Inipasti
Advertisement
  • Home
  • News
    • All
    • Bencana Alam
    • Berita
    • Citizen Reporter
    • Fenomena
    • Kebakaran
    • Politics
    • Science
    • World
    LLI Sulawesi Selatan Aktif Berpartisipasi di Kegiatan Senam dan Pemeriksaan Kesehatan Lansia

    LLI Sulawesi Selatan Aktif Berpartisipasi di Kegiatan Senam dan Pemeriksaan Kesehatan Lansia

    Delapan Rumah Terbakar di Jl. Andi Tonro 6, 62 Jiwa Terdampak

    Delapan Rumah Terbakar di Jl. Andi Tonro 6, 62 Jiwa Terdampak

    PPP Buka Peluang Ubah Syarat Caketum Jelang Muktamar 2025, Nama Eksternal Menguat

    PPP Buka Peluang Ubah Syarat Caketum Jelang Muktamar 2025, Nama Eksternal Menguat

    Kontroversi Pengamanan Kejaksaan oleh TNI: Antara Supremasi Sipil dan Sinergi Antar-Lembaga

    Kontroversi Pengamanan Kejaksaan oleh TNI: Antara Supremasi Sipil dan Sinergi Antar-Lembaga

    Tragedi Ledakan Pemusnahan Amunisi di Garut: 13 Korban Meninggal Dunia, Termasuk 4 Prajurit TNI

    Tragedi Ledakan Pemusnahan Amunisi di Garut: 13 Korban Meninggal Dunia, Termasuk 4 Prajurit TNI

    Tragedi Ledakan di Garut: 11 Orang Tewas dalam Pemusnahan Amunisi TNI

    Tragedi Ledakan di Garut: 11 Orang Tewas dalam Pemusnahan Amunisi TNI

    Rektor UGM dan Sejumlah Pejabat Kampus Digugat Terkait Ijazah Presiden Jokowi

    Rektor UGM dan Sejumlah Pejabat Kampus Digugat Terkait Ijazah Presiden Jokowi

    Skandal “Qatar-gate”: Jejak Dana dari Qatar ke Lingkaran Dalam Netanyahu Terbongkar

    Skandal “Qatar-gate”: Jejak Dana dari Qatar ke Lingkaran Dalam Netanyahu Terbongkar

    Kesaksian Penyidik KPK dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Rp400 Juta untuk Talangi Suap PAW Harun Masiku

    Kesaksian Penyidik KPK dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Rp400 Juta untuk Talangi Suap PAW Harun Masiku

    Dapur Tadco Siapkan 4 Ton Beras Premium untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

    Dapur Tadco Siapkan 4 Ton Beras Premium untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

    Trending Tags

    • Donald Trump
    • Future of News
    • Climate Change
    • Market Stories
    • Election Results
    • Flat Earth
  • Politik
  • Pendidikan
  • Hukum & Kriminal
  • Sains & Teknologi
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • All
    • Bencana Alam
    • Berita
    • Citizen Reporter
    • Fenomena
    • Kebakaran
    • Politics
    • Science
    • World
    LLI Sulawesi Selatan Aktif Berpartisipasi di Kegiatan Senam dan Pemeriksaan Kesehatan Lansia

    LLI Sulawesi Selatan Aktif Berpartisipasi di Kegiatan Senam dan Pemeriksaan Kesehatan Lansia

    Delapan Rumah Terbakar di Jl. Andi Tonro 6, 62 Jiwa Terdampak

    Delapan Rumah Terbakar di Jl. Andi Tonro 6, 62 Jiwa Terdampak

    PPP Buka Peluang Ubah Syarat Caketum Jelang Muktamar 2025, Nama Eksternal Menguat

    PPP Buka Peluang Ubah Syarat Caketum Jelang Muktamar 2025, Nama Eksternal Menguat

