinsi, maupun Dewan Kabupaten/Kota.
Misalnya, di Daerah Pemilihan Sulsel II DPRD Provinsi Sulsel, yang juga dikenal sebagai Dapil Makassar B, yang meliputi Kecamatan Panakkukang, Manggala, Tamalanrea, Biringkanaya, terdapat 6 kursi yang tersedia.
Para caleg petahana meliputi Adam Muhammad dari Gerindra, Risfayanti Muin dari PDIP, Rahman Pina dari Golkar, Rezki Mulfiati Lutfi dari NasDem, Haslinda dari PKS, dan Haidar Madjid dari Demokrat.
Menurut Direktur Nurani Strategic, Dr. Nurmal Idrus, persaingan di dapil ini sengit, karena akan memperebutkan keenam kursi tersebut, dan menghadirkan persaingan ketat dikarenakan potensi beberapa partai petahana digeser oleh partai-partai penantang.
“Selain para petahana yang terancam, partai-partai petahana di dapil ini relatif tidak aman. Kemungkinan hanya NasDem yang aman karena memiliki caleg yang potensial,” kata Nurmal Idrus.
Mantan komisioner KPU tersebut mengungkapkan bahwa di internal NasDem, terdapat persaingan ketat terutama antara dua kandidat utama, yaitu petahana Rezki Mulfiati Lutfi yang dihadapkan pada tantangan serius dari Ismail Manda.
“Ini akan menjadi pertarungan sengit. Keputusan akhir akan diambil pada bulan Februari,” jelasnya.
“NasDem memiliki Ismail Manda sebagai penantang serius untuk petahana Rezki Mulfiati Lutfi. Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa pergerakan Ismail Manda sangat baik, dengan potensi untuk mengalahkan caleg petahana,” ujar Nurmal Idrus pada Kamis (18/01/2024).
Dia menambahkan bahwa sejumlah partai yang tersisih pada 2019, seperti PPP, PAN, dan PKB, kini muncul dengan kekuatan baru. Kondisi ini mengancam lima partai lainnya, termasuk Golkar, PKS, Gerindra, Demokrat, dan PDIP.
“Jadi, lima partai ini kehilangan banyak amunisi dibandingkan dengan tahun 2019. Misalnya, Golkar kehilangan Imran Tenri Tatta dan hanya menyisakan Rahman Pina yang berjuang sendiri, begitu juga dengan Gerindra yang kehilangan sejumlah figur yang menjadi pilar suara pada Pemilu 2019,” tambahnya.
Ditambahkan, tiga partai penantang, menurut Nurmal, memiliki peluang untuk menggantikan posisi partai petahana tersebut jika mereka tidak konsolidasi dengan baik. Sebagai contoh, PPP muncul dengan kekuatan baru.
“Mereka memiliki kader muda seperti Salman Alfaris Karsa Sukardi, yang memiliki pergerakan yang sangat progresif. Di PKB, ada Misriani Ilyas, begitu juga di PAN ada Hamzah Hamid,” jelasnya.