INIPASTI.COM, JAKARTA – Perdebatan tentang radikalisme kembali terjadi. Kali ini berlangsung pada Selasa, 5 November malam tadi. Perdebatan itu terjadi di ILC yang mengusung tema ‘Apa dan Siapa yang Radikal’.
Acara yang disiarkan langsung di tvOne itu menghadirkan beberapa tokoh, salah satunya politisi PSI Guntur Romli. Pada kesempatan tersebut, Guntur Romli memaparkan beberapa survei tentang radikalisme.
Pada acara yang juga dihadiri oleh beberapa wanita yang memakai cadar/niqab, Politisi PSI ini mengatakan bahwa selama ini yang melakukan aksi-aksi terorisme adalah orang-orang yang menggunakan cadar.
“Pelaku Bom Surabaya menggunakan cadar, yang ikut menusuk Pak Wiranto menggunakan cadar. Nah, yang menjadi pertanyaan, komunitas cadar itu tidak pernah secara lantang mengutuk soal-soal terorisme, atau publik belum mendengar,” kata Guntur Romli.
Atas pernyataan itu, wanita bercadar, Dokter Ummi Amizah, yang juga hadir pada acara tersebut menjelaskan bahwa hal itu sudah dilakukan sejak dulu. Hanya saja, pengecaman mereka yang tergabung dalam Komunitas Niqab Squad tidak pernah terekspos di media mainstream.
“Seperti yang Pak Guntur Romli tadi sampaikan. Pak, mohon maaf, kami sudah melakukan itu pak. Kami sudah keliling Indonesia melakukan kajian, kami mengutuk keras yang namanya teroris. Mungkin, karena kami belum di-blow up, belum ada yang mengekspos kami, mungkin inilah kesempatannya,” tegasnya.
“Dengan ini, saya mewakili Niqab Squad Indonesia, dengan tegas menyatakan bahwa kami mengutuk tegas terorisme dan mengutuk keras pembunuhan terhadap manusia,” tambahnya.
Dia pun meminta pemerintah agar larangan ASN untuk menggunakan cadar dikaji ulang. Karena menurutnya, hal itu membuat dilema bagi teman-temannya yang bercadar.
“Mereka berat untuk memilih antara melanjutkan menjadi ASN atau keluar dari ASN karena dilarang menggunakan cadar,” ungkapnya.
Sebelumnya, dia juga menjelaskan bahwa dirinya merasa dejavu kembali ke tahun 90-an. Di mana saat itu, jilbab dilarang digunakan ke sekolah.
“Saya merasa dejavu, jadi saya SMA kelas 1 itu tahun 90-an. Saat itu saya ingat sekali, jilbab itu lagi tranding topic karena dilarang di sekolah-sekolah SMA. Dan saya ingat sekali saya mengalami masa-masa, saya ke sekolah buka jilbab, pulang sekolah pakai, bongkar pasang, istilahnya,” ujarnya.
Tapi katanya semua itu bisa dilalui. Dan dia bersyukur karena pada tahun berikutnya, pemerintah justru mengizinkan siswa memakai jilbab ke sekolah, bahkan menyediakan pakaian seragam khusus buat siswa berjilbab.
(Sule)