    Kontroversi Pengamanan Kejaksaan oleh TNI: Antara Supremasi Sipil dan Sinergi Antar-Lembaga

    Kontroversi Pengamanan Kejaksaan oleh TNI: Antara Supremasi Sipil dan Sinergi Antar-Lembaga

    Tragedi Ledakan Pemusnahan Amunisi di Garut: 13 Korban Meninggal Dunia, Termasuk 4 Prajurit TNI

    Tragedi Ledakan Pemusnahan Amunisi di Garut: 13 Korban Meninggal Dunia, Termasuk 4 Prajurit TNI

    Tragedi Ledakan di Garut: 11 Orang Tewas dalam Pemusnahan Amunisi TNI

    Tragedi Ledakan di Garut: 11 Orang Tewas dalam Pemusnahan Amunisi TNI

    Rektor UGM dan Sejumlah Pejabat Kampus Digugat Terkait Ijazah Presiden Jokowi

    Rektor UGM dan Sejumlah Pejabat Kampus Digugat Terkait Ijazah Presiden Jokowi

    Skandal “Qatar-gate”: Jejak Dana dari Qatar ke Lingkaran Dalam Netanyahu Terbongkar

    Skandal “Qatar-gate”: Jejak Dana dari Qatar ke Lingkaran Dalam Netanyahu Terbongkar

    Kesaksian Penyidik KPK dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Rp400 Juta untuk Talangi Suap PAW Harun Masiku

    Kesaksian Penyidik KPK dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Rp400 Juta untuk Talangi Suap PAW Harun Masiku

    Dapur Tadco Siapkan 4 Ton Beras Premium untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

    Dapur Tadco Siapkan 4 Ton Beras Premium untuk Jamaah Haji Indonesia di Makkah

    Trending Tags

    • Donald Trump
    • Future of News
    • Climate Change
    • Market Stories
    • Election Results
    • Flat Earth
  • Politik
  • Pendidikan
  • Hukum & Kriminal
  • Sains & Teknologi
  • Gaya Hidup
No Result
View All Result
Inipasti
No Result
View All Result
Home Opini

Antara “Pembenci” Dan “Pecinta” Kota

Nugrahayu Ayu by Nugrahayu Ayu
June 17, 2024
in Opini
0
Menggugat Dan Menggugah Guru Menulis

Oleh : Ahmad Usman
Dosen Universitas Mbojo Bima

Inipasti.com, Dalam filsafat mengenai kota dibicarakan pula faham mereka yang disebut “pembenci kota” dan “pecinta kota”. Siapakah para pembenci kota itu? (Penulis !) Para pembenci kota terdiri atas mereka yang putus asa dalam menghadapi berbagai kebobrokan kehidupan dalam kota. Kota mereka pandang sebagai sumber segala kekerasan, pemabukan, penyakit jiwa, kejahatan, frustrasi, perceraian dan sebagainya” (Daldjoeni dalam Usman, 2023).
”… kota merupakan momok, bahkan digambarkan dalam berbagai kitab suci bahwa kota merupakan wajah keburukan dan kejahatan” (Horton dalam Hasan dan Salladin, 2007). Sebagian literatur kadang mencela kawasan perkotaan (urban areas) yang berlebihan, sebagai pusat kejahatan dan dosa, tipudaya dan kemunafikan, kekotoran politik, ketidakaturan dan kepalsuan, serta berbagai persoalan yang berpangkal kejenuhan kota dari sisi-sisi jeleknya (Glazer dalam Hasan dan Salladin, 2007).

