INIPASTI.COM, MAKASSAR – Masjid Tua Al-Hilal Katangka atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Katangka.
Masjid ini dibangun pada 1603 Masehi dan berlokasi di Kelurahan Katangka, Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa tepatnya di atas tanah seluas 610 meter persegi, dengan luas bangunan 212,7 meter persegi.
Ia berbatasan dengan kompleks makam raja-raja Gowa. Posisi masjid ini menghadap ke timur dilengkapi dengan serambi dan ruang utama.
Masjid ini selain digunakan sebagai tempat ibadah, dahulu juga digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan, sekaligus menjadi benteng pertahanan terakhir bagi keluarga kerajaan.
Di balik penampilannya yang bersahaja, masjid tua ini telah menjadi saksi perjalanan Islam di tanah Sulawesi selama lebih dari empat abad
Sejak didirikan, Masjid Katangka sudah pernah direnovasi sebanyak enam kali, namun bentuk dan keasliannya tetap dipertahankan. Renovasi dapat terlihat pada dinding masjid yang dulunya terbuat dari kayu diganti dengan tembok berbahan semen kata pak Harun Daeng Ngella.
Menariknya, di gapura kecil mimbar masjid tedapat sebuah ornamen kaligrafi yang bertuliskan huruf Arab, tapi menggunakan bahasa Makassar yang jika diterjemahkan berarti “Mimbar ini dibuat pada hari Jumat tanggal 2 Muharram tahun 1303 Hijriah”.
Mimbar itu diukir oleh Karaeng Katangka dan Tumailalang Lolo. Arsitektur masjid terbilang unik karena memadukan unsur budaya lokal dan asing dari , Timur Tengah, Tiongkok, dan Eropa.
Budaya Tiongkok dapat terlihat dari mimbar masjid yang mirip bentuk atap klenteng, Jawa dan lokal pada atap serta kubah, dan Eropa pada tiang penyangga yang berbentuk silinder dan cembung pada bagian tengahnya kembali tutur Harun Daeng Ngella .
Menurut Mustamin Abidin pengunjung masjid yang tinggal di Antang bahwa ada perasaan yang berbeda ketika dirinya melaksanakan sholat di masjid ini, ketika awal melaksanakan sholat dia mencium ada bau wangi kunjungan ini merupakan ketika kalinya dan membawa istrinya. (riswan)