Ilustrasi Manusia Kota
Arsitek Amerika Frank Lloyd melukiskan manusia kota sebagai ternak goblok atau kelompok semut yang berputar-putar bingung mencari lubangnya. Filsuf abad ke-19, Emerson pernah memperingatkan bahwa kota menjadikan manusia semakin cerewet dan keranjingan hiburan serta iseng. Dengan demikian terciptalah manusia yang munafik. Ada pula tokoh pembenci kota dalam sejarah yakni Jenghis Khan. Selama hidupnya ia selalu diancam oleh kota. Dalam rangka meluaskan kerajaannya, kota-kota di Asia banyak yang dihancurkannya dengan sewenang-wenang (Daldjoeni dalam Antariksa, 2009).
Terdapat selalu polarisasi antara dua faham dalam menilai kota dan merencanakan perkembangannya demi kelestarian dan kebahagiaan penduduknya. Menurut Daldjoeni (1997) ada golongan kolot yakni para locals yang lebih berpangkal pada emosi, pengamatan pribadi dan nostalgia. Mereka berpendapat bahwa yang ada tak usah dirubah, demi nilai sejarahnya. Para penganut nostalgis ini : di dalamnya terdapat kerinduan kepada suasana alam kedesaan atau kepada masa kecil.
Golongan kedua, para cosmopolitans yang menghendaki perubahan drastis, yakni supaya wajah kota dirubah sehingga lebih tampak corak modern dan internasional. Anjuran mereka : ini demi segarnya pemandangan, kesehatan dan kelancaran lalu lintas. Jalan-jalan raya perlu dilebarkan, rumah-rumah dipagar dan seterusnya.
Bagi locals ini berarti perlindungan terhadap yang ada. Bagi cosmopolitans, itu berarti pemugaran disertai pertimbangan penggunaan ruang secara efektif dan efisien.
Kenyataannya, pengawetan dengan melalui jalan manapun belum juga menghapus penyakit jasmani dan rohani kota. Krisis kota berjalan terus, didorong oleh faktor-faktor demografis, administratif, dan teknis. Arus penduduk dari pedesaan terus saja masuk. Tata tertib dilanggar semena-mena; banyak proyek pembangunan kurang beres penanganannya.
Sebab itulah, maka pendapat bahwa untuk menyembuhkan penyakit kita diperlukan tiga faktor. Pertama, secara relatif arus penduduk yang masuk harus dihentikan. Kedua, kesadaran penduduk akan masalah-masalah kota perlu ditingkatkan melalui pelbagai sarana komunikasi. Ketiga, memperkerjasamakan kemampuan berbagai ilmu dan teknologi yang mencakup riset, komputerisasi, sistem informasi, teori simulasi dan pengelolaan komunikasi (Daldjoeni, 1997).

Identik dengan Manusia Purba
Dalam mengupas “pencinta kota”, F.L. Wright (Antariksa, 2009) membagi manusia purba atas dua golongan: pertama, penghuni gua, ini seperti manusia kota sekarang; dan kedua, mereka yang berpindah-pindah, ini mirip petualang berasal dari pedesaan sekarang.
Dengan adanya gejala urbanisasi yang melanda dunia sekarang ini para “pecinta kota” membela diri: kaum urbanis dengan sukarela meninggalkan desa karena mereka ingin terlepas dari cengkeraman kebodohan, dan sedikitnya kesempatan untuk maju.
Hal ini didukung pula oleh pendapat dari Paul Tillich (Syarif Moeis, 2017), yang mengatakan bahwa justru dengan kehadiran mereka kita menjadi lebih menarik karena menawarkan hal-hal serba baru dan aneh. Arsitek Eliel Saarinen mengatakan, bagaimana pun, perkembangan fisik dan mental manusia banyak tergantung dari corak lingkungan tempat ia dibesarkan sejak bayi, dan bertempat tinggal serta bekerja sebagai orang dewasa.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuliskan dalam bukunya “Al-Jawabul Kafi Liman Saala’ Anid Dawaaisy-syafi” (edisi terjemahan, 2004), bahwa pencinta itu ada tiga golongan, yaitu sebagai berikut: pertama, pencinta semua keindahan yang dianggapnya sebagai keindahan absolut (mutlak). Kedua, pencinta keindahan yang dianggapnya sebagai keindahan relatif yang tidak absolut, baik ia berambisi mengejarnya maupun tidak. Ketiga, pencinta yang berambisi mengejar yang dicintainya.
Nah, menurut Ibnu Qayyim, tingkat kecintaan dari setiap jenis ini berbeda dan bertingkat dari segi kekuatan dan kelemahannya. Pencinta keindahan yang dianggapnya mutlak hati dan matanya gelap. Artinya setiap yang dilihatnya indah, dicintainya dan dikejar. Kecintaan yang dimilikinya lebih jauh dan luas, akan tetapi ia tidak punya pendirian dan mudah berubah-ubah. Seperti kata penyair: “Ia tergila-gila dengan orang ini kemudian mencintai yang lainnya. Dan ia hanya terhibur dengan cintanya saat itu hingga subuh.”
Pencinta jenis kedua lebih teguh pendiriannya, lebih setia, lebih langgeng, dan lebih kuat daripada pencinta jenis pertama. Akan tetapi, kelemahannya adalah apabila kedua jenis tersebut tidak ada ambisi positif kepada yang dicintai. Sebab, pencinta yang memiliki ambisi kepada yang dicintai lebih cerdas dan lebih mengetahui karena ambisilah yang menguatkannya.
Filsuf N. Drijarkara (Daldjoeni, 1997) : “… fondasi kota yang sebenarnya bukanlah batu dan batu bata itu, melainkan kodrat manusia itu sendiri. Selain kota dibangun oleh manusia, manusia juga dibangun oleh kota. Kota ikut membangun masyarakast kota; ia ikut menentukan eksistensi konkrit dari manusia.”

Bersifat Kompetitif dan Egosentris
Kehidupan kota yang cenderung bersifat kompetitif, egosentris, hubungan atas dasar kepentingan ekonomi, sangat mempengaruhi tata nilai di dalam kehidupan dan hubungan sosial masyarakatnya. Tata nilai di sini meliputi perilaku, sikap hidup, pola berpikir dan budaya. Kehidupan kota yang bersifat kompetitif dengan berlahan-lahan akan membagi kondisi masyarakat kota menjadi 2 kelompok. Pertama, kelompok yang menang dalam kompetisi tersebut, atau juga bisa diartikan sebagai kelompok yang selalu sibuk dan dipenuhi dengan tugas-tugas yang cukup banyak, sehingga cenderung overload di dalam menerima rangsangan-rangsangan kehidupan kota. Kondisi tersebut akan menimbulkan tingkah laku dan sikap tidak acuh pada hal-hal yang dianggap bukan menjadi urusan dan tanggung jawabnya. (teori over load/environmental load, Cohen & Milgram dalam Usman, 2023). Di samping itu konotasi kesibukan dan tugas-tugas yang cukup banyak adalah tercukupi bahkan melimpahnya fasilitas atau harta yang didapatkan. Kedua, kelompok yang tidak memenangkan kompetisi, termasuk di dalamnya kelompok yang merasa kelebihan waktu karena tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan (cenderung underload), sehingga merasakan kesepian dan kesendirian, merasa kurang diperhatikan dan dihargai. Kondisi tersebut akan meninmbulkan tingkah laku agresif, vandalisme dan kompesentif (teori Understimulation, Zubek).

Kecenderungan Menghilangkan Ciri “Identitas” Kota
Perkembangan kota‐kota di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir justru mempunyai kecenderungan menghilangkan ciri “identitas”‐nya, sehingga kota‐kota tersebut kehilangan karakter spesifiknya yang memunculkan “ketunggalrupaan” bentuk dan arsitektur kota (Budiarjo,1997). Senada dengan pendapat Budiarjo, Wikantioyoso (2007) juga menyatakan bahwa kota‐kota di Indonesia saat ini telah kehilangan jatidiri atau identitas aslinya dikarenakan semakin menjamurnya design instan sebagai dampak globalisasi, sehingga bentuk arsitektur bangunan atau tata kawasan terasa ada kemiripan antara kota yang satu dan lainnya. Akibatnya masyarakat kehilangan pegangan untuk mengenali lingkungannya (Raksadjaja, 1999).
Keberadaan kota‐kota di Indonesia yang seharusnya mendukung pertumbuhan nilai‐nilai budaya lokal justru terjebak dalam budaya massal. Karena diakui atau tidak nilai‐nilai budaya itulah yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan identitas sebagai sebuah bangsa. Hal ini disebabkan oleh diabaikannya aspek kesejarahan pembentukan kota sehingga kesinambungan sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan tatanan kehidupan dan aspek fungsi kawasan (Wikantioyoso, 2000).
Selanjutnya, terdapat suatu kecenderungan terjadinya perubahan ruang‐ruang kota sebagai akibat dari pesatnya pembangunan fisik kota. Kondisi ini diperkuat oleh penyataan Trancik (1986), bahwa pada kota‐kota besar atau modern telah banyak terjadi “ruang‐ruang yang hilang” (lost‐space). Hal ini dikarenakan kota‐kota tersebut dalam memproduksi ruang‐ruangnya hanya dengan cara menghubungkan elemen‐elemen fisik kota secara sistematis dan memfungsikannya sebagai sebuah mesin. Setiap elemen kota dianggap sebagai fungsi‐fungsi yang diprediksikan secara jelas dan merupakan sebuah bentuk akhir yang ditentukan hanya oleh fungsi tersebut, sehingga tidak ada ruang untuk pertumbuhan dan perubahan, ambiguitas dan keberagaman arti.

Harapan
Pembangunan kota yang diharapkan bukanlah pembangunan yang sia‐sia, melainkan pembangunan kota yang dapat memenuhi kriteria pengembangan kota yang digambarkan oleh Bob Cowherd (Pekik, 2003) sebagai Does The Form, Function and Meaning of the City Foster Greater Social Dvision or a Greater Common Good.
Kita harus membangun kota masa depan. Di antara kriteria kota masa depan yakni yang ramah terhadap publik dan lingkungan. Secara garis besar kriteria kota masa depan Indonesia ini adalah : kota layak  huni yang aman dan nyaman, kota hijau yang berketahan iklim dan bencana, kota cerdas berdaya saing dan berbasis teknologi, identitas perkotaan indonesia berbasis karakter fisik, keunggulan ekonomi, budaya lokal, keterkaitan dan manfaat antarkota dan desa-kota dalam sistem perkotaan nasional berbasis kewilayahan.
Untuk mencapai kriteria tersebut, pemerintah telah memiliki skema rencana jangka panjang dengan target di tahun 2045, bahwa seluruh indikator kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dapat diwujudkan di seluruh kota di Indonesia.
Semoga !!!

Bagikan:

  • Click to share on Twitter (Opens in new window)
  • Click to share on Facebook (Opens in new window)
  • Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
  • Click to share on Telegram (Opens in new window)
  • More
  • Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
  • Click to share on Tumblr (Opens in new window)
  • Click to share on Pinterest (Opens in new window)
  • Click to share on Pocket (Opens in new window)
  • Click to email a link to a friend (Opens in new window)
  • Click to share on Reddit (Opens in new window)
  • Click to print (Opens in new window)

Like this:

Like Loading...

Related

Inipasti

© 2024 inipasti.com - Hanya yang pasti-pasti aja inipasti.

Navigate Site

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • News
    • Politics
    • Business
    • World
    • Science
  • Entertainment
    • Gaming
    • Music
    • Movie
    • Sports
  • Tech
    • Apps
    • Gear
    • Mobile
    • Startup
  • Lifestyle
    • Food
    • Fashion
    • Health
    • Travel

© 2024 inipasti.com - Hanya yang pasti-pasti aja inipasti.

